chapter 5

17.3K 2.3K 164
                                    

Hari-hari saat mereka baru menikah, di apartemen kecil mereka, mereka meluangkan hari Sabtu untuk menonton film. Suatu hari mereka menonton komedi romantis, dan suatu hari lainnya. Mereka menonton drama keluarga yang membuat mereka-lebih seringnya, Baekhyun-menangis.

Saat seperti itu, Chanyeol akan mengusap kepala Baekhyun dan memintanya untuk tidak menangis, itu hanya sebuah film dan menangis tidak akan mengubah apapun yang telah terjadi. Baekhyun akan marah dan membantah, menantang Chanyeol dengan bertanya padanya apakah itu salah untuk mengharapkan hasil akhir yang berbeda. Chanyeol akan selalu menjawab, mengatakan padanya bahwa tidak ada untungnya menginginkan akhir yang berbeda dan film telah selesai dan tidak ada cara untuk mengubah itu. Baekhyun akan mulai menyebutnya manusia berhati dingin yang tidak peka, dimana Chanyeol akan mengabaikan perkataan itu, mencodongkan tubuh dan menghapus air mata Baekhyun dengan ciuman.

Saat buku pertama Baekhyun terbit, ia akhirnya merasa bebas. Ia merasa ia akhirnya bisa mengunjungi Chanyeol, namun dengan sukses yang sejalan dengan penerbitan itu, jadwal yang padat juga menanti. Suatu malam Baekhyun mengunjungi Chanyeol, mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol hal-hal yang umum, Baekhyun masih mengatakan 'I love you', begitu juga Chanyeol, namun kata-kata itu tidak lagi memiliki kehangatan yang sama seperti saat-saat dulu.

Dan ketika mereka menyatukan tubuh dalam cinta malam itu, yang ada adalah sebuah kebutuhan, namun terasa dipaksakan. Keduanya merasakan itu. Mereka merasakan kerenggangan di antara mereka. Ada rasa takut di antara keduanya yang mereka isi dengan bercinta seperti yang biasa mereka lakukan, tapi semua itu tidak membantu. Chanyeol lelah. Baekhyun lelah. Namun, mereka masih menaruh usaha untuk merasakan sesuatu, meskipun keinginan untuk tidur dan beristirahat lebih kuat dibandingkan malam yang penuh nafsu dengan satu sama lainnya.

Board games adalah sesuatu yang dulu biasa mereka nikmati di Jumat malam. Ketika Chanyeol pulang ke rumah sekitar pukul enam, Baekhyun akan menyiapkan makan malam dan memilih board game untuk mereka mainkan. Setelah makan, mereka menggosok gigi, dan dengan sedikit dorongan, mereka akan mengeluarkan permainan dan memulainya. Terkadang ada taruhan. Suatu waktu, mereka bermain monopoli. Setiap Chanyeol membeli salah satu aset Baekhyun, pria yang berpostur lebih kecil itu harus melepaskan sesuatu. Chanyeol-sebagai ahli di bidang bisnis-selalu bermain dengan penuh strategi dan menyebabkan Baekhyu tidak berpakaian sama sekali di tiga puluh menit awal permainan.

Permainan mereka itu tidak pernah lama. Derit ranjang akan selalu bertahan lebih lama dibandingkan permaina. Dan ketika mereka selesai, Chanyeol akan berbisik, "Aku menang." Baekhyun menyeringai, menarik tubuh mereka lebih dekat dan menggelengkan kepala.

"Tidak. Aku menang," ucapnya, mencium Chanyeol dalam-dalam. "Kau milikku. Selamanya."

"Aku memiliki acara book sign akhir pekan ini, Yeol," ucap Baekhyun, tersenyum melalui webcam.

Chanyeol tersenyum balik dengan sebuah senyuman yang terlihat lelah. "Sungguh, sekarang. Bukumu sukses?"

Mengangguk, Baekhyun meringis, "Iya, lumayan berada di urutan yang tinggi untuk penulis baru. Aku sangat senang tentang itu."

"Selamat, Baek."

"Terima kasih, Yeol." Ada keheningan di pembicaraan mereka beberapa saat. "Jadi, apakah kau akan datang? Kumohon?"

Chanyeol membuka mulutnya, ragu. Ia tahu besar kemungkinan ia tidak bisa datang, dan ia tidak tahu kenapa ia justru mengatakan, "Tentu."

Di luar sepengetahuan Chanyeol, mata Baekhyun berbinar. "Belilah bukunya! Akan aku tanda tangani untukumu!" candanya. Mereka kemudian melirik ke arah jam. "Ah, aku harus pergi sekarang," ucap Baekhyun sambil menguap.

Chanyeol menahan diri untuk menguap juga. "Baiklah. Bye."

"Bye," ucap Baekhyun sambil mengangguk. "Oh, apakah kau pulang k erumah akhir pekan ini?"

"Baek, aku-"

Bersembunyi di balik senyuman, Baekhyun melambaikan tangan. "Tidak apa-apa! Aku sudah tahu jawabannya, jadi kamu tidak perlu mengatakan apapun. Aku mengerti... meskipun, kau sebaiknya pulang lain waktu. Aku menanam beberapa bunga yang cantik di halaman." Melihat wajah Chanyeol, Baekhyun tahu bahwa pria itu tidak tahu bagaimana menanggapi perkataannya. Merasa ia telah membuat Chanyeol tidak nyaman, Baekhyun mengubah suasana, walau itu dengan wajah terpaksa. "Aku akan memotonya untukmu, okay?"

"Okay."

"Bye, Chanyeol. I love you."

Chanyeol diam sesaat. "Bye, Baek."

Baekhyun menunggu kata 'I love you' yang biasa mereka ucapkan, tapi setelah dua detik, Ia mengangguk dan keluar dari chat room. Ia berpikir Chanyeol hanya terlalu lelah untuk mengingat; ia terlalu lelah untuk mengingat tiga kata sederhana itu.

Baekhyun memiliki kebiasaan mengukir di pohon. Kembali ketika Chanyeol biasanya memiliki waktu luang di akhir pekan, mereka akan meninggalkan apartemen dan pergi ke taman. Itulah dimana Baekhyun menggunakan benda tajam untuk mengukir inisial nama mereka di batang kayu. Chanyeol akan memperhatikan sekitarnya, khawatir pihak yang berwajib akan menangkap pasangannya yang agak aneh itu karena merusak sebuah pohon, walaupun ia melakukan itu untuk cinta.

--ooo--

10080 [ChanBaek Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang