chapter 7

16.7K 2.3K 718
                                    

Selama salah satu waktu terberat saat Chanyeol menghadapi minggu penuh ujian akhir, Baekhyun akan merayu teman sekamar Chanyeol, Kris, untuk mengijinkannya masuk ke kamar mereka di pagi buta ketika Chanyeol memiliki jadwal ujian. Baekhyun meletakkan tiga buah permen kesukaan Chanyeol di dekat buku pelajarannya sebelum berjinjit menghampiri Chanyeol dan dengan pelan meletakkan sticky note di kepalanya. Baekhyun tertawa pelan sebelum berjalan mundur dan diam-diam meninggalkan ruangan.

Ketika Chanyeol terbangun tiga puluh menit kemudian karena bunyi alarm, hal pertama yang ia lihat ada kertas yang tertempel di dahinya-menahannya untuk mengusap mata. Ia melepaskan kertas itu, meengerjapkan mata dan melihat lebih dekat tulisannya. Ia memfokuskan mata dan menyadari bahwa yang tertulis bukanlah huruf, melainkan angka-angka satu dan nol.

"01000111 01101111 01101111 01100100 00100000 01101100 01110101 01100011 01101011 00100000 01101111 01101110 00100000 01111001 01101111 01110101 01110010 00100000 01100101 01111000 01100001 01101101 01110011 00101100 00100000 01100111 01101001 01100001 01101110 01110100 00100001"

Mata Chanyeol tertuju pada bagian bawah kertas dan melihat ke pesan paling bawah.

"01001001 00100000 01101100 01101111 01110110 01100101 00100000 01111001 01101111 01110101 00100001."

Walaupun ia baru saja bangun, Chanyeol menyempatkan diri untuk menerjemahkan pesan itu. Pagi itu sambil berjalan menuju kelas, ia dengan cepat menyalin angka-angka itu ke ponselnya. Menggunakan penerjemah, ia membaca apa yang ditulis Baekhyun untuknya.

"Good luck on your exams, giant!"

Terakhir, Chanyeol menerjemahkan pesan singkat di paling bawah kertas.

"I love you!"

Natal berlalu dan yang ada hanyalah sebuah kartu untuk Baekhyun. Hadiah sederhana juga dikirim. Baekhyun tidak tahu apa yang harus dikirim, jadilah ia mengirimkan tiga buah permen.

Harusnya terasa salah dan mungkin benar itu salah, namun seiring berjalannya waktu, ketertarikan sebatas rekan kerja berkembang. Awalnya hanya berupa lirikan polos, kemudian berkembang menjadi sesuatu yang lebih bersifat kontak fisik-dimulai ketika Kyungsoo mengambil langkah dan menyentuh bibir Chanyeol dengan bibirnya.

Dan ketika Chanyeol merebahkan tubuh Kyungsoo di ranjangnya, ia mengabaikan suara di dalam kepala yang terus mengatakan Kyungsoo tidak seharusnya berada disana. Suara itu terus mengatakan padanya bahwa ranjang Baekhyun juga ranjangnya, tapi tidak pernah menjadi ranjang Kyungsoo. Untuk ini, Chanyeol mengabaikan kesadarannya, beralasan bahwa Baekhyun tidak lagi di sana, bahwa mereka sudah saling menjadi orang asing dan bahwa ia menginginkan sesuatu yang lebih-sesuatu yang bisa diberikan Kyungsoo dan Baekhyun tidak bisa.

Tepat sebelum Kyungsoo mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Chanyeol, ia mengambil tangan Chanyeol dan melepaskan cincin pernikahan, melemparnya ke sisi ruangan dimana cincin itu jatuh dengan diam di lantai.

Pada akhir musim semi rasa sakit mendera Baekhyun. Ia mulai menyadari itu ketika ia mulai sering sakit kepala dan rasa sakit itu tidak hilang. Ia juga menyadari tubuhnya menjadi sering lelah. Setelah dua minggu mengatasi itu dengan pil obat, ia ambruk. Tidak ada banyak pemikiran tentang apa yang salah dengan dirinya dibandingkan dengan pemikiran bahwa itu hanya sakit kepala dan masalah itu akan segera pergi dengan sebutir pil dari dokter.

Ia tidak mengharapkan apapun dan keluar dengan perasaan seolah-olah seluruh dunia di pundaknya, juga membebani hatinya.

Mereka mengatakan padanya bahwa ia memiliki jadwal CT scan lusa, untuk sekali itu, Baekhyun benar-benar tidak ingin melakukan itu sendiri. Orang pertama yang muncul di benaknya adalah Chanyeol, suaminya dan juga sandarannya. Dengan cepat menggunakan subway, Baekhyun menuju apartemen Chanyeol, menahan tangisnya dan mencoba terlihat kuat.

Setelah masuk ke dalam taksi, ia hanya diam membeku ketika sopir taksi menanyakannya alamat yang dituju. Ia menyadari bahwa di saat itu ia tidak tahu. Ia tidak sadar. Ia mencoba mengingat ulang, tapi ia tidak bisa mengingat alamat yang dulunya ia ketahui dengan pasti dan jelas. Bingung dan kecewa, tidak bisa menjelaskan hilngnya ingatan yang tiba-tiba dan sementara, Baekhyun keluar dari taksi dan memilih untuk berlari, karena tidak seperti sebuah alamat, ia mengingat kenangan yang kabur-jalan dan sudut dimana dulu ia belok.

Ia memiliki harapan bahwa mungkin mereka akan berdamai dan memperbaiki hubungan atas waktu satu tahun yang jelas-jelas hilang. Baekhyun berharap dan ia membayangkan, tapi ketika matanya melihat Chanyeol keluar dari apartemen dengan menggenggam tangan seseorang dan senyum yang begitu bahagia di wajah mereka, Baekhyun berhenti dan menyaksikan semua harapannya hancur berantakan.

Dan seperti sakit yang ia rasakan beberapa minggu belakangan, matanya perlahan berair, merembes keluar hingga ia tidak mampu lagi menahan semua itu. Dengan lutut gemetar dan pandangan yang kabur oleh air mata, ia mengambil langkah mundur dan berbalik arah. Sendiri.

--ooo--

10080 [ChanBaek Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang