Malam itu, sesuatu yang hangat memanjat ranjang Chanyeol. Matanya menangkap sosok Baekhyun, berdiri membelakangi sinar bulan di sisi tempat tidur. Lalu dengan suara pelan yang lirih, Baekhyun berbisik, "Boleh aku tidur denganmu malam ini?"
Harusnya Chanyeol ragu, tapi tidak. Dia bergeser dan melipat selimutnya. "Kemari..."
Pelan-pelan, Baekhyun membaringkan tubuhnya. Dia menjaga jarak, membelakangi Chanyeol, tapi justru lelaki jangkung itu yang menariknya mendekat. Ini sebenarnya tidak perlu-tidak ada perihal kontak fisik dalam perjanjian mereka, tapi Chanyeol melingkarkan lengannya di sekitar pinggang kecil Baekhyun, membuatnya terperanjat. Baekhyun bersandar dalam dekapan suaminya, mati-matian menahan tangis dan mencoba untuk kembali tidur.
▲
2880
Hari kedua mereka habiskan dengan menyanyi. Sudah lama Chanyeol tidak menyentuh gitar, dia terkejut ketika ternyata jemarinya masih bisa memetik senar dengan baik. Dia mengacaukan beberapa nada dan terlambat pada tempo tertentu, tapi Baekhyun tetap memberinya tepuk tangan dan sebuah senyum, memujinya karena sudah mengingat banyak hal setelah cukup lama tidak berlatih.
Sembari bermain gitar, Chanyeol juga menyanyi. Tapi Baekhyun menyanyi lebih banyak, dia mencoba melakukannya. Suaranya pecah dan dia tidak bisa mencapai nada tinggi seperti dulu. Dia terlihat kesal, namun Chanyeol menyikutnya sambil melempar senyum. Keduanya melanjutkan kegiatan mereka, Chanyeol yang memimpin dan Baekhyun yang mengiringi nyanyiannya. Tidak ada yang keberatan jika mereka bertukar bagian, suara keduanya masih selaras.
Ketika matahari turun dan bintang bermunculan, Baekhyun membawa selimutnya keluar dan mengajak Chanyeol. Di taman belakang rumah, Baekhyun menghamparkan selimut itu dengan bantuan Chanyeol.
Mereka berbaring dalam diam, memandangi bintang yang berkelip. Ketika Chanyeol berkata soal sulitnya melihat bintang di kota, Baekhyun menimpalinya dengan merujuk pada polusi.
"Mereka membuatmu tidak bisa melihat langit. Mereka mengganggu."
"Mereka membuatku tidak bisa melihat ini tiap malam."
"Benar..." balas Baekhyun lemah. "Begitulah."
▲
4320
Chanyeol tidak tahu apa sebelumnya Baekhyun seceroboh ini. Awalnya Baekhyun menjatuhkan segelas air, terlihat seperti kecelakaan tidak sengaja. Tapi ketika dia meraih gelas lain duapuluh menit kemudian dan menjatuhkannya lagi, Chanyeol merasa ada yang salah.
Ketika mereka duduk diatas lantai ruang tengah, bersiap memainkan game yang Luna ambil dari gudang di atap, Chanyeol akhirnya bertanya. "Kau baik-baik saja, Baek?"
Sambil membersihkan papan permainan dari debu, Baekhyun mengangkat sebelah alis dan bergumam. "Ya, aku baik-baik saja."
"Maksudku kesehatanmu," jelas Chanyeol. "Apa benar itu hanya demam?"
"Kalau bukan itu, apa lagi?" Baekhyun mengedikkan bahu. "Aku lelah belakangan ini karena itu."
Chanyeol merasa ada sesuatu yang janggal, tapi dia tidak mendesak lebih jauh. "Kadang aku melihatmu meminum obat," ujarnya. "Apa itu untuk demam juga?"
Baekhyun terdiam sebelum dia mengangkat papan Monopolinya. "Ya... itu untuk demam juga. Kepalaku pening kadang-kadang."
Sambil merapatkan bibirnya menjadi sebuah garis, Chanyeol membalasnya lagi, "Sepertinya kau harus periksa ke dokter lagi."
"Sepertinya iya."
Suasananya menjadi berat. Tapi begitu permainan dimulai, semua kembali ringan. Mereka tidak taruhan seperti biasanya, tidak ada yang berjanji untuk melepas baju tiap kehilangan properti, tapi semua canda tawa dan senda-gurau yang mereka lemparkan saat itu-semuanya nyata, bukan pura-pura.
--ooo--
KAMU SEDANG MEMBACA
10080 [ChanBaek Fanfiction]
FanfictionSebuah kisah cinta dari sepasang kekasih bernama Chanyeol dan Baekhyun dengan konflik permasalahan yang sederhana namun fatal dan membuat cinta sejati mereka terpisahkan karena orang ketiga. "Penyesalan selalu datang di akhir cerita!"