chapter 6

16.8K 2.3K 275
                                    

Di acara tanda tangan, keramaian orang mulai terlihat, tapi tidak peduli seberapa sering Baekhyun melongokkan kepala, ia tidak melihat giant-nya dimana pun. Ia pikir mungkin pria itu agak terlambat. Baekhyun melanjutkan kegiatannya hari itu, memberikan tanda tangan untuk penggemar dengan bahagia dan pengujung yang penasaran yang tertarik untuk mendapatkan buku yang ditanda tangai oleh orang yang mugkin terkenal. Ia berharap dan memegang janji Chanyeol dalam hati, tapi seiring dengan keramaian yang berkurang dan Chanyeol masih tidak terlihat, hati Baekhyun sedikit hampa.

Ia tahu tidak seharunya memasukkan itu dalam hati. Chanyeol sibuk, ia tahu itu. Tapi ia juga tahu Chanyeol tidak membuat janji yang tidak bisa ditepati, nyatanya pria itu mengatakan ia akan datang.

Pada video call selanjutnya, Baekhyun tidak mencoba terlihat bahagia, karena ia tidak. 'Kecewa' kata yang menggambarkannya, tapi ia tidak ingin mengungkapkan itu karena Chanyeol sibuk. Ia memiliki alasan untuk tidak datang ke suatu acara bodoh seperti book signing. Tapi iyu bukanlah hanya acara yang 'bodoh' untuk Baekhyun. Ia acar apertamanya dan ia harap Chanyeol berada di sana, tapi pria itu tidak ada, dan itulah kenyataannya.

Chanyeol terlalu lelah untuk melihat apa yang salah. Ia meminta maaf, tapi suasana hati Baekhyun tidak tampak membaik walaupun ia mengatakan ia baik-baik saja. Hasilnya, itu membuat Chanyeol jengkel, ia memutuskan pembicaraan singkat mereka dan pembicaraan melalui video call cukup untuk malam itu.

Tekanan muncul seiring kesuksesan. Tidak ada lagi waktu untuk bersantai. Tidak lagi kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan orang yang mereka cintai atau menghubungi teman-teman. Waktu tidak lagi memberikan kesempatan untuk saat-saat yang akrab dan hangat. Waktu hanya memberikan kesempatan untuk satu hal-bekerja.

Seperti foto-foto tua, hubungan mereka mulai berubah. Seperti foto yang buram yang awalnya cerah dan jelas, hubungan mereka menjadi membosankan dan datar. Mereka menjadi orang asing dalam pernikahan mereka sendiri, sering kali melupakan saat-saat yang biasa mereka lakukan bersama ketika semuanya lebih sederhana.

Telepon menjadi semakin berkurang. Pesan menjadi singkat. Kunjungan menjadi jarang. Dasarnya mereka telah merasa lelah.

Dua tahun sebelas bulan pernikahan, Chanyeol berdiri di kamar tidurnya, menatap sosok sempurnanya yang terpantul di cermin. Ia membetulkan kancing dan menyempurnakan rambutnya. Ia melihat jam dan menyadari ia memiliki jadwal, tanpa waktu luang sejenak saja. Mengesampingkan jam kerjanya yang rutin, ia tidak bisa menolak keinginan-duduk di tepi ranjang, dengan hembusan nafas berat menatap dinding kamarnya.

Hatinya terbebani dan itu perlu berminggu-minggu-mungkin sebulan-untuk menyadari permasalahannya. Itu tidak pasti. Ia berkecamuk dengan pemikiran mengerikan tidak lagi saling mencintai dengan Baekhyun, namun seiring hari-hari yang berlalu, ia menemukan bahwa ia tidak bisa mengelak kenyataan itu lebih lama.

Ia merasa kesepian, tapi Baekhyun terlalu jauh untuk dijangkau. Chanyeol tahu ia masih mencintai penulis berambut coklat itu, yang kadang ia lihat di media cetak maupun online, tapi ia tahu ia tidak merasakan seperti yang ia rasakan dulu. Mereka tidak bercinta lagi berbulan-bulan ini. Baekhyun jarang mengunjunginya. Kencan saat malam tidak lagi ada, karena itu tidak mungkin mengingat jadwal mereka.

Kenyataanya, semakin Chanyeol memikirkan hal itu, ia lebih banyak melihat Baekhyun melalui video call yang singkat dan tidak rutin disbanding melihatnya secara langsung.

Ia menoleh-menatap ranjang yang kosong. Ia merindukan itu. Ia merindukan rasa saling tertarik, apa yang biasa mereka lakukan-semuanya. Jarak adalah satu hal. Keterpisahan adalah hal lainnya. Kurangnya komunikasi memberi pertanda sebuah akhir, tapi perasaan berat di hati Chanyeol-lah yang membawa palu ke atas balok.

Terkadang Baekhyun berpikir untuk pindah hati, namun hatinya tidak mengijinkan. Ia masih mencintai giant-nya walaupun kenyataannya setiap malam ia pulang ke rumah 'mereka' yang tenang hanya untuk merebahkan tubuh di ranjang dengan sisi yang kosong dan dingin. Ia merindukan malam-malam ketika mereka terjaga hanya untuk saling membisikkan kata-kata. Ia merindukan board games, pepohonan dan film. Satu hal yang terkadang membuatnya mampu melewati hari adalah foto di hari pernikahan mereka.

Chanyeol diharuskan menghadiri pesta Natal tahunan perusahaan untuk keperluan penampilan dan ia terpaksa menolak ajakan Baekhyun untuk pulang ke rumah selama liburan. Seperti biasa, Baekhyun mengatakan ia memahaminya dan kemudian menutup sambungan telepon. Kurangnya perbedaan pendapat dan sikap tenang Baekhyun mengganggu Chanyeol. Ia berpikir, mungkin jika Baekhyun berusaha lebih keras meminta waktunya, Chanyeol akan mengatakan iya. Namun kemudian ia mengingatkan dirinya sendiri bahwa ia tidak bisa berkata iya. Dia sibuk.

Dengan hubungan yang hampa dan dingin seperti cuaca saat itu, Chanyeol pindah hati. Dengan minuman di tangan dan senyuman di wajah, ia mengangkat pandangan. Disana, di pesta Natal tahunan ia bertemu Kyungsoo

--ooo--

10080 [ChanBaek Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang