"Biarkan siang ini meluapkan hangatnya,
Biarkan burung kecil senandungkan kicauannya,
Asalkan biarkan aku terus memandangnya,
Selagi aku mampu melihatnya" - Kim Lami***
"NE???" Pria didepannya ini menatapnya dengan tidak percaya. Lami seketika langsung merutuki apa yang barusaan ia katakan. Pria ini pasti akan menganggapnya gadis aneh. Coba kau pikir gadis mana yang akan menyatakan perasaannya saat pertemuan kedua mereka kalau bukan gadis itu sedang tidak waras?. Cinta memang membuat otaknya tidak berfungsi dengan benar. Lami masih berdiri mematung dihadapan pria itu, dan pria itu sepertinya masing menunggu penjelasan dari pengakuan mendadaknya itu. Tatapan nya masih fokus menatap Lami tanpa berkedip sedikit pun dan itu sukses membuat bibir gadis cantik itu kelu, dia seakan bisa meleleh sekarang juga hanya karna tatapan pria itu.
Dan dengan segenap kesadaran yang gadis itu miliki, dia memilih mundur selangkah kebelakang , sedikit mempelebar jarak antara mereka yang baru Lami sadari pria itu hanya berjarak kurang dari semeter dengannya. Lami perlahan menenangkan detak jantungnya yang sudah menggila dan mengatur kembali deru nafasnya.
"Eemm... Aniya Oppa. Sepertinya otakku sedang tidak waras. Bisakah kau lupakan apa yang kukatakan tadi?" Lami menatap Mark dengan tatapan memohon, dan sebelum mendengar jawaban pria didepannya ini dia lebih memilih berlari pergi meninggalkan pria itu. Yang Lami inginkan saat ini hanyalah menghilang dari hadapan pria itu. Dia benar benar malu, bagaimana diakan menunjukkan wajahnya pada Mark mulai saat ini? Mark pasti sudah menandainya sebagai gadis aneh. "Kau benar benar bodoh Kim Lami" ucap Lami pada dirinya sendiri sambil memukul pelan kepalanya berulang kali.Sedang kan Mark hanya menatap punggung gadis itu yang mulai menjauh meninggalkan sekolah. Tas ransel berwarna pink gadis itu bergerak tak beraturan dikarnakan pemiliknya yang berlari dengar tergesa gesa, beberapa kali Mark melihat Lami yang hampir terjatuh karna tersandung kakinya sendiri. Tanpa sadar senyum pria itu mengembang diiringi beberapa kali kekehan kecil. Gadis itu sungguh lucu menurutnya.
***
Bukannya pulang kerumah gadis SMA yang baru menginjak usia 16 tahun itu malah lebih memilih memasuki rumah yang berada tepat setelah rumahnya, memasuki rumah itu seperti rumahnya sendiri, rumah itu sungguh sepi pada saat sore seperti ini yang dia ketahui hanya ada satu orang penghuninya yang pasti saat ini sedang mendekam didalam kamar dan membaca komik komik favoritenya itu, terkadang Lami iri dengan Jaemin yang hobinya hanya membaca komik tapi tetap bisa mempertahankan peringkat 1 disekolah.
Lami membuka pintu kamar Jaemin tanpa berniat sedikit pun untuk mengetuknya terlebih dahulu, dan sesuai perkiraannya Jamin saat ini sedang membaca komik sambil mendengarkan music yang yang terputar dari speaker dikamarnya. Pria itu hanya melirik Lami sekilas lalu kembali focus dengan komiknya karna itu memang sudah sangat biasa dilakukan oleh sahabat perempuannya itu yang selalu mengganggu waktu santai Jaemin.
Lami yang merasa kedatangannya tak dihiraukan sama sekali memilih untuk naik keatas tempat tidur pria itu, berdiri tak jauh dari tempat Jaemin berbaring dan mulai loncat loncat diatas tempat tidur Jamin yang tentu saja langsung membuat pria itu menghentikan kegiatan membaca komiknya dan kemudian bangkit berdiri dan menatap tajam kearah Lami. Gadis itu terkadang bisa menjadi sangat menyebalkan.
"Yak kau pikir apa yang kau lakukan? Turun sekarang juga" Perintah Jaemin sedikit berteriak kearah Lami yang belum juga menghentikan aksinya.
"Kau duluan tadi yang mengacuhkan ku" Gadis itu bisa menjadi sangat menyebalkan jika sudah bertingkah kekanak kanakan seperti ini.
"Baiklah apa yang kau inginkan?" Jaemin lebih memilih menyerah. Lami pun langsung berhenti melompat dan lebih memilih duduk diatas kasur diikuti Jaemin yang terlebih dahulu meletakkan komiknya ke rak buku kemudian duduk disamping Lami.
"Jaemin~ah apa yang bisa kulakukan? Aku tadi menyatakan perasaan ku pada Mark Oppa. Apa dia akan menganggapku gadis aneh mulai sekarang?" Lami mengucapkannya dalam satu tarikan nafas.
Mark? Si anak baru itu? Jaemin merasakan dadanya seperti terbakar. Dia sepertinya mulai tak menyukai nama asing itu.
"Lalu? Apa dia menolakmu?" Jaemin bertanya dengan nada yang terdengar sedikit acuh.
"Tidak. Aku langsung kabur setelah itu. Apa dia akan menganggapku gadis aneh setelah ini ?" Lami menatap Jaemin dengan serius.
Sedangkan yang ditatap lebih memilih mengalihkan tatapannya kearah langit langit kamar nya yang berwarna putih.
"Sepertinya begitu. Gadis mana yang bisa langsung mengatakan perasaannya saat pertemuan kedua mereka? Kau memang gadis langka Lami~ya" Jawab Jaemin dengan nada mengejek yang sangat kentara didalamnya.
"Kau menyebalkan. Jadi apa yang harus kulakukan sekarang Na Jaemin?" Lami mengguncangkan kedua bahu Jaemin dengan tangannya sambil berteriak frustasi.
"Molla, kenapa kau menanyakannya padaku" Jaemin menepis kedua tangan Lami yang ada dipundaknya. Detak jantungnya akhir akhir ini sering berdetak tak beraturan saat melakukan kontak fisik dengan Lami, dan Jaemin masih belum terbiasa dengan itu.***
Sepanjang Hari ini yang bisa Lami lakukan hanyalah menghindari bertatap muka dengan Mark, dia belum siap. Dia benar benar malu dengan kejadian kemaren sore itu. Bagaimana pria itu akan memandangnya sekarang ? apa dia benar benar akan terlihat aneh oleh pria itu?. Bagaimana jika pria itu bahkan merasa ilfeel dengannya? Berbagai kemungkinan buruk terus bergentayangan diotaknya.
Bagaimana dia akan mendapatkan hati Mark Lee jika seperti ini caranya? Dia bahkan sudah kalah terlebih dahulu saat baru memulainya. Yang dia inginkan sekarang adalah menghapus kenangan buruk kemaren dari ingat Mark, dia benar benar ingin penya kekuatan itu sekarang. Pikiran pikiran bodohnya terus saja memasuki otaknya dan baru Lami sadari pria yang sudah memenuhi pikirannya sejak jadi sedang berjalan kearahnya dengan seorang pria yang Lami tau sebagai teman sekelas Mark. Dan yang bisa pikirkan otaknya saat ini adalah pergi menghindari Mark. Kemudian Lami berbalik lalu segera berlari kecil menuju arah toilet wanita yang letaknya tak jauh dari tempatnya berdiri tadi. Dia hanya bisa berharap Mark tidak melihat nya tadi. Dia benar benar belum siap menunjukkan mukanya pada pria itu.***
Jam pelajaran selesai istirahat benar benar kosong, semua guru sedang mengadakan rapat sekarang. Semua kelas dibiarkan kosong tanpa ada diberi tugas sama sekali, tentu saja itu membuat semua siswa berteriak kegiragan mendengarnya. Saat ini semua siswa dikelas Lami sudah sibuk dengan kegiatan masing masing, ada yang memilih membentuk kelompok untuk menggosipkan berbagai hal, ada yang lebih memilih tidur, ada juga yang bergegas keluar kelas untuk kekantin dan lainnya. Lami menatap Hye In teman sebangkunya yang kini sudah memasuki alam mimpi dengan handset yang tergantung dikedua telinganya. Sedangkan Jaemin dia tak melihatnya semenjak bel istirahat tadi, sepertinya pria itu masih betah dikantin atau diperpustakaan karna hanya dua tempat itu yang selalu menjadi favorite seorang Na Jaemin.
Lami benar benar dilanda kebosaan saat ini dia ingin tidur tapi matanya sama sekali tak menginginkan hal itu. Jadi dia lebih memilih berjalan keluar kelas dan berhenti tepat di depan dinding pembatas yang hanya sebatas dadanya, kelasnya yang berada dilantai 3 ini memang langsung memamerkan pemandangan kearah Lapangan Outdoor sekolahmya yang berada dilantai dasar.
Lami kembali mematung, dilihatnya dibawah ada pria itu, pria yang memporak porandakan hatinya beberapa waktu ini. Dilihatnya Mark sedang mendribble bola oranye itu beberapa kali sebelum memasukkannya kering. Pria itu bersorak kegirangan sambil berhigh five dengan rekan setimnya. Lami kembali keaktifitas favorite nya, mengagumi wajah itu, wajah yang menurutnya benar benar tanpa cela. Mengamati dengan seksama wajah yang sudah dipenuhi dengan peluh itu tapi bahkan tidak mengurangi pesona pemiliknya, mencoba merekam dan menyimpannya pada sudut special didalam otak dan juga hatinya. Lami benar benar menyukai senyum itu dan didalam hatinya dia kembali berharap suatu saat nanti dia yang akan menjadi penyebab senyum diwajah pria itu. Dia tokoh utama yang akan ada dihidup pria itu kelak, dia yakin itu.Tanpa Lami sadari ada seseorang yang berdiri dibelakangnya sedang menggepalkan tangannya hingga sedikit bergetar menahan sesak didadanya saat menemukan tatapan Lami yang hanya fokus pada pria dibawah sana.
Jaemin awalnya hanya ingin mengagetkan Lami tapi dilihatnya gadis itu sama sekali tak bergeming dan hanya fokus menatap pria yang sedang bermain basket dibawah sana dengan tatapan berbinar dan juga senyum yang menggembang di wajah cantiknya. Hatinya lagi lagi terasa terbakar, ada yang menyesakkan didalam sana dan dia masih saja mencoba menyangkal kalau dia memang sedang cemburu. Kewarasannya masih saja menyangkal jika rasa itu memang benar adanya. Dia tau sudah ada yang berbeda dengan dengan hatinya, dia hanya takut, karna rasa ini dia bisa saja bertindak egois dan berakhir dengan kehilangan Lami. Jaemin benar benar takut dengan kemungkinan mengerikan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come A Little Closer
FanfictionLami pikir ini hanya rasa ketertarikan sementara. Tapi seiring berjalannya waktu dia sadar dia jatuh cinta. Jatuh cinta dengan kakak kelasnya yang diinginkan nyaris seluruh gadis disekolahnya. Mark tidak masalah jika para gadis itu terus mengikutin...