Tujuh

116 6 3
                                    

Hallo, Readers. Ini part terakhir, ya. Emang sengaja dibuat sangat singkat, buat perkenalan aja, hehe. Baru coba nulis di wattpad nih. Boleh coba kunjungi blog di rosaliaaaa.blogspot.com, kritik dan saran ditunggu, ya. Bocoran nih buat karya selanjutnya, judulnya "Salah Rasa". Terimakasih, ya, yang udah sempetin baca😊

***

Dua tahun setelah kepergian Albi.

Aku tidak datang ke pemakamannya. Tidak melihat Albi untuk yang terakhir kali. Tidak pernah berani menginjakkan kaki di kotanya. Aku tidak siap. Masih belum siap dan tidak akan pernah siap. Aku janji akan datang menemuinya. Lalu, sekarang siapa yang perlu kutemui? Aku ingin menemui Albi, pangeran tampanku. Aku ingin menemuinya dalam wujud nyata, bukan hanya sekedar ilusi. Selama dua tahun ini pula aku selalu terbayang-bayang wajahnya. Bahkan berkali-kali Albi muncul dalam mimpiku, berhasil membuatku terbangun dan menangis sesenggukan selama berjam-jam. Mimpi yang selalu sama. Albi datang membawa mawar merah dan mengatakan, "Aku menyayangimu, Fayola Nara. Sangat menyayangimu." Aku tidak bisa menghilangkan penyesalan karena tidak mendengarkan ucapannya di malam terakhir itu. Aku menyesal belum sempat mengatakan betapa aku juga menyayanginya. Aku hanya tidak bisa menghilangkan dua rasa yang selama ini menyiksa. Rasa sayangku yang terlanjur dalam, juga penyesalanku. Hari-hariku tetap sama. Menghabiskan setiap malam untuk mengenang Albi. Betapa tampannya dia ketika tersenyum. Betapa lembut tutur katanya. Betapa nyaman bersandar pada dada bidangnya. Betapa paniknya dia ketika melihatku menangis. Betapa hangat pelukannya. Aku sangat merindukannya. Aku ingin dia kembali, tapi seberapa keraspun aku berdoa, Tuhan tidak akan pernah mengembalikan dia padaku.

Dear, Albi Rezha Pratama Putra.
Hai, pangeran tampan. Apa kabar? Baik-baik saja, bukan? Aku selalu ingin kamu baik-baik saja. Meskipun kamu tidak lagi ada di sisiku. Terimakasih karena sudah menyayangiku sampai akhir. Aku juga menyayangimu, dengan sangat. Aku tahu kamu sedang mengawasiku dari surga, iya, kan? Kak, aku hidup dalam penyesalan yang begitu menyesakkan. Perasaanku untukmu masih sama hingga detik ini. Tidak berkurang sedikitpun. Aku bangga, Kak, karena merasa memilikimu sejak awal. Andaikan aku dilahirkan kembali, aku tidak keberatan untuk jatuh cinta lagi padamu. Aku tidak akan memintamu untuk datang ke mimpiku dan mengatakan bagaimana cara agar aku bisa menyembuhkan luka ini. Aku senang dengan kehadiranmu yang selalu mengatakan "aku menyayangimu, Fayola Nara." Seandainya kita bisa bertemu lagi di dunia yang sama, aku akan memelukmu dan mengatakan betapa aku tidak ingin kehilanganmu.

Setiap hari, aku menulis surat untuk Albi. Dengan tema yang sama, rindu. Dengan tangis yang sama, kehilangan. Surat yang tidak pernah kukirimkan, karena aku tidak tahu alamat surga.

END.

Bunga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang