Ibu gue, tiang keluarga. Bukan tulang punggung karena yang menyabet gelar itu tentunya ayah.
Cantik. Itu kenapa beliau bisa melahirkan anak-anak kayak gue, Rahmi, Lily, dan Hafiz. Walaupun ibu punya sedikit masalah berat badan.
Gue gak bakal bilang ibu gue itu wonderwomen atau apa. Karena ibu-ibu di seluruh dunia emang wanita yang luar biasa. Tapi ibu gue beda. Bukan cuma luar biasa.
Pernyataan yang kelewat umum sih. Tapi gue akan menyatakan ulang kalimat ini lagi:
Ibu gue bisa jadi teman, sahabat, guru, motivator, sekaligus ibu.
Gak ada satupun detail keseharian gue (bahkan yang paling gak penting), yang gak gue ceritain sama ibu. Punya sifat supel dan berpikiran terbuka, bikin gue tambah klop sama ibu gue itu. Bukan karena gue juga supel dan berpikiran terbuka, tapi karena sifatnya, ibu jadi bisa mengimbangi sifat gue yang cuma bawel di rumah.
Ibu berkorban banyak untuk kami sekeluarga. Beliau tok' ibu rumah tangga. Setiap gue pulang, atau adek-adek gue pulang, gak pernah gak ada ibu di rumah. Biasanya kalo udah selesai sama pekerjaan-pekerjaan rumah, ibu nonton drama Korea.
Gue sayang banget, banget, banget, sama ibu gue. Walaupun beliau bukan tipe ibu lembut (tapi juga gak kasar) yang romantis atau semacam itu. Ibu gue gaul. Bukan dalam artian suka ke salon atau apa. Gaul yang gue maksud ya itu tadi, memperlakukan anak sebagai sahabat hampir setiap saat. Pada saat yang tepat.
Gak kayak ibu konvensional yang membangun tembok tinggi-tinggi soal status ibu-anak. Tapi itu bukan berarti beliau juga gak memberi batasan. Lo ngerti kan? Selalu ada masalah orang dewasa yang gak perlu diketahui anak-anak.
Tapi jelas, sekarang gue bukan lagi bicara soal seks.
Maksud gue masalah-masalah lain diluar itu.
Sebelumnya gue bilang ibu gue adalah motivator semacam Mario Teguh di MetroTV. Itu bukan cuma bualan. Bedanya, ibu make bahasa sederhana yang mudah dipahami dan mengena di hati.
Bahkan waktu lagi berperan sebagai guru, ibu gak menggurui.
Ibu lebih banyak memaparkan harapannya daripada ngasih nasihat-nasihat. Ibu mendorong gue dan adek-adek gue untuk bisa mengambil sikap yang tepat. Membimbing kami mengambil keputusan. Gak menyabotase hak.
Sebagai gantinya, kayak yang gue bilang, ibu hobi memaparkan harapannya.
Sebagai anak pertama, otomatis gue yang jadi tumpuan utama. Emang sedikit membebani sih, tapi itu jelas memotivasi.
Yang ibu lakuin adalah membicarakan masa depan. Gimana bahagianya dia dan ayah waktu ngeliat gue dan dua adek gue udah jadi orang sukses semua.
Ibu suka bicara soal jalan-jalan keliling Eropa, naik haji sama-sama, dan yang lain-lainnya. Bicara soal rencana. Bagi ibu, masa depan itu indah.
Dan gue harus mewujudkannya.
Bukan paksaan. Tapi itu penanaman kesadaran.
Dan gue emang sadar, gue harus mewujudkannya.
YOU ARE READING
I'm Melati
RomanceGue Melati Raisa. Ini bukan roman, sebenernya. Lagipula gue gak begitu ngerti apa arti roman yang sesungguhnya. Tapi kalau merujuk wikipedia, roman adalah: Sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelaku...