part 1

16.6K 574 5
                                    

"Selamat yaa.. Hmm.. Iya.. Lagi dijalan, bilangin ke Nava maaf yaa gak bisa datang..assalamualaikum" ucap ku mengakhiri panggilan dari Bastian.

Hari ini adalah hari pernikahan Bastian dengan Nava, gadis manis asal Yogya umur 21 tahun dan 2 tahun lebih muda dariku. Mereka merayakan pernikahan disalah satu hotel ternama Yogyakarta. Aku tidak bisa atau lebih tepatnya tidak mau hadir diacara tersebut dan lebih memilih untuk berlibur ke vila yang aku dan suamiku beli di wonosari.

"I'll be okay.." ucap ku lirih mencoba menenangkan hati ku.

Suasana kota wonosari hari ini sangat mendung, seperti hatiku. Tidak banyak orang yang keluar rumah saat ini. Akhirnya setelah 2 jam perjalanan aku pun tiba di Vila. Vila yang kami punya ini terletak di kawasan pantai Baron. Kamar yang di desain langsung menghadap pantai menjadi sesuatu yang selalu mengundang rasa rindu ku akan tempat ini.

Rasanya baru kemaren aku menghabis kan bulan madu bersama suami ku tercinta disini... sekarang aku merindukan nya, batinku sambil tersenyum miris.

Ku aktifkan kembali hp ku yang sedari tadi memang ku matikan setelah di telpon Bastian. Kulihat tidak ada pesan atau misscall dari nya hanya notif dari operator- operator setia. Bahkan suami ku saja tidak menanyakan kabarku?

"Seharusnya aku nikah sama abang operator aja.."

Ku cari kontak Denny di hp ku dan segera menelpon nya. Denny adalah teman cowokku yang rada kecewek - cewekan, kadang rempong nya melebihi wanita tulen. Baru dering ke dua dia sudah mengangkat telpon ku.

"Lo dimana cabe? Gue di vila ni main sini yaa.. Aku 'meriang' nih merindukan kasih sayang.. Cepet GPL" ucap ku langsung.

" ee buset ngomong assalamualaikum dulu kek neng.. Ada apa nyonya besar?? Gue lagi mager inihh.." ucapnya gak kalah alay.

"Jangan panggil gue nyonya besar lagi.."ucapku lirih.

"napee.. Lu udah kurusan emang? "

Padahal menurutku bentuk tubuh ku gak gendut-gendut amat, cuma sedikit berisi

"Udah ada nyonya besar yang lain.. " lanjutku.

"Hah? Maksud lo apa? Ada yang lebih gede dari lu? " tanya nya bingung. Kuyakin kening nya berkerut-kerut disana.

"Udahh cepetan sini.. Gue males ngomong disini.." bentaku.

"lu ngapa sih Han?  PMS ya lu?  Dari tadi ngomong aneh.. "

"..Bastian nikah hari ini.. tadi" lanjutku.

"waahh beneeer.. Bener bener aneh ni orang.. "

"gue serius nyet, lu gak ingat apa pas gue curhat mau nyuruh Bastian nikah lagi? " ucapku kesal.

"ya gue pikir lu bercanda.. "

"serius Dennyyy.. Bastian nikah noh tadi.. Lu gak di undang kan hahah mampos gak d anggep temen sih.." ucap ku mencoba melawak.

"..."

"Halo? Lo gak mati kan Den..??"

"..." masih diam. Kulihat hp ku masih tersambung panggilannya.

"Plis deh yang ditinggal nikah siapa yang shock siapa.." gerutu ku.

"I'll be there wait for me" ucapnya tegas dan langsung mematikan panggilan kami.

"Thanks" ucapku lirih aku sangat berterima kasih karna mempunyai seseorang yang selalu ada buatku selain Bastian.

Setelah panggilan ku tutup akupun menuju dapur menyiapkan snack dan juga minuman buat Denny nanti. Setelah itu kubawa snack dan minuman tadi ke ruang keluarga. Ku edarkan pandangan ku ke seluruh penjuru ruangan yang ada di villa. Sepi.

Kulihat ada album foto lama di lemari kaca meja tv. Aku ingat betul itu adalah album foto ku saat SMA. Aku ingat dulu almarhum ayahku yang berprofesi fotografer sering kali memoto ku dari aku masih di perut sampe beliau meninggal saat aku umur 19 tahun.

Tidak hanya aku, bahkan sahabat-sahabat ku pun ada di beberapa foto ku yang beliau ambil. Termasuk Bastian, sahabat ku dari jaman putih abu-abu sampe sekarang. Bahkan Denny pun ada walau hanya beberapa lembar, karna aku mengenal dia sewaktu kuliah.. Setahun sebelum ayah ku meninggal.

Setelah lulus SMA aku dan Bastian sama-sama kuliah di UGM disitu lah kami bertemu Denny waktu ospek. Aku dan Denny sama-sama jurusan bahasa inggris sedang kan Bastian mengambil jurusan ekonomi.

Ku buka album foto dengan cover awan dan langit biru itu yang bertuliskan "MASA SMA". Foto pertama yang menyambutku adalah foto ku dan Bastian disampingku dengan wajah kami berdua yang kayak badut lenong pancoran, foto ini di berikan kepada ku oleh senior SMA ku dulu, buat kenangan kata nya.

Foto tersebut diambil ketika aku dan Bastian ospek dan dikerjai oleh senior-senior karna kami berdua sama-sama telat. Wajah kami yang sudah penuh dengan make up hasil maha karya tangan senior-senior kami itu harus di jaga dan tidak boleh di hapus sampai ospek hari itu selesai.

Wajah kami berdua membuat semua murid baik yang ospek maupun senior-senior lain yang ada di sekolah tertawa bahkan banyak yang mengabadikan nya dengan ponsel, alhasil aku dan Bastian terkenal di SMA sampe lulus dengan tittle BADUT LENONG . Mulai dari situ lah aku dan Bastian berteman dan kebetulan juga kelas kami sama.

Masih banyak foto ku dan Bastian yang ingin aku ceritakan ke kalian tapi, suara mobil Sirion yang aku hapal betul itu sudah terdengar di depan. Siapa lagi yang datang kalau bukan lelaki itu. Ralat lelaki ke cewek-cewek an itu. He he he.

"Cerita sekarang juga..!!" ucapnya tegas setelah membuka pintu depan. Di persahabatan ku, Batian dan Denny, kami selalu berprinsip rumah gue rumah elo juga ya gitu lah kami dari dulu sampe sekarang jadi kami tidak sungkan lagi untuk langsung masuk ke rumah yang lain dan kebetulan kami dekat dengan orang tua satu sama lain bahkan dianggap anak sendiri, orang tua kami pun jadi berteman gara-gara persahabatan kami bertiga.

"Masyallah.. Salam dulu kek neng.." ucapku sambil meliriknya memberi isyarat untuk mengikuti ku keruang keluarga.

Aku duduk di sofa begitu pun Denny. Kulirik dia sekilas, bingung mau mulai cerita dari mana. Dia diam saja sambil menatapku tak sabaran. Hening. Bahkan suara degup jantungku sendiri dapat ku dengar. Ku ambil sebuah undangan nikah dari tas ku yang ada di kamar dan memberinya ke Denny.

Undangan simple dengan warna abu rokok dan pita ungu yang membuat nya tampak cantik bertuliskan " Bastian akbar & Nava Ridha H." ku lihat kening Denny mulai berkerut dan nafas nya mulai tidak teratur. Dia menatapku garang meminta penjalasan.

"Den.. Jujur apa yang lu rasain sekarang?" ucapku pelan, takut salah ambil start.

"gue...Gue ngerasa di anggap temen.. "

"SERIUSS.. " aku melotot ke arah nya.

"Gue.. Gue bingung, sedih dan marah, lo kok gak cerita sih sama gue lo pikir gue ini siapaa Han?? Siapa? Lo.. Gue kecewaa sama lo sama Bastian brengsek itu.. Kok lo arrghh apasih yang kalian rencana kan?? Gue merasa orang paling bodoh sendiri tau gak?? Lo bayangin.. Gimana perasaan gue saat tau suami sahabat gue yang merupakan sahabat gue juga menikah lagiii Han.. Gimana??" ucapnya emosi. Kulihat dia mulai mengacak rambutnya frustasi.

"Terus.. Menurut lo.. Gimana perasaan gue?" ucapku serak. Aku gak sanggup lagi menahan tangis ku. Denny langsung memelukku dan aku pun bercerita dengan air mata yang terus membasahi baju nya.

Hai hai haii.. I'm back again dengan cerita baru, gimana? Gimana?? 'Ya elah mba cerita lama aja belom tutup usia udah bikin yg baru aja' he he hee.. Mianhae gue lg seneng cerita bertema pernikahan jd nya gini deh labil, banyak yang bilang kebelet nikah jugaa aakhh meriang ... Merindukan kasih ayang :v sorry worry be happy gaje -,-

Jgan lupa vote koment sama follow akun ku yaah, kalau bisa cerita yang lain di jabanin juga biar lebih.. Lebih.. Ya lebih aja deh pokok nya bae bae

When Would It Be [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang