F A M I L Y

101 10 0
                                    

Keluarga bahagia

Dengan jutaan tawa didalamnya, dengan kehangatan yang mampu menyentuh kalbu. Gadis itu terbangun dari tidurnya, menyapa angin malam diluar sana. Matanya menatap lurus kedepan seolah melihat masa lalu yang begitu menyedihkan. Entah sudah berapa lama kejadian itu berlalu, sejak ia melihat ayah yang sangat dicintainya itu menampar ibu tersayangnya, mendengar pertengkaran yang seolah menjadi lagu penghantar tidur setiap malam, mendengar ayahnya berteriak dan ibunya menangis tersedu-sedu, melihat ayahnya yang pulang malam dengan sebotol minuman ditangan dan gadis cantik dipangkuan dari celah pintu, mendengar ibu nya menjerit, merasakan kesepian saat ibunya memutuskan meninggalkan rumah dan bekerja setiap waktu, merasakan sakit saat ayahnya pulang dengan luka lebam diwajah, merasakan hawa dingin yang semakin menusuk. Dirumah sebesar ini, gadis itu hanya sendirian, sampai suatu malam orang-orang berpakaian coklat dan sirine mobil menghampiri rumahnya, mengatakan bahwa mobil yang dikendarai ibu nya menabrak pembatas jalan dan jatuh kejurang.

Ify yang saat itu masih berusia enam tahun tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa menangis histeris sambil berusaha mengerti. Ayah yang saat ini ia butuhkan, menghilang entah kemana, ia menangis, mendambakan sebuah pelukan hangat dari orang tersayang. Ia menderita, sampai suatu saat ibu dari ayahnya menghampirinya, memberikan seluruh kasih sayang yang tidak bisa diberikan oleh anaknya pada Ify, membesarkan dan menjaganya.

Tapi luka tetaplah luka, seperti sebuah parasit yang terus menempel. Di hati juga dipikiran.

"Ayah brengseeeeek!!!!!"

"Bodoooooh!!!!!!"

"Ayah kemana waktu mama meninggal!!!"

"Ayah dimana waktu Ify butuhin!!!"

"Ify benci ayaaaah!!!"

"Brengseeek!! Bodoh!!!"

"Bangsaaaat!"

"ARRRTRGGGGHHH!!!"

"HIIKS.....HIKKKS!!"

"Ayah begoo!!!!! Ify benci ayaaah!!!"

Teriakan histeris dan buliran air mata mungkin sudah biasa bagi Ify, gadis itu terus meneriaki pertanyaan yang mungkin tidak pernah terjawab. Hanya ada hembusan angin yang seolah menyahut.

Tapi itulah yang menjadikannya kuat, itulah kenyataan yang membuat gadis imut itu menjadi gadis yang kadang angkuh, jadi gadis gila dengan kelakuannya yang amburadul.

Itulah luka dibalik tawa.

Karena, orang yang terlihat baik-baik saja dan bahagia adalah orang yang paling banyak menyimpan derita.

***

"Fy!!! Lo udah ngerjain biologi belum?! Semalem otak gue konslet lagi, gue liat yaa, cuma tiga puluh nomer doang!"
Sambutan hangat dari Ayu yang disusul anggukan Putri dan Anna saat gue baru aja masuk kekelas bertuliskan 12 IPA 2 diatasnya. Kelas gue. Aduh, begininih yang gue gasuka, belum juga ambil nafas udah dipalakin PR aja.

"Huufh!! Emang sejak kapan otak lu jalan Yu!! Itu mah bukan cuman, tapi nyontek sepenuhnya!!"

Gue jalan ke meja gue dibarisan kedua, melihat keadaan kelas yang udah rame macem pasar malem. Ikhsan sama genk-an nya juga udah nyampe, lagi sibuk dengan vidio game dan film anime dengan serius. Anjaay pagi-pagi udah olahraga aja tuh dedek junior.

Vicky, Anisa sama Igo lagi piket, sedangkan Wahyu si ketua kelas bermata empat lagi sibuk dengan agenda dimeja guru. Sementara murid lainnya sibuk masing-masing.

"Fy! Lo udah tau belum, minggu depan pensi tau! Lo mau nampilin apa?!"
Tanya Putri setelah gue duduk dikursi gue, Ayu dan Anna yang duduk dimeja depan gue menoleh, nimbrung obrolan gue sama Putri yang duduk sebangku.

DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang