Angin, salamkan rindu yang tak pernah terucap.
Sebarkan harapan pada hati yang terluka.
Usirlah sendu yang mengundang air mata.
Angin, sampaikan padanya...
Aku sangat mencintainya.
Angin, aku sangat merindukannya.
Merindukan pelukan hangatnya
Binar matanya yang indah
Hangat tangannya yang selalu membelai rambutku,
Angin, dia telah pergi.
Kebodohanku telah membuatnya pergi.
Ketakutanku akan sebuah pengkhianatan telah merobohkannya.Aku menendangnya secara halus.
Dan perlahan tapi pasti, dia benar-benar menghilang.
Meninggalkanku dengan rasa sesak yang teramat sangat.Begitu sesak hingga aku ingin mati saja.
Aku benci mengatakan ini!
Angin, sampaikan pada hujan.
Tumpahkan seluruh tetesannya hingga aku bisa menangis.Katakan padanya, untuk menghukumku yang bodoh ini dengan buliran air sedingin es.
Karena aku ingin membeku.
Bersama perasaan bersalah yang menjejali hati.
-Fyndrana-
***
Pagi ini, tak seperti biasanya. Ify datang kesekolah dengan kondisi yang tidak fit. Mungkin kelelahan, ditambah lagi kemarin hujan, dan jangan salahkan gadis itu jika ingin bermain hujan. Kepalanya terasa berat sekali, suhu tubuhnya juga labil, dingin diluar dan panas didalam, badannya sakit semua, serasa sudah berumur puluhan tahun. Panggilan seseorang menghentikan langkahnya yang menapaki koridor, Ify menghela nafas, menggosok hidungnya dengan jari tangan. Seperti biasa, Dadang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik
Teen FictionSama seperti hitam yang tetap bagian dari warna. Rasa sakit juga tetap bagian dari hidup. Semua itu hakiki. Gaakan ada yang berubah sekalipun lo mengemis pada semesta.