18

2.9K 274 11
                                    

"Maafin aku Li" Prilly berucap dengan nada tak enak atas penolakannya tadi. Bagaimanapun, Ali akhir-akhir ini selalu menghiburnya. Selalu menemani hari-harinya. Selalu menguatkannya ketika rasa galau akibat diputuskan oleh Rafi mulai melanda.

Ali memejamkan kedua matanya mendengar penolakan Prilly. Sesak di dada. Rupanya sakit sekali ketika di tolak.

"Li maafin aku" lirih Prilly dengan wajah tertunduk saat tak mendengar lagi suara yang keluar dari mulut Ali.

Ali mencoba tersenyum menatap Prilly. Tangannya mulai terulur ke arah dagu Prilly, mengangkat dagunya hingga kini wajah Prilly mendongak menatap langsung pada wajah Ali.

"Gkpp kok. Kamu gak perlu minta maaf sama jawaban kamu sendiri. Ini resiko aku terlalu cepat nembak kamu. Hmmm kalo aku boleh tau, alasan kamu nolak aku apa?"

Ali menatap langsung dan dalam pada mata Prilly yang tiba-tiba saja menunjukkan pandangan kesedihannya.

"Aku trauma pacaran Li" seusainya Prilly tertunduk.

Ali menatapnya sedih. Dia tau bagaimana kesedihan yang dialami oleh Prilly selama ini. Berjuang menahan hati ketika melihat mantan yang begitu dicintainya berjalan berdua dengan wanita lain bahkan seakan menunjukkan kemesraan keduanya didepan Prilly. Sungguh itu memporak porandakan hati Prilly.

Ali kembali mengulurkan tangannya. Menarik dagu Prilly lembut hingga kepala Prilly terangkat. Mata keduanya saling bertemu. Saling menatap satu sama lain.

"Aku paham sama ketraumaan kamu. Aku gkpp. Jangan dipikirin lagi ya. Kita jalanin aja yang sekarang" Ali mengelus-elus pipi Prilly lembut. Mata Prilly sedari tadi tak hentinya menatap ketulusan yang terpancar dari mata Ali.

"Yaudah lanjutin lagi makannya. Kok malah jadi galau begini" Ali berusaha memecah kesedihan yang tiba-tiba saja menyelimuti suasana makan malam keduanya.

Prilly mengangguk. Kemudian keduanya melanjutkan makan malam mereka. Diiringi dengan canda tawa keduanya.

--------------------------------------------
"Makasih Li buat dinner nya. Makasih juga udah nganterin pulang" sahut Prilly kala mobil Ali telah terparkir didepan rumah Prilly.

"Iya sama-sama. Besok aku jemput ya ke sekolah"

"Eh? Gak usah biar aku berangkat sendiri aja"

"Gak ada! Aku itu udah dinobatkan sama Mami buat antar jemput kamu" seru Ali tak terbantahkan.

Prilly menghela nafasnya berat. Menganggukkan kepalanya menandakan dia setuju untuk diantar dan dijemput oleh Ali.

"Yaudah aku masuk ya. Hati-hati dijalan Li"

Prilly membuka pintu mobil Ali dan keluar. Ali membuka kaca mobilnya. Menatap Prilly dibawah cahaya lampu teras rumah Prilly yang sedikit meredup.

"Good night" Prilly tersenyum kemudian membalas sapaan Ali hanya dengan anggukan kecilnya. Beberapa saat kemudian, mobil Ali sudah melaju meninggalkan pekarangan rumah Prilly. Prilly pun begitu. Saat memastikan Ali benar-benar sudah tak terlihat, ia langsung masuk kedalam rumahnya. Membersihkan diri dan merebahkan tubuhnya diatas kasur empuknya. Hari ini hari yang melelahkan untuk Prilly.

---------------------------------------------
"Hai son! Akhirnya kamu pulang juga. Gimana tadi? Sukses kan tembak Prillynya? Prilly terima kan? Duh kok mami jadi deg deg serr gini sih"

Ali menatap sendu pada maminya yang begitu berharap banyak bahwa Ali bisa memiliki hubungan "lebih dari teman" dengan Prilly.

Ali duduk didekat maminya. Lalu ia merebahkan kepalanya pada bahu maminya. Memejamkan kedua matanya menikmati kenyamanan yang disalurkan secara tidak langsung dari sosok yang begitu berarti dalam hidupnya. Maminya.

ITU AKU DULUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang