11

4.3K 415 20
                                    

"Gue ada Lo. Lo akan selalu jagain gue kan?" Seketika lidah Ali keluh untuk menjawab pernyataan Prilly.

Ali diam menatap Prilly. Tanpa Prilly tanya pun, ia akan selalu ada buat Prilly. Menangkan gadis itu saat sedih dan ikut tersenyum saat gadis itu bahagia.

"Atau lo udah gak sanggup ada buat gue? Gue siap kok Li kalo lo mau ninggalin gue. Gue akan belajar tegar dengan sendirinya seperti apa yang selalu lo nasehatin sama gue. Belajar kuat diatas rasa sakit hati gue" ucapan Prilly dengan segera menyandarkan Ali dari diamnya. Saat Ali tersadar dari diamnya, dilihatnya Prilly yang mulai berbalik. Namun dengan cepat Ali menahannya. Membuat Prilly kembali berhadapan dengan Ali.

"Tanpa lo tanya gue akan selalu ada buat lo. Selalu!" Ali mengucapkan kalimat tersebut dengan lantang dan tegasnya. Prilly tersenyum mendengar ketegasan Ali.

"Kalo lo selalu ada buat gue, buat apa gue takut ngehadapin mereka? Toh lo gak akan ngebiarin setetes pun air mata gue jatuh kan?"

Pertanyaan Prilly membuat sebuah senyuman terukir di wajah Ali. Sungguh ia bersyukur. Prilly bijak sekali. Rasanya tak sia-sia selalu menenangkannya dan menasehatinya dikala ia sedih.

"Lo juga bakal genggam tangan gue disaat gue sedih atau bahagia? Lo kan akan selalu ada buat gue" Prilly menyodorkan telapak tangannya untuk Ali genggam. Sejenak Ali memperhatikan tangan Prilly. Kemudian ia mengenggam erat tangan tersebut.

"Selalu. Tangan gue selalu ada apapun kondisi lo"

****
"Oke pertanyaan pertama buat kalian berdua. Pertama dijawab sama Rafi baru dijawab sama Cinta. Pertama, seberapa penting sih pacaran buat semangat belajar kalian?" Ali mulai meluncurkan pertanyaan pertamanya.

Rafi dan Cinta sejenak saling bertatapan.

"Bagi gue, pacaran penting. Ini menurut pandangan gue ya. Ya setidaknya kalo gue pacaran, gue punya patokan untuk lebih semangat ke sekolah. Itu paling dasarnya. Kalo ada pacar juga, gue jadi berfikir, gue harus bisa membuat nama gue bagus. Jadi pacar gue bisa bangga dengan gue. Gue membuat nama gue bagus dengan prestasi. Bener kan sayang?" Rafi dengan lembutnya membelai rambut Cinta dengan sayang.

"Bener banget. Jawaban gue sama kayak Rafi ya" Cinta ikut menyetujui jawaban yang disebutkan Rafi.

Rasa sesak itu kembali dirasa oleh Prilly. Melihat sikap lembut Rafi pada Cinta, mengingatkannya pada saat Rafi masih menjadi miliknya. Dan sekarang? Ia harus menyaksikan secara live kehangatan hubungan mereka.

Ali melirik pada Prilly yang sedang menulis dengan tangan yang bergetar. Ya dia tau. Luka dihati Prilly kembali terbuka. Dengan cepat Ali mengenggam tangan Prilly. Membuat Prilly menghentikan kerjaannya. Ia menatap Ali yang sedang tersenyum menguatkannya.

"Duh, kenapa jadi kita disuguhin adegan romantis gini sih? Kayak kita berdua gak bisa aja. Liat nih" setelah berucap, Rafi langsung merangkul Cinta dengan mesranya. Senyum bahagia tak pernah luput dari keduanya. Prilly hanya mampu menatap nanar keduanya. Itu sering dilakukan Rafi saat mereka tengah duduk berdua sambil menatapi para pasangan yang sedang menunjukkan keromantisan mereka.

Tapi ingat! Itu dulu! Dulu saat mereka masih menjalin asmara.

Ali kembali memfokuskan dirinya ke lembaran yang berisi pertanyaan untuk Rafi dan Cinta.

"Oke karena kalian bilang pacar juga mempengaruhi kalian dalam belajar, pacar yang seperti apa yang sesuai kriteria kalian dan kriteria tersebut benar-benar membantu kalian untuk tetap semangat dalam belajar? Cinta, lo duluan yang jawab" Cinta mengangguk paham.

"Oke, kalo gue sih, kriteria gue yang bisa buat gue semangat belajar itu semuanya yang ada di diri Rafi. Hampir 90 persen dalam diri Rafi itu adalah kriteria gue. Kalo Rafi bukan kriteria gue, kenapa gue bisa jatuh cinta kayak sekarang?" Cinta menjawab dengan mantapnya. Ia melirik ke arah Rafi sambil tersenyum senang.

ITU AKU DULUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang