dua

1K 188 2
                                    

Sejeong masuk kedalam mobil van, ia menemukan Nayoung sedang menatap keluar jendela atau lebih tepatnya kearah meja Namjoon berada, Mina menarik ujung lengan baju Sejeong untuk mendapatkan perhatiannya.

"Unnie, Nayoung Unnie dari tadi hanya melihat keluar jendela, ke pria itu." Mina langsung menunjuk meja Namjoon.

"Meja reporter Kim? Ada apa dengannya?" Tanya Sejeong, Mina hanya menggeleng tak tahu jawaban atas pertanyaan Sejeong.

"Unnie." Panggil Sejeong sambil melambaikan tangannya di depan wajah Nayoung.

"Ah, Sejeong-a, kau sudah kembali?" Nayoung langsung membenarkan posisi duduknya.

"Unnie, kenapa kau melamun?" Tanya Sejeong.

"Tidak ada apa-apa" Nayoung tersenyum kearahnya.

"Baiklah." Walau Sejeong penasaran tapi ia tetap menghormati privasi Nayoung jadi ia memutuskan untuk berhenti bertanya.

"Oh ya Unnie, sepertinya reporter Kim menyukaimu." Lanjut Sejeong.

Nayoung langsung bungkam, ia masih memikirkan ku?. Nayoung menatap layar ponselnya.

Jika ia masih memikirkan ku, kenapa sampai saat ini ia tak menghubungiku? Jika ia masih mencintaiku kenapa ia pergi dengan gadis itu?

"Sejeong-a, boleh aku berbicara sesuatu." Kata Nayoung begitu mereka sampai di dorm.

"Ada apa unnie?"

"Tapi kau harus berjanji padaku kalau kau tak akan memberitahu siapapun."

Sejeong terdiam sesaat, lalu mengangguk. "Aku janji."

Walau sebenarnya ia tak ingin tapi apa yang bisa ia lakukan? Ia hanya butuh teman bicara.

"Reporter Kim... Namjoon... dia... dia pernah menjadi bagian hidupku."

Sejeong terdiam. Itu menjelaskan kenapa keduanya tampak hilang dalam pikiran mereka masing-masing.

"Unnie, apa hubungannya berakhir baik?"

"Sebenarnya hubungan kami belum berakhir, tapi bagiku hubungan itu sudah tak ada lagi." Nayoung berusaha keras tak menjatuhkan air matanya. Akan menjadi masalah besar jika semua member melihatnya menangis, hujan pertanyaan pasti akan menerpanya, ia tak mau itu.

"Kalian bertengkar?" Sejeong memeluknya.

"Aku yang memilih untuk pergi, aku tak bisa melihatnya terus. A-aku tak pernah bisa menyingkirkan kejadian itu." Nayoung mulai menangis.

"Unnie, mungkin kau salah paham." Jawab Sejeong, dimata Sejeong, Namjoon adalah orang yang baik, tapi hilang di pikirannya sendiri. Pertama bertemu saja, ia bisa merasakan kalau Namjoon seperti terperangkap dalam penjara perasaannya.

"Kau tak tahu apa-apa Sejeong." Balas Nayoung.

"Aku masih belum siap melihatnya lagi." Lanjut Nayoung.

"Kumohon, aku tak ingin unnie absen dari interview ini." Ucap Sejeong.

"Aku tak tahu Sejeong. Aku takut aku akan memaafkannya dan menerimanya kembali ketika aku melihatnya."

"Unnie aku mohon." Pinta Sejeong.

Nayoung tahu ini tak profesional untuknya jika tak muncul di interview itu hanya saja, hatinya masih berat, hatinya masih sakit akan luka itu.

"Pikirkanlah dulu, besok pagi aku akan meminta jawaban unnie, ok?" Sejeong pergi meninggalkan Nayoung begitu ia melepaskan pelukannya.

Nayoung terdiam, terjebak antara jawaban ya dan tidak. Ia hanya butuh satu jawaban tapi kenapa memilih jawaban itu sangat sulit?

No Comment {Namjoon}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang