Dua tahun kemudian . . . . . .
Awan hitam menggantung di langit sore menandakan hujan akan turun sebentar lagi, tapi sama sekali gak mengusik keberadaan cewek yang duduk di sudut kafe, sudut yang bagus untuk melihat kesekeliling kafe yang sedang rame sambil di temani laptop, greentea lemon dan red valvet yang sudah di makan separonya. Tidak perduli dengan pandangan beberapa pria yang menatapnya dengan tatapan lapar.
Dia menaikan kacamata bacanya yang turun karena terlalu lama menunduk dan kembali focus pada layar laptopnya yang menampilkan grafik keuntungan kafe. Yac, kafe yang dia tempati saat ini adalah kafenya yang sudah berjalan satu tahun belakangan ini, menu andalannya adalah cake yang dia buat sendiri ada 5 menu yang menjadi trend di kafenya dan selalu habis dan dia sendiri yang membuatnya. Lelah dengan laptonya, dia melepaskan kacamatanya dan memijit pangkal hidungnya. Melihat keluar jendela, awan hitam yang menggantung tadi sudah mengeluarkan gerimis kecil yang lebat membuat orang-orang semakin menambah cepat laju kakinya. Mobil range rover warna hitam memasuki parkiran kafe, gadis itu tersenyum tipis karena mengenal mobil tersebut. Gak lama lonceng di pintu kafe berbunyi dan sosok pria menghampiri gadis itu dan mencium keningnya lama.
"Gak bagus hujan-hujan ngelamun Luv" gadis itu menoleh dan tersenyum
"Gak ngelamun kak, cuman lagi cuci mata" jawabnya
"Cuci mata itu sama air, bukan malah melongo di luar gitu" dia hanya tersenyum, kakaknya yang satu itu memang galak tapi perhatian.
"Isshh. . . kakak ini gak berubah aja, untung Kiara mau, coba kalo enggak"
"Kakak paksa mau" dia tertawa lebar. Sepasang mata yang melihat kejadian itu mengepalkan tangannya erat, dalam hati dia berjanji akan mendapatkan wanitanya itu.
Reina POV
Sebenarnya sejak 1 jam yang lalu aku merasa ada yang memperhatikan ku dan bertambah intens saat kak Rein datang. Aku sudah mencoba melihat kesekeliling, tapi yang ada hanya para muda-mudi yang sedang asik dengan dunianya sendiri.
"Kenapa Luv?? Kelihatannya gelisah banget??" Kak Rein melihat gelagat ku yang padahal sudah ku buat tidak terlalu terlihat, tapi dasanya orang peka yac begitu dec dia.
"Gak tau dec kak, mungkin cuman perasaan ku aja tapi mudah-mudahan gak bener, aku ngerasa ada yang ngelihatin aku dari tadi" keluh ku, dia melihat kesekeliling, entah apa yang dilihatnya, dia langsung menyuruh ku berbenah dan pulang saat itu juga.
"Kakak nemu apaan sic di kafe ku??" Tanya ku kesekian kalinya, karena sejak tadi aku bertanya dia hanya diam dan konsentrasi pada jalanan.
"Gak ada Luv, cuman kakak pikir omongan kamu ada benernya, jadi lebih baik kita langsung pergi darisana" raut wajahnya terlihat khawatir sekarang
"Ck, kakak khan tau aku pasti bisa jaga diri" aku membela diri
"Memangnya kekuatan kamu seberapa?? Kalo cuman satu atau dua orang sic gak papa Luv, apalagi kalo lawan kamu itu enggak jago bela diri juga, tapi kalo mereka lebih jago daripada kamu gimana?? Lebih baik mencegah daripada mengobati" ahhh. . . memang susah beradu argument dengan seorang Reinka. Dia akan mencari seribu alasan yang tepat dengan logika kita agar setiap keinginannya terpenuhi. Contohnya Kiara, sahabat ku sejak aku masih SMA. Entah bagaimana ceritanya dia dan kak Rein akhirnya pacaran dan menikah, sekarang Kiara sedang mengandung 4 bulan.
"Luv, kita mampir ketoko bunga sebentar, Kiara titip bunga yang warnanya merah, terus ada kuningnya ditengah"
Eh. . . . bunga??? Warna merah dengan kuning di tengah?? Aneh, Kiara gak suka sama warna merah kok tiba-tiba?? Ahhh. . . ibu hamil memang aneh, hal yang dia gak suka jadi suka dan hal yang dia suka jadi gak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY EX DOSEN
Short StoryDia menutup matanya mencari ketenangan, kalo tidak sudah bisa di pastikan kalo dia akan berteriak padaku. "We need to talk, please!!" nada suaranya pelan tapi juga menunjukan penegasan bahwa dia tidak mau di tolak. "No, there's nothing we need to t...