#2

9.4K 294 2
                                    


Setelah sekian lama tinggal seorang diri di dalam gubuk, layaknya orang yang sedang diasingkan, kini peri buruk rupa pergi meninggalkan gubuknya dan hutan para peri, tempat di mana ia selalu terasing dan tidak pernah dianggap oleh bangsanya sendiri. Ia pergi dengan mengenakan jubah bertudung untuk menyamarkan dirinya. Karena tubuh bangsa peri dan manusia sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda. Bangsa peri memiliki sayap dan daun telinga yang runcing, sementara bangsa manusia tidak.

Peri buruk rupa mulai melangkahkan kaki keluar dari perbatasan hutan para peri. Semangat dalam hatinya begitu menggebu untuk dapat memburu naga yang tinggal di gua batu naga. Ia sudah muak dengan hinaan dan sikap para peri yang mendiskriminasinya selama ini. Di dalam hatinya, peri buruk rupa bertekad bahwa suatu hari nanti, ia layak dianggap sebagai peri dan juga dihargai oleh peri lainnya.

Perjalanan menuju gua batu naga merupakan sebuah perjalanan yang panjang. Peri buruk rupa harus melintasi berbagai sungai dan bukit, juga beberapa kali keluar masuk hutan. Bekal yang disiapkannya pun sudah mulai habis. Ia juga beberapa kali berhadapan dengan hewan-hewan buas, seperti harimau dan beruang. Namun, dengan kelincahannya, ia dapat melawan mereka semua.

"Jangan kalian remehkan aku, dasar hewan-hewan buas. Meski aku tidak memiliki sayap, bukan berarti aku ini lemah. Aku tetap saja memiliki ketangkasan seorang peri. Memiliki kekurangan, bukan alasan bagiku untuk tidak berusaha dan membuatku menyerah. Malah, kekurangan inilah yang membuatku terus berjuang. Inilah yang disebut dengan meretas batas," ucap si peri buruk rupa.

Saat yang paling ditunggu-tunggu oleh peri buruk rupa akhirnya tiba. Kini ia sudah memasuki kawasan perhutanan. Ia begitu gembira, karena ia dapat memetik buah-buahan untuk dimakan dan sebagai bekal perjalanannya. Ia sudah lama menahan rasa lapar yang melandanya. Karena biar bagaimanapun, adalah dilarang bagi peri hutan untuk memakan daging. Maka dari itu, selama ini ia tidak memburu hewan-hewan untuk dijadikan santapan. Ia lebih memilih untuk menahan rasa laparnya.

"Akhirnya, terisi juga perut ini. Staminaku pun sudah kembali lagi setelah tadi beristirahat. Kini saatnya melanjutkan perjalanan," seru peri buruk rupa.

Tak berapa lama setelah ia mulai melanjutkan perjalanannya, ia langsung disergap oleh sekawanan serigala yang kelaparan. Air liur mengucur deras dari lidah para serigala itu. Tanpa ampun, kawanan itu menyerang si peri buruk rupa bertubi-tubi.

Karena terlalu banyak serigala yang menghadangnya, si peri buruk rupa pun kewalahan. Ia tidak bisa menanganinya seorang diri. Begitu ada kesempatan, ia langsung lari sekencang-kencangnya meninggalkan kawanan itu. Meski pada akhirnya kawanan itu pun terus mengejarnya. Mereka tidak mau kehilangan mangsa yang telah di depan mata.

Si peri buruk rupa terus saja berlari dan berlari sambil beberapa kali menengok ke belakang, melihat kawanan serigala yang mengejarnya dengan beringas. Karena begitu tergesa-gesa, ia tidak memperhatikan sekitarnya lagi. Ia hanya terus berlari, sampai akhirnya ia terjatuh dan terperosok ke dalam jurang.

Dongeng Peri Buruk RupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang