#9

2.8K 121 3
                                    

Para pasukan kerajaan agung sedang berusaha membidik seekor naga yang terbang melayang di atas kepala mereka. Para pasukan dibuat kesal, kelimpungan, dan porak poranda setelah sebelumnya sang naga melakukan manuver berkali-kali untuk menghantam para pasukan tersebut. Halaman istana pun menjadi tempat pertempuran yang tidak bisa dielakkan.

"Kali ini aku tidak akan membiarkannya menghancurkan pasukanku lagi. Aku tidak akan membiarkan naga itu menghancurkan istana," seru salah seorang kepala pasukan, "Para pasukan! Bidik dengan benar panah kalian pada naga itu! Dan tunggu aba-aba dariku!" lanjutnya.

Sang naga mulai kembali melakukan manuver, setelah terbang tinggi di angkasa, sang naga kemudian menukik tajam, turun, menuju para pasukan berada. Kepala pasukan pun meneriakkan perintahnya, "Tembaaakk!"
Saat para pasukan melepaskan anak panahnya ke arah sang naga, tembakan itu dibalas dengan bola api raksasa yang disemburkan dari mulut sang naga. Seketika para pasukan pun dibuat berlarian, berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Meski ada juga dari mereka yang terbakar oleh bola api tersebut.

"Kau, cepatlah kau masuk ke dalam istana. Cepat cari raja peri dan bangsamu yang lainnya. Aku akan mengurus pasukan yang ada di luar sini," perintah sang naga kepada peri buruk rupa.

"Baiklah. Sekali lagi aku ucapkan terima kasih. Aku mohon bantuanmu, tuan," balas peri buruk rupa.

Melihat pasukan kerajaan yang sedang porak poranda, hal itu dimanfaatkan benar oleh peri buruk rupa untuk segera memasuki istana. Namun, kepala pasukan yang melihat hal itu langsung memerintahkan pasukannya untuk menangkap si peri buruk rupa.

"Pasukan, cepat kejar orang yang memasuki istana itu!" perintah si kepala pasukan.

Para pasukan segera mengejar si peri buruk rupa. Namun, mereka telah dihadang oleh sang naga. Bola api pun kembali disemburkan dari mulutnya, membuat para pasukan kocar-kacir.

"Lawanmu adalah aku. Hadapi aku kalau kau ingin mengejarnya," tukas sang naga.

Para pasukan pun dengan bersama-sama menyerang sang naga dari segala penjuru. Tidak terkecuali kepala pasukan yang sudah berkali-kali mencoba melukai sang naga dengan tebasan pedangnya. Pertempuran antara naga dan manusia pun kembali terjadi. Namun, beberapa pasukan yang lepas dari pengawasan sang naga, segera mengejar masuk si peri buruk rupa ke dalam istana.

"Berhenti kau penyusup!" teriak salah seorang pasukan yang mengejar si peri buruk rupa.

Namun si peri buruk rupa masih saja berlari menuju penjara bawah tanah istana. Meski begitu, para pengawal yang mengejar si peri buruk rupa tidak henti-hentinya berteriak dan memanggil-manggil si peri buruk rupa.

"Aku peringatkan kau agar segera berhenti! Penyusup!" teriak lagi si pasukan.

"Gawat, kalau begini terus, aku bisa ketahuan oleh pengawal penjara istana. Lebih baik aku singkirkan mereka terlebih dahulu," ujar si peri buruk rupa.

Si peri buruk rupa segera berbalik arah, langsung berlari menuju para pasukan yang mengejarnya. Ia pun dengan cepat melepaskan anak panah kepada mereka. Satu, dua, dan tiga orang pasukan yang mengejarnya pun langsung jatuh ke tanah.

Ia kembali melanjutkan pencariannya menemukan raja peri dan yang lainnya. Si peri buruk rupa menyerang dengan cepat dan tanpa suara, seperti angin malam yang menembus tulang. Setiap bertemu penjaga, segera ia habisi mereka dari jarak jauh dengan panahnya. Para penjaga pun tumbang tanpa mengeluarkan sepatah suara pun. Suasana penjara bawah tanah yang gelap tidak mengurangi kecepatan dan ketepatannya.

Setelah cukup lama ia mencari, akhirnya ia menemukan sel tempat raja peri dikurung. Ia sungguh kaget ketika menemukan raja peri sedang terbaring di tanah. Langsung saja ia mengambil kunci yang menggantung di pinggang penjaga yang ditumbangkannya untuk dapat membuka sel tersebut.

"Raja... Raja... sadarlah!" Si peri buruk rupa menggoyang-goyangkan tubuh raja peri untuk dapat membuatnya tersadar. Namun tetap tidak ada reaksi dari sang raja.

"Kumohon, raja sadarlah!" Kembali si peri buruk rupa mencoba menyadarkan sang raja.

Kali ini ia mencobanya dengan mengeluarkan daun mint yang disimpannya. Ia dekatkan daun mint itu ke hidung sang raja agar membuatnya terbangun. Perlahan raja pun mulai membuka matanya.

"Syukurlah, kau sudah sadar raja," ucap si peri buruk rupa.

"Sudah kuduga. Ini pasti kau," seru sang raja peri dengan lembut dan pelan.

"Aku? Apakah raja mengenal aku?" si peri buruk rupa nampak kebingungan.

"Sudah lama sekali aku tidak melihatmu."

Si peri buruk rupa hanya dapat diam saja. Masih menerka-nerka arah pembicaraan sang raja. Apakah sang raja mulai melantur, hilang ingatan, atau apa.

"Kini kau sudah tumbuh dewasa," lanjut sang raja peri.

Si peri buruk rupa masih terdiam. Ia menjadi semakin tidak mengerti.

"Maaf. Maafkanlah aku," sang raja peri mulai mengeluarkan air mata.

"Kenapa? Ada apa raja? Kau tidak salah raja. Kau tidak perlu meminta maaf," balas si peri buruk rupa.

"Dosaku ini sangatlah besar. Aku tidak pantas untuk dimaafkan," kembali raja peri berbicara sambil mengeluarkan air mata.

"Kau ini bicara apa raja? Sadarlah. Tidak ada yang perlu dimaafkan darimu. Bencana ini bukanlah kesalahanmu. Ini semua adalah hasil dari keegoisan bangsa manusia," peri buruk rupa mencoba menghibur raja peri.

"Tidak. Aku juga bersalah. Ini juga adalah buah dari keegoisanku," sambung raja peri.

"Sudahlah raja, hentikan. Aku sama sekali tidak mengerti arah pembicaraanmu ini."

"Anakku," ucap sang raja.
Si peri buruk rupa menjadi bertambah bingung.

"Anakku, Aku memang tidak layak menjadi seorang raja ataupun ayah. Aku ini terlalu egois," tambah sang raja peri.

"Apa maksudmu raja? Aku tidak paham..."

"Kau adalah anakku," sang raja memotong ucapan si peri buruk rupa. "Aku adalah ayahmu, nak!"

Dongeng Peri Buruk RupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang