#8

3.1K 142 3
                                    

Ini merupakan pengalaman terbang pertama bagi si peri buruk rupa. Meski ia hanya menumpang di atas punggung sang naga. Ia tampak begitu bahagia. Bagaimana tidak? Impiannya selama ini, secara tidak langsung, telah menjadi kenyataan. Ia dapat merasakan terpaan angin yang menampar-nampar wajahnya. Ia juga dapat membelai lembutnya awan yang menggantung di langit luas.

"Maaf dan juga terima kasih tuan," ucap si peri buruk rupa.

"Untuk apa?" Tanya sang naga.

"Maaf karena aku telah melukai sebelah matamu dan terima kasih karena kau telah bersedia membantuku."

"Tidak usah dipikirkan, aku ini adalah seekor naga. Luka seperti ini tidak ada artinya buatku. Dan kau jangan terlalu senang dulu. Aku membantumu karena aku menganggap bahwa bangsa peri adalah bangsa yang baik. Dan aku juga hanya ingin menyelamatkan dunia ini," jelas sang naga.

"Menyelamatkan dunia? Apa maksudmu?" si peri buruk rupa seketika menjadi bingung.

"Iya menyelamatkan. Aku meyakini bahwa setiap dari apa yang ada di dunia ini memiliki fungsi dan perannya masing-masing. Dan kalau salah satu dari hal itu musnah, pasti keseimbangan dunia ini akan terganggu."

"Aku tak menyangka tuan dapat berpikiran seperti itu, hhehehe. Meski dari luar kau tampak begitu acuh, tapi sesungguhnya kau ini sangat peduli"

"Seharusnya bukan hanya aku yang peduli. Seluruh makhluk juga selayaknya memiliki pemikiran seperti itu. Dunia ini adalah milik bersama. Keselarasan dan keseimbangan dari semua unsur harus diperhatikan dalam dunia ini. Itulah sebabnya aku sangat membenci manusia. Salah satu bangsa yang aku kenal sangat egois. Mereka hanya memikirkan dirinya sendiri," papar sang naga.

Perjalanan yang sebelumnya ditempuh hingga berhari-hari oleh peri buruk rupa ketika menuju gua batu naga dari hutan para peri. Sekarang bersama sang naga, dalam perjalanan sebaliknya, hanya memakan waktu beberapa kejap saja. Kini mereka sudah memasuki perbatasan kerajaan agung. Terlihat dari atas terdapat berbagai hiruk pikuk di kerajaan tersebut. Namun, mereka mengacuhkannya, karena yang mereka tuju adalah hutan para peri.

Banyak pohon-pohon telah terbakar dan tumbang ketika mereka memasuki hutan para peri. Beberapa peri pun terlihat telah bergelimpangan di jalan-jalan. Melihat hal itu, tak kuasa si peri buruk rupa menangis dan memaki-maki tidak keruan.

"Dasar manusia hina! Aku tidak akan pernah memaafkan perbuatan kalian ini!" teriak si peri buruk rupa.

"Sudahlah, ayo kita menuju ke pusat hutan para peri. Kita lihat bagaimana kondisi raja peri dan apakah masih ada yang dapat diselamatkan," bujuk sang naga.

Sesampainya mereka di pusat hutan para peri, terlihat oleh mereka masih ada sebagian manusia yang sedang menyiksa bangsa peri. Dengan cepat si peri buruk rupa membidikkan panahnya ke tubuh manusia itu. Satu, dua, tiga, dan empat orang manusia seketika tumbang di tempat. Si peri buruk rupa langsung berlari menuju peri yang tadi disiksa tersebut.

"Hey, bagaimana keadaanmu? Bagaimana yang lainnya?" Tanya si peri buruk rupa dengan paniknya.

"Terima kasih telah menyelamatkanku. Kalau tadi kau tidak cepat, aku mungkin sudah mati. Namun sayang, sudah tidak banyak yang dapat kau selamatkan."

"Apa maksudmu? Hutan ini begitu sepi, bukankah itu berarti raja dan para peri yang lainnya sudah berhasil menyelamatkan diri?"

"Kau salah. Mereka semua telah ditangkap oleh manusia, dan dibawa ke kerajaan agung."

"Bagaimana dengan raja?"

"Bahkan lebih parah. Mereka menangkapnya, kemudian memotong sayapnya. Kini mereka membawa raja ke kerajaan agung," si peri tadi hampir tak sanggup mengungkapkan kenyataan itu. Melihat rajanya dipermalukan, sama juga dengan melihat dirinya sendiri yang dipermalukan.

Seperti tersambar petir, si peri buruk rupa hanya dapat terdiam dengan air mata mengucur deras dari dua bola matanya. Dalam hatinya ia masih tidak percaya mengapa ini semua dapat terjadi.

"Sekarang, coba kau lihat ke atas puncak pohon suci itu. Bukankah itu sepasang sayap? itulah sayap sang raja," sambung si peri tadi.

Masih dengan tangis yang menetes di pipi, si peri buruk rupa mencoba menguatkan diri, "Baiklah, aku akan menyelamatkanmu terlebih dahulu dan juga peri-peri lainnya yang masih ada di sekitar sini. Setelah itu, aku akan menuju ke kerajaan agung dan menyelamatkan raja peri."

"Kami berhutang banyak padamu. Maafkan kami yang telah berbuat jahat kepadamu selama ini." Tampak penyesalan hadir di raut wajah si peri tadi. ia sangat menyesali perbuatan jahatnya kepada si peri buruk rupa selama ini.

"Sudahlah. Yang lalu, biarlah ia menghilang bersama angin. Lagi pula, aku juga seorang peri, sama seperti kalian. Akulah yang seharusnya meminta maaf, karena telah menghilang di saat hutan para peri mengalami situasi yang genting."

"Sekali lagi, terima kasih."

Dongeng Peri Buruk RupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang