Part 1: Para Perindu Surga

191 3 0
                                    


Malam itu entah mengapa bocah kecil itu tak bisa memejamkan matanya. Tak lama kemudian ia pun menutuskan untuk menuju kamar sang ayah, berharap bisa tidur dengannya.

Ia bawa kakinya perlahan sambil memeluk guling pororo kesayangan. Diambang pintu ia terhenti. Mendapati pintu memang sudah sedikit terbuka, tetiba ia pun urung mengetuk dan memilih untuk mengintip memastikan keberadaan sang ayah. Ternyata sang ayah belum tidur

"ap..pa (1)". Gumamnya hampir tak terdengar. Bingung dengan pemandangan yang dilihatnya.

Bocah itu melihat ayahnya tengah berdiri mematung diatas sebuah permadani kecil. Persis kearah meja kerjanya. Matanya tertunduk dan tangannya bersidekap. Mulutnya tampak bergerak namun tak bersuara.

Meski ia tak mengerti dan penasaran dengan apa yang sedang ayahnya lakukan, ia sama sekali tak ingin mengganggu kegiatan ayahnya itu. Ia memilih membuka pintu lebih lebar kemudian masuk ke kamar ayahnya dengan perlahan berusaha tak menganggu. Ia hampiri kasur big size yang tepat berada dibelakang ayahnya. Duduk dengan nyaman di pinggirannya kemudian kembali memperhatikan gerakan gerakan aneh sang ayah yang membuatnya semakin penasaran

Bocah itu mengeratkan pelukan gulingnya saat sang ayah membuat gerakan baru. Kini sang ayah tengah membungkukan badannya mirip orang yang sedang memberi hormat. Ya, memberi hormat dengan membungkukan badan bukan hal aneh di Korea. Tapi cara pemberian hormat sang ayah kali ini agak berbeda. Kepala sang ayah menunduk lebih rendah dari biasanya sejajar lurus dengan punggungnya yang membungkuk. Saking lurusnya jika ditaruh gelas berisi air di punggung ayahnya itu, mungkin gelasnya hampir tak akan tumpah. Gerakan yang unik. Tapi sang ayah sebenarnya sedang memberi hormat pada siapa?

Bocah itu masih menunggu meski kini matanya mulai terasa berat. Sang ayah membuat gerakan baru lainnya. Ia tahan rasa kantuknya demi rasa penasaran. Ia merasa gerakan ayahnya sangat unik. Berkali-kali ia melihat sang ayah berdiri, membungkuk, duduk bahkan bersujud. Setiap gerakan selalu ayah awali dengan mengangkat tangan.

Apakah ayah sedang menari?

Bocah 5 tahun itu menggelengkan kepala menepis idenya itu. Mana pernah ia melihat gerakan menari seaneh itu. Tapi kenapa gerakan ayah juga kadang terlihat familiar? Ia peluk erat guling pororo kesayangannya itu seraya memiring kepalanya berpikir. Ah, kalau saja ada yang melihatnya, bocah bermata bulat dan berpipi chubby itu amat sangat menggemaskan dengan ekspresi bingungnya.

Ia pun teringat nenek Kim. Seminggu yang lalu saat bermain ke rumah Ji Soo cucu nenek Kim. Ia melihat nenek Kim melakukan gerakan gerakan aneh dengan tangan dan kakinya. Saat ia Tanya nenek Kim sedang apa. Sang nenek Kim hanya tersenyum dan bilang gerakannya itu bernama yoga.

Apa appa juga sedang yoga seperti nenek Kim?

" Minseok-ah"

Bocah itu mendongak terhenyak. Hampir tak sadar kalau ayahnya kini tengah hendak menggendongnya. Entah sejak kapan sang ayah sudah menyelesaikan gerakannya.

"Kenapa kamu belum tidur, nak?" Sang ayah tersenyum lembut menatap anaknya yang sudah berada digendongannya.

"Aku tidak bisa tidur"

"Jhoa (2). kalau begitu malam ini kamu tidur dengan ayah, otte?"

Bocah itu mengangguk. Sang ayah pun membawanya ke tempat tidur, berbaring kemudian menarik selimut.

"Appa"

"Hmm"

"Appa mwo ha sseo yo (4)? Tadi gerakan appa aneh " Tanya bocah itu polos. Sang ayah tersenyum

"Wae? (5) Kamu penasaran Seoki-ah?"

Min seok mengangguk pasti. Sang ayah kemudian mengalihkan pandangannya ke langi-langit kamar.Pandangannya amat damai

HANEULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang