"Eomma aku tidak mau!"
["Keputusan sudah dibuat Yoongi, tak perlu merengek, semuanya sudah di rencanakan."]
"Tapi eomma-"
["Bersiaplah untuk besok pagi, berpakaianlah dengan rapi dan sopan, pihak Kim akan menjemputmu."]
"Eo-"
["Selamat malam Yoongi."]
Bunyi tut panjang terdengar di telinga pemuda bernama Yoongi itu, ia mematikan ponselnya, menaruhnya kasar di atas nightstand, lalu membanting tubuhnya frustasi di atas kasur.
Ibunya adalah wanita yang keras. Namun Yoongi tak bisa membenci ibunya seberapa buruk wanita itu pernah melakukan sesuatu padanya, seperti bagaimana Yoongi tak bisa membenci ibunya yang tiba-tiba menjodohkannya dengan putera pengusaha kaya di Ilsan. Yoongi bahkan sudah bisa membayangkan wajah pria yang akan dijodohkan denganya. Membuat ekspresinya seketika berubah menjadi jijik jika ia harus menikah dengan pria tua yang mesum. Oh shit.
Daripada itu, Yoongi lebih memilih jika ia dijodohkan dengan seorang gadis-bisa kalian lihat sarkas dalam kalimat itu? Yah mau bagaimana lagi, Yoongi memang gay, hal itulah yang mengubah kehidupannya. Namun karena itulah ia tidak bisa membenci ibunya-ibunya bukan seorang homophobic.
Setidaknya, hal ini tak bisa menjadi lebih buruk lagi kan?
Tidak sebelum Yoongi ingat akan sesuatu, seseorang. Fúck. Fúck. Fúck. Jimin!
<>-<>-<>-<>-<>
"Menikah? Dengan seorang pria? AYAH APA-APAAN INI?"
"JANGAN MEMBENTAK!"
"Maaf ayah, tapi aku tak mau menikah!"
"Nam, sudah waktunya kau menikah, dan kau bahkan tak bisa menepati janjimu untuk membawa calon istrimu ke rumah beberapa hari yang lalu. Ayah sudah tua, tapi ayah ingin hadir di pernikahanmu, kau tahu kondisi ayah bisa menjadi lebih buruk lagi kan?"
"Tapi itu berlebihan jika kau menyuruhku menikah dengan seorang pria! Ayah aku bukan gay, I love boobs not dick."
"Such an ungrateful son, this decision is final! Now go prepare yourself for tomorrow meeting with your soon to be wife."
"Whoever he is, he is not going to be my wife. Never!"
"Nope. Of course he definitely will going to be my son in law."
Kim Namjoon namanya, ia bergegas keluar dari kantor ayahnya dengan wajah kesal, tak lupa menutup dengan sangat kasar pintu kantor sang ayah hingga menimbulkan bunyi yang keras. Tak peduli bahwa apa yang ia lakukan itu telah menarik perhatian dari para pekerja yang berlalu lalang di koridor.
Ia masih dengan kemarahan menguasai tubuhnya berjalan cepat keluar dari gedung.
Di parkiran, Namjoon tak menyianyiakan waktu untuk menyetir mobilnya keluar dari kawasan kerja sang ayah.
Persetan dengan ayahnya, Namjoon akan pergi ke klub sore itu juga.
<>-<>-<>-<>-<>
Apa aku harus meneleponnya? Oh poor Jimin, batin Yoongi, sudah sekitar 20 menit ia berjalan kesana-kemari di dalam apartemennya, resah dengan ide yang muncul bahwa ia harus memutus hubungannya dengan Jimin sebagai pacar. Hell, Yoongi bukan orang kejam yang tetap mempertahankan hubungannya dengan Jimin ketika ia sudah menikah. Dan pilihan kedua mengenai rencana 'kawin lari' atau apalah itu benar-benar tak berguna semenjak ia tak pernah benar-benar menaruh hati pada Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grey Scarf: The Needle & The Yarn {NamGi}
FanfictionYoongi menerima panggilan dari ibunya, mengatakan bahwa ia akan dinikahkan dengan seorang putra pengusaha kaya di Ilsan. Yoongi tak bisa menolak. Malangnya, ia masih punya hubungan dengan Jimin, juga urusan tak berujung dengan Jackson Wang, mantan k...