Yoongi bangun pagi itu sehabis memimpikan hal yang terasa sangat nyata dalam hidupnya, entah itu tergolong mimpi indah atau mimpi buruk, ia bahkan masih ingat urutan prosesinya.
Yoongi mengangkat tangan kirinya untuk mendapati cincin platinum polos menghiasi jari manisnya. Matanya sempurna membulat.
Oh shit, pertunangan itu nyata.
Yoongi mendengar ketukan pelan pada pintu kamarnya (istilah itu muncul karena Yoongi sudah cukup lama menggunakan kamar itu). Ia kembali menutup matanya, berpura-pura seakan ia belum bangun pagi itu.
"Yoongi-ah, kau tidak berangkat sekolah?"
Yoongi berguling di atas kasur, mendapati dirinya face-to-face dengan si tuan rumah yang sudah berpakaian serba formal.
"Kau mau kemana?" tanya Yoongi mengkerdipkan matanya berulang untuk membiasakan dengan cahaya berlebih, sepenuhnya mengabaikan pertanyaan Namjoon.
Si pria dewasa menghela nafas panjang ia mendudukan dirinya di atas kasur masih berhadapan dengan Yoongi, "Ayahku menelpon tadi, urusan bisnis."
"Oh," tanggap Yoongi sembari menutup kembali sepasang maniknya.
"Hei jangan mengabaikan pertanyaanku sebelumnya! Kau tidak bisa membolos sekolah hanya karena kau sedang bertengkar dengan temanmu."
Yoongi berguling membelakangi Namjoon.
"Yah!"
Dan Yoongi melakukan hal yang sangat jarang ia lakukan, mengatakan sekedar, "Please," dengan wajahnya terbenam material empuk bantal. Bagi orang umumnya hal itu mungkin biasa, tapi Min Yoongi does not beg.
"Kubiarkan untuk hari ini saja, tapi kau akan masuk sekolah besok," tegas Namjoon beranjak dari posisi duduknya.
"Aku hanya akan berangkat sekolah jika sekolahku satu wilayah dengan apartemen ini," bisik Yoongi pelan ragu jika Namjoon mendengarnya.
"Aku pergi dulu, jangan biarkan orang tak dikenal masuk, dan tolong, lakukan sesuatu selain tidur dan main game, jika aku pulang dan tempat ini masih sama saja, kuusir kau. Untuk sarapan dan makan siang kutinggalkan uang untukmu, pesanlah makanan untukmu," terusnya berjalan keluar dari kamar Yoongi.
Beberapa jam setelah Namjoon pergi, Yoongi beranjak dari tempat tidurnya, berjalan ke ruang tengah untuk menemukan sejumlah uang terletak di atas meja kecil dekat sofa. Merasakan gemuruh lapar dari perutnya, Yoongi memesan makanan seperti yang Namjoon sarankan.
Teringat dengan perkataan sang tuan rumah mengenai peran 'pembantu' Yoongi mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sungguh tempat yang kotor, batinnya menemukan apartemen Namjoon terlihat lebih messy dari hari-hari sebelumnya.
Yoongi menghela nafas panjang, setelah ia selesai makan, ia segera membereskan kotoran bekas makannya dan melakukan stretching sebelum ia mulai membersihkan apartemen mewah itu.
Kenapa aku tidak pergi saja dari sini? Bukankah masih ada orang di luar sana yang bisa kumintai tolong? tanya Yoongi dalam hati, kenyataannya ia tahu beberapa orang temannya bisa membantu, tapi sayangnya ia juga tahu beberapa temannya itu mudah dihubungi oleh Hoseok, toh tidak ada dari temannya memiliki kasur seempuk dan tempat tinggal semewah milik Namjoon (kecuali Jackson, uhh tidak, Jackson bukan temannya).
Yoongi selesai dengan tugasnya, namun ketika ia berniat untuk kembali tidur, ia melewati kamar Namjoon, tak sengaja menemukan kamar itu tidak terkunci seperti biasanya.
Yoongi nekat memasukinya walau ia tahu itu salah.
Melihat isi kamar, Yoongi tak menemukan hal berbeda dengan isi kamarnya, sama-sama memiliki tema monochrome dengan segalanya serba hitam putih. Yoongi mendapati beberapa foto terpajang di dinding, beberapa adalah foto Runchranda membawa tropi kemenangan Diss or Dissed, mencari lebih lama Yoongi tidak menemukan benda personal selain foto Namjoon muda dengan seorang gadis cantik yang terlihat sangat dekat dengan Namjoon di dalam foto..
Mantan kekasihnya kah? Atau mereka masih berpacaran? batin Yoongi tak menyangkal bagaimana hatinya sedikit . . . err . . . tidak terima? Bukankah Namjoon itu tunangannya? Jika dia punya kekasih diluar sana saat ada hal yang mengikatnya dengan Yoongi, bukannya itu tidak adil? Jadi, Yoongi pun boleh melakukan hal yang sama kan?
Yoongi keluar dari kamar Namjoon seketika ponsel di saku celananya berdering. Si helai gelap mengecek ID penelpon dan mendapati itu adalah ibunya.
"Ne yobboseyo eomma?"
["Yoongi apa kau sibuk? Eomma ingin bicara, temui eomma di kantor."]
"Ne eomma."
["Yoongi?"]
"Ne?"
["Ah tidak, segeralah kemari ne?"]
Ibunya menutup telepon membuat Yoongi ketakutan.
Eomma tahu aku membolos?
Yoongi menelan ludahnya keras.
<>-<>-<>-<>-<>
"Yoongi apa itu benar?"
Dicekoki pertanyaan semacam itu Yoongi hanya bisa memiringkan kepalanya bingung.
Ibunya memutar bola matanya jengah, suatu aktifitas sepele yang jarang ia tunjukkan.
"Kau tinggal bersama Namjoon sekarang?"
"N-ne?"
"Baguslah, eomma senang kalian bisa akrab."
Yoongi hanya bisa menggaruk tengkuknya grogi.
"Yoongi, eomma ingin kau pindah sekolah."
Mendengar itu, Yoongi membolakan matanya. Karena itu semua terlalu tiba-tiba dan sempurna.
"Pindah sekolah?"
"Ke sekolah seni, di sana kau bisa mulai belajar desain."
"T-tapi eo-baiklah."
<>-<>-<>-<>-<>
"Hei ada apa denganmu? Ekspresimu mirip sekali dengan ekspresi para wanita dalam masa periode mereka," utar Namjoon begitu melihat Yoongi terduduk diatas sofa dengan muka ditekuk.
"Eomma menyuruhku pindah sekolah."
"Bukankah itu keinginanmu?"
"Sebenarnya sih, tapi jika harus masuk ke sekolah seni hanya untuk belajar desain . . ."
"Kalau begitu pilih antara bertemu Hoseok setiap hari di setengah tahun kedepan atau pergi ke sekolah baru itu."
Yoongi mendengus.
"Jadi kapan kau pindah?"
"Lusa, dan eomma bilang dia akan mengurus segalanya, aku hanya bisa menunggu sampai lusa."
"Hmm . . . kalau begitu, film?" tanya Namjoon mengisi tempat di sebelah Yoongi sudah dengan baju rumahannya.
"Boleh," jawab Yoongi singkat.
"Cool karena aku punya film baru."
"Film apa?"
"Civil War."
"Oh fuck."
<>-<>-<>-<>-<>
A/N: Jadi . . . singkat? Pendek? Fuck yeah, abis UKK dan liat hasilnya yang . . . jeblok, dan beginilah gw gabisa munculin ide buat FF ini, tapi, jangan khawatir karena gw tetep akan update seminggu sekali abis ini.
Btw, update mundur setiap hari minggu.
Biar ga dosa update tiap pagi sebelum sahur.
Then, sekarang seperti biasa jangan lupa warnain tuh bintang di pojok kiri bawah jadi oren ;)
Love you~
KAMU SEDANG MEMBACA
Grey Scarf: The Needle & The Yarn {NamGi}
FanfictionYoongi menerima panggilan dari ibunya, mengatakan bahwa ia akan dinikahkan dengan seorang putra pengusaha kaya di Ilsan. Yoongi tak bisa menolak. Malangnya, ia masih punya hubungan dengan Jimin, juga urusan tak berujung dengan Jackson Wang, mantan k...