A/N: Enjoy my love :*
AWAS! Non-con/rape attempt, bahasa homophobic, typos, OOC.
<>-<>-<>-<>-<>
Yoongi menyipitkan matanya, mengedarkan pandangan ke segala penjuru Starbucks, tapi tak menemukan sedikit klu keberadaan pemuda berambut orange-si mantan kekasih, Park Jimin. Yoongi pun memutuskan untuk menunggu pada salah satu meja. Begitu terduduk, Yoongi mengaktifkan ponselnya, mencoba menghilangkan kebosanannya dengan bermain game.
Yoongi sedang berusaha keras mencetak rekor baru pada Fur Elise, ia sudah berada pada tile yang ke-1459 ketika suara yang memanggil namanya membuat jarinya terpeleset. Yoongi menatap layar ponselnya datar, namun dalam hatinya ia mengutuk, 4 TILE LAGI! EMPAT! EMPATTT!
Yoongi merasakan sang 'pengganggu' duduk di kursi yang bersebrangan dengannya, tentu saja si polos itu tidak tahu alasannya tiba-tiba marah pada hal yang tidak ia sengaja.
"Yoongi hyung?" panggilnya pelan.
Yoongi segera menghentikan kekecewaannya tidak berhasil mencetak rekor Piano Tiles-nya pada lagu Fur Elise. Ia menegadah, lalu mengembangkan senyum di wajahnya.
"Oh hai Jimin, jadi rencanamu?"
"Oke sebelumnya, minum?"
"Pesankan latte untukku."
Jimin kembali berdiri, "Iyap," ucapnya menekankan pada huruf 'p'.
Yoongi mengedarkan pandangannya ke luar, dinding kaca di Starbucks selalu mengesankannya karena ia dapat melihat dengan jelas suasana jalanan di luar. Terkadang ia sering pergi ke Starbucks sendirian untuk menenangkan diri, tapi sebagian besar waktunya di sana dilakukannya untuk mencari inspirasi.
Jimin kembali tak lama kemudian dengan dua cup plastik di kedua tangannya, ia menaruh cup dengan nama Yoongi di hadapan si pemilik nama.
"Thanks," Yoongi berucap pelan.
Jimin mengangguk.
Mereka berbincang ringan mengenai beberapa hal, semuanya tertuju pada aktifitas setelah mereka berpisah, karena sebelum hal itu terjadi Jimin hampir 24 jam di sisi Yoongi. Yoongi pun terkadang penasaran kenapa ia tidak jatuh cinta pada Jimin. Jimin masuk kedalam kriteria pacar idamannya, tipe caring-and-loving boy yang disukainya, tapi mereka tidak dilahirkan untuk satu sama lain, Yoongi merasakannya setelah setahun menjalin hubungan dengan Jimin, mereka bagaikan dua bagian puzzle yang sama sekali tidak bisa dipasangkan.
"Sebenarnya aku ingin bicara padamu mengenai suatu hal," ucap Jimin pada suatu kesempatan.
Yoongi menyuruh yang lebih muda meneruskan kalimatnya ketika Jimin mulai menunjukkan ekspresi ragu."Setelah waktu itu kau memutuskanku, b-beberapa hari setelahnya, a-aku tak sengaja melihat Jackson sunbae, d-di sekolah. Aku sempat mendengar ia berbicara dengan seseorang, mengenai . . . hyung."
"Mengenaiku?"
Jimin mengangguk. "Jackson sunbae mengatakan sesuatu tentang mengawasimu siang dan malam, tapi saat aku ingin mencari tahu lebih dalam, dia pergi.
"Aku tahu dia pasti akan melakukannya, dia gila," Yoongi menghela nafas panjang, "Terimakasih untuk hari ini, kurasa aku harus pergi sekarang."
"Tu-tunggu hyung," pekik Jimin ketika Yoongi sudah berdiri dari kursinya.
Mendapati Yoongi tidak mengambil gerakan lain, Jimin membuka mulutnya, "Hyung bagaimana jika aku . . . membantumu? Kita bisa pura-pura berbaikan sehingga kau tak perlu resah akan tingkah Jackson sunbae."
KAMU SEDANG MEMBACA
Grey Scarf: The Needle & The Yarn {NamGi}
FanficYoongi menerima panggilan dari ibunya, mengatakan bahwa ia akan dinikahkan dengan seorang putra pengusaha kaya di Ilsan. Yoongi tak bisa menolak. Malangnya, ia masih punya hubungan dengan Jimin, juga urusan tak berujung dengan Jackson Wang, mantan k...