Part 5

84 12 2
                                    

Seperti biasa koridor SMA Gruda selalu ramai, ada yg ngegosip, pacaran, sampai ada yg bertengkar.
Dinda sendiri sedang duduk di bangku kelasnya, sambil dengar musik. Tiba-tiba katya,dean,dan tasya berlarian masuk kelas dan menuju ke tempat dinda "Din, ada gosip baru!" Heboh temannya, "paling gosip murahan lagi" kata dinda dengan tampang malasnya. "FIAN JADIAN SAMA KARIN!!" teriak katya dengan heboh. Dan sukses membuat dinda mematung.
"Lo tau karin kan? Itu lo, adek kelas kita!" Kata tasya. Dan dibalas dengan gumaman dinda. Sakit. Itulah yg dirasakan dinda setelah mendapat berita itu, dia gak habis fikir dengan jalan pikiran fian.

Kenapa fian bisa secepat itu move on dari gue? Oh iya, dia kan emang gak pernah pake hati pacaran sama gue. Dia cuman mainin perasaan gue dulu. Dia cuman kasian sama gue, karena gue yg nyatain deluan perasaan gue ke fian.

"Emangnya kenapa kalo mereka berdua pacaran? Hubungannya ama gue apa?" Kata dinda sok tegar. "Hmm,iya juga yah" jawab dean. "Yaelah sok tegar , padahal dalamnya rapuh. Udahlah nangis aja" kata katya ke dinda. "Din, justru dengan fian jadian sama karin, lo mesti bisa lupain dia" saran dean. "Udahlah. Gue udah move on"
Jawab dinda sekenanya.

**

Sesampainya dirumah, dinda dikejutkan oleh kedatangan kakak perempuannya, Vera. "KAK VERAAA" teriak dinda sambil berlari memeluk kakaknya. "Yaelah nih anak, budek nih kakak lo" kata vera jengkel.
Dan dibalas dinda dengan cengengesannya. "Oh iya, lo bawain gue oleh-oleh gak?" Tanya dinda, "astagah. Maaf, gue lupa din" jawab vera. "Yahh, lo mah lupa-lupa mulu" kata dinda sedih,
"Yaelah, tuh ada di kamar lo" kata vera dan sontak membuat senyuman dinda mengembang. "Makasih kakaku sayanggg" dan langsung meninggalkan vera.

**

Tidak terasa hari sudah malam, dinda bangun dari tidurnya. Ia melihat ke arah jam yg menunjukkan pukul 8 malam. Ia memilih untuk menikmati udara malam di balkon kamarnya.

"Dinda" panggil seseorang dari arah belakang dinda, vera. Vera langsung duduk di samping dinda, "udah lama yah kita gak ngobrol lagi" dan di balas dengan gumaman dinda yg sedang menatap lurus ke depan. Keduanya sama-sama terdiam.
"Gimana hubungan lo sama fian?" Tanya Vera, yah dia memang belum tau kalo dinda dan fian udah putus. Pertanyaan vera cukup membuat dinda teringat lagi dengan fian. Dinda tersenyum miris, "kita udah Break" jawab dinda, dan sukses membuat vera membulatkan matanya dan menatap dinda dengan tatapan-meminta penjelasan- "serius lo? Ko lo gak cerita ke gue sih? Jadi selama gue di bandung, gue ketinggalan banyak cerita dong. Pokoknya sekarang lo harus cerita semuanya ke gue!"
Kata vera. Dan dinda pun dengan berat hati mneceritakannya.

*flashback on*

Seperti biasa dinda dan teman-temannya sedang berada di kantin, bergosip ria. Tetapi dinda terlihat sedang mencari seseorang, yah dia mencari kekasihnya, Fian. "Din, lo nyari fian?" Tanya dean ke dinda, dan dinda hanya mengangguk sambil terus nengamati siswa yg ad di kantin ini. "Lagi dikelas kali" kata tasya. Dan dinda langsung menuju kelas fian.

Sesampainya di kelas fian, dinda langsung masuk kedalam dan menuju ke bangku fian. Yah fian ada di bangkunya sambil main hp. Sepertinya dia tidak menyadari kedatangan dinda. "Fian, kamu gak ke kantin?" Tanya dinda yg sukses mengalihkan perhatian fian dari hpnya. Fian terlihat kaget oleh kedatangan dinda. Dan dia langsung keluar kelas meniggalkan dinda tanpa menjawab pertanyaan dinda dan meninggalkan dinda yg kebingungan dengan sikap fian. "Dia kenapa?" Tanya dinda kepada dirinya sendiri.

Hari telah berlalu, fian masih mendiamkan dinda. Sudah tiga hari fian mendiamkan dinda, bersikap dingin ke dinda. Dinda selalu berusaha mendekati fian tetapi fian menjahui dinda. Dan itu menguji kesabaran dinda. Dean,katya,dan juga tasya mencoba berbicara kepada fian, tetapi sama saja dia juga bersikap dingin kepada teman-teman dinda. Dan yg membuat dinda sakit, fian lebih dekat dengan temannya yg lain dari pada dinda, dia lebih dekat dengan farah, si cabe lokal. Kesabaran dinda pun sudah habis, ia berniat mengajak fian untuk berbicara meskipun dengan cara memaksa fian.

Sepulang sekolah dinda menarik tangan fian ke taman belakang, tempat mereka berdua menghabiskan waktu bersama dua bulan terakhir ini.
"Kamu kenapa diamin aku tiga hari belakangan ini? Aku punya salah sama kamu? Kamu bilang dong ke aku, kamu bisa jujur ke aku! Kamu gak bisa diamin aku kayak gini!" Tanya dinda ke fian. Fian hanya diam. Dan semakin membuat dinda gregetan. "Fian?" Lagi-lagi dinda di buat kebingungan oleh sikap fian yg hanya diam. Dinda hanya ingin memastikan apakah fian masih hidup apa nggak.
"Kita udah gak sepaham lagi" kata fian dan sukses membuat dinda terdiam. Dinda berusaha mencerna apa yg fian katakan barusan. Hati dinda tiba-tiba sakit,sesak.
"Maksud kamu?" Tanya dinda. "Aku gak bisa ngelanjutin hubungan kita lagi" jawab fian yg sukses membuat dinda lagi-lagi terdiam dan setetes air mata pun keluar dari mata dinda. Dinda menangis.
"Terus, maksud kamu 'kita gak sepaham lagi' apa?" Tanya dinda yg masih butuh alasan yg logis dari fian. "Yaa, kamu gak bisa ngertiin aku, kamu selalu marah kalo aku gak ngechat kamu barang seharipun, kamu nggak ngertiin aku, aku sibuk" jawab fian, "ya aku tau kamu gak bisa selalu ngabarin aku, aku tau kamu sibuk dengan tim basket kamu, dan aku udah berusaha buat ngertiin kamu. Aku selalu berusaha buat ngertiin keadaan kamu, dan sekarang kamu nyerah gitu aja?" Kata dinda diiringi dengan tangisannya. "Lebih baik kita berteman saja" kalimat terlakanat yg pernah dinda dengar seumur hidupnya.
Dan dengan pengecutnya, fian meninggalkan dinda. Dinda hanya menangis. Menangisi cowok brengsek-pengecut-yg mirip tai kuda.

*flashback off*

***
Hi! Maaf kalo ceritanya makin gaje.
Jangan lupa voment yah!

Wassalam.
Dinda Malik♥

B R E A KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang