Kinara's POV
Kupandangi lekat-lekat lelaki itu. Tampan sekali dia, entah sudah berapa juta kali aku memujinya di dalam hati. Mata sipitnya menjadi perhatianku. Kupandang seluruh detail tubuhnya. Rambutnya berwarna hitam kecoklatan yang terlihat sangat kontras dengan kulit putihnya. Semburat merah pias muncul perlahan di bagian mukanya, mungkin karena menahan panas.Tak tahan melihat wajah gemasnya. Aku memilin ujung bajuku perlahan. Yatuhan... nikmat mana lagi yang harus ku dustakan, aku kembali mengulum senyumku. Tak berani mengangkat wajahku. Aku berani bertaruh. Aku pasti seperti kepiting rebus!
Kurasa dewi fortuna sedang tidak berpihak kepadaku. Suara klakson yang terdengar sangat nyaring nyaris membuat jantungku melarikan diri dari tempatnya.
Aku hendak memarahi orang yang tidak waras tersebut. Ia merusak moodku melihat cowok ganteng!
Tak kudapati wajahnya orang sialan itu. Helm fullface melindungi wajahnya. Tak minat melihat wajahnya, kuacungkan jari ter-sakral sedunia sembari menghentakkan kaki. Menandakan kekesalanku padanya.
Aku berbalik arah. Niatku sih, ingin memandangi cowok ganteng lagi. Tapi setan terkutuk itu kembali membunyikan klakson nya berkali kali. Seperti berusaha merobohkan pendirianku.
Banyak mata melirik ke arah kami.
Duh! Ini orang maunya apasih? Batinku.
Aku segera mengambil langkah tercepat untuk menghampiri Bang Jun ku, yang masih bernego dengan orang sombong itu yang kini ku ketahui bernama Gibson.
Untuk terakhir kalinya, ku tatap lekat setiap inch tubuhnya.
Aih Gibson...kamu tampan sekali
Gibson, seperti alunan nada yang indah.
Gibson, seperti kue jahe. Manis dan renyah.
Gibson, seperti oasis di padang savana.
Gibson lebih terlihat seperti mutiara diantara emas dibanding emas diantara lumpur.
Intinya, Gibson terlihat sempurna.
Entah kenapa aku jadi melamun. Begitu kuatkah pesonanya? Hingga dapat menghipnotisku. Bahkan tidak dalam hitungan detik.
Bunyi klakson terdengar makin kencang. Aku meliriknya sekilas. Sembari memasang muka kesal, aku menoleh sekilas kearahnya sambil memasang muka garang.
Lekas aku menarik lengan abangku yang akhirnya menemukan solusi. Ia akan mencicil uang ganti ruginya. Masa bodoh, aku tidak peduli. Yang aku inginkan, cepat-cepat meninggalkan tempat ini agar tidak melihat orang menyebalkan itu lagi.
Abangku bergegas menancap gas mobilnya. Memarkirkan mobil kesayangannya di tempat parkir yang sudah disediakan.
Gibson memarkir mobilnya tak jauh dari tempat abangku. Lalu keluar dari mobilnya dengan angkuh. Menggebrak pintu mobilnya dengan kasar menandakan mood nya tidak bagus pagi ini.
Bagiku kau tetap tampan, batinku untuk yang entah keberapa kali.
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali setelah sadar mesin mobil abangku sudah mati beberapa saat yang lalu.
"Lo kenapa." tanya abangku tanpa sedikitpun melihat ke arahku. Matanya lurus menatap ke arah depan.
Rupanya abangku menyadari bahwa aku memperhatikan Gibson.
"Engga bang, yuk masuk!" Ujarku sembari membuka pintu mobil. Abangku hanya bisa berdecak kesal.
SELAMAT DATANG PESERTA DIDIK BARU SMA DIRGANTARA TAHUN AJARAN 2016-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu Dan Hujan
Teen Fiction"Aku nggak tahu kenapa semua ini bisa terjadi. Coba tanya sama hujan mungkin dia tau" Pertemuan yang singkat, kejadian kejadian yang kian mendukung, patah hati, pertemanan dan pengorbanan. Kisah cinta SMA, terasa klise tetapi manis, terasa indah na...