Kinara's pov
Lalu, ia tersenyum.
Aku tak dapat mengartikan senyumnya itu.
Senyum manis bak gula kapas.
Aku menggelengkan kepalaku. Berusaha menghilangkan kejadian tak menyenangkan itu dari otaknya. Aku kembali bergegas mencari tempat yang sedari tadi ku tuju.
Bak oasis di padang savana. Aku melihat papan itu bersinar terang. Dengan tulisan 'toilet' nya . Sebelum memasuki toilet tersebut aku mundur beberapa langkah hanya sekedar memastikan bahwa aku masuk ke toilet wanita.
Setelah melihat tulisan girls terpampang nyata di depan kedua mataku disertai dengan logo wanita. Aku bergegas masuk untuk menunaikan tugas suci.
Tak berselang berapa lama. Aku berjalan menuju wastafel dan bergegas keluar toilet.
Baru saja menarik sedikit pintu toiletku. Aku melihat sesosok lelaki melintas didepan toilet.
Aku membuka sedikit pintu toiletku dan mengeluarkan sedikit kepalaku. Sialnya, aku hanya bisa melihat bagian belakangnya secara samar-samar.
Aku juga mendengar ia sedang bercakap-cakap. Tapi, tak kulihat seseorang bersamanya.
Gemas. Kumajukan lagi badanku dan ku buka lagi pintunya dengan sedikit lebar. Akhirnya, aku bisa melihatnya dengan jelas.
Dia, Gibson.
KYAAAA TAMPAN SEKALI DIA YATUHAN
"Ngapain lo ngeliatin gue?" Tanyanya.
Deg.
Mampus. Ya tuhan. Rubah. Gue. Jadi. Perkedel. Sekarang. Juga.
"E-Enggak k-kok, g-gue c-cuma lagi.....". Sial. Kenapa aku harus gugup sih!
"Pft" ujar Gibson sembari berlalu meninggalkanku.
Kupegangi dadaku. Memastikan jantungku masih berdetak dan masih berada di tempatnya. Sekilas aku melihat pantulan diriku di wastafel dan melihat orang bodoh disana.
Apa-apaan? Melihatnya saja jantungku sudah mau copot. Aku heran, ibunya ngidam apa ya?
Ku putar keran wastafel sehingga air keluar dengan deras. Ku basuh wajahku berkali-kali sembari berusaha melupakan kejadian memalukan yang baru saja berlangsung.
Setelah memastikan diri bahwa aku baik-baik saja. Aku bergegas meninggalkan toilet dan dengan tergesa-gesa menuju kelas.
Ketika sampai didepan kelasku, aku agak ragu untuk membuka pintunya. Tanganku sudah berada di gagang pintu. Namun, aku kehilangan keberanianku mengingat kejadian tadi.
Aku tak berani membayangkan bagaimana muka Gibson nanti saat aku masuk ke kelas.
YATUHAAAAN BAGAIMANA INI?!Aku memberanikan diri membuka gagang pintu. Kulihat, semua temanku sedang asik memperhatikan guru yang sedang mengajar.
Aku terus menundukkan kepalaku ke bawah. Melihat sepatu baruku yang ujungnya agak basah menginjak lantai kelas yang berwarna putih gading.
Dengan segera, kuhempaskan tubuhku ke kursi sembari menghela nafas lega, bukan nafas lega mungkin, ya kau tahulah, bagaimana helaan nafas setelah melakukan hal-hal yang memalukan.
Kuambil pulpen dan buku catatanku. Berusaha mencoba untuk kembali fokus terhadap apa yang sedang guruku jelaskan.
Sungguh hari pertama yang penuh dengan kejutan.
=================================
Kuhabiskan air yang tersisa di botol dengan sekali teguk. Lalu menghela nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu Dan Hujan
Teen Fiction"Aku nggak tahu kenapa semua ini bisa terjadi. Coba tanya sama hujan mungkin dia tau" Pertemuan yang singkat, kejadian kejadian yang kian mendukung, patah hati, pertemanan dan pengorbanan. Kisah cinta SMA, terasa klise tetapi manis, terasa indah na...