Bagian 4

39.4K 395 11
                                    

Hari ini hari sibuk. Cecil harus mengurus anaknya yang tengah rewel. Theo mengadu jika daerah mulutnya terasa sakit. Setelah diperiksa ternyata giginya akan tumbuh. Dan gigi tersebut tumbuh diantara gigi-gigi yang lainnya. Terpaksa Cecil harus membawanya ke dokter gigi untuk mencabutnya. Ia harus rela mendengar Theo kesayangannya menangis keras.

"Mommy sakit" adu Theo dengan masih memegang pipinya. Cecil mengusap punggung Theo dengan pelan. Serta mengelap peluh yang timbul di dahi Theo kecilnya.

"Iya, sayang. Mommy tahu. Sekarang mari beli kue" Cecil mencoba untuk mengalihkan perhatian Theo yang masih saja terfokus terhadap gusinya yang sakit. Lidahnya mencoba untuk memastikan bahwa gigi jahat yang muncul secara tiba-tiba itu sudah hilang.

"Ya mommy". Lucunya Theo. Theo kecil yang penurut. Dipeluknya erat Theo yang masih berada digendongannya. Pipinya yang gembul berwarna merah.

*****

"Theo, malam ini Mommy akan menitipkanmu kepada Nyonya Allison ya" Cecil menata rambut tembaga milik Theo. Rambutnya halus dan harum. Bahkan Cecil tidak yakin untuk meninggalkan Theo. Theo kecilnya.

"Mommy ingin pergi kemana?"

"Mommy akan datang di acara milik teman Mommy. Dan anak kecil dilarang ikut. Jadi, Theo kecil Mommy harus di titipkan di Nyonya Allison. Oke?" Theo kecilnya hanya diam dan pipi gembulnya ia mainkan. Theo hanya mengangguk dengan patuh. Diciumnya lama pipi merah Theo seraya menggendongnya untuk pergi kerumah Nyonya Allison.

"Aku ingin menitipkan Theo malam ini, bisakah?" dengan berat hati Cecil melepas gandengan tangannya dengan Theo.

"Tentu bisa, cantik. Aku akan menjaganya dengan baik". Cecil menghembuskan napasnya pelan. Syukurlah malam ini Nyonya Allison tidak sibuk. Beliau adalah kepala sekolah sebuah TK diujung blok. Ia adalah janda yang baik hati dan menganggap Cecil dan Theo adalah keluarganya.

"Baiklah. Terimakasih, Nyonya. Mungkin aku akan pulang larut malam"

Kemudian Cecil menyamakan tingginya dengan Theo. "Theo harus menurut dengan Nyonya Allison, oke?"

"Ya, mommy. Mommy hati-hati dijalan. Theo sayang Mommy". Serasa hatinya memanas mendengar ucapan Theo. Bahkan hingga sekarang Theo tidak menanyakan dimana ayahnya berada. Walaupun ia mendapat aduan bahwa banyak teman-temannya yang mengolok Theo tidak punya ayah.

"Ya, sayang. Mommy juga sayang Theo"

*****

Gila saja. Ini kali kedua Cecil datang ke acara konser. Dan konser ini adalah yang terparah bagi Cecil. Bagaimana tidak? Perempuan dengan bikini tersebar dimana-mana. Sejenak ia menunduk untuk melihat penampilannya. Sepatu boot warna coklat dipadukan dengan skinny jean dan kaus warna putih serta jaket. Apa ia salah kostum? Tidak. Biarlah. Orang-orang disini juga tidak menaruh perhatian besar terhadap penampilannya.

Sesak, bahkan Cecil harus menghirup udara banyak-banyak saat antri untuk masuk ke arena konser. Saat bagiannya, ia menunjukkan sebuah backstage pass. Sontak orang-orang yang sedang antri dibelakangnya menahan napas. Gila! Ia punya sebuah kartu kecil yang diidam-idamkan oleh seluruh wanita yang datang malam ini.

Cecil hanya mengangkat bahunya acuh dan mulai masuk kedalam. Aroma maskulin sontak memenuhi indra penciumannya. Ini sungguh keren.

Seorang lelaki bertubuh kekar menarik lengannya. "Ikut aku" apa? Ia akan membawa Cecil kemana? Oh, ya Cecil tahu.

Mereka melewati lorong yang ramai dengan manusia yang sangat sibuk mengatur sesuatu. Lalu ia mendengar tawa keras dari suatu ruangan. Lelaki tadi mulai masuk kedalam ruangan tersebut dan meninggalkannya dilorong sendirian. Sial.

Cecil mulai memerhatikan interior di lorong ini. Semua berwarna putih. Pintu dicat berwarna hitam. Dan perhatiannya tertuju kepada pintu yang bertuliskan "NASH" yang kini terbuka memunculkan sosok yang beberapa hari terakhir ini membuat celana dalamnya basah.

"Halo, baby g" sapanya dengan senyuman yang manis. Senyumnya menukar kepada Cecil. Ia sungguh tampan. Dengan celana hitamnya membungkus dengan sempurna kaki indahnya. Dan kaus berwarna hitam dengan gambar Kurt Cobain seolah melekat dengan dadanya yang bidang juga otot lengannya yang bermunculan. Sial.

"Hai, Jhonny. Apa kabar?" ditatapnya mata berwarna abu tersebut dengan manis.

"Aku baik. Selalu baik jika berada disampingmu" see? Bahkan Jhon senang menggodanya. Cecil hanya menunduk berusaha untuk menutupi rona merah di pipinya. Rambutnya yang ia kuncir menjadi satu jatuh di bahu kanannya.

Kegiatan intim mereka tertunda dikarenakan teriakan para crew yang memanggil John untuk segera bersiap dan naik keatas panggung. Ah sial.

"Oke, baby g. Aku harus segera keatas panggung brengsek itu. Dan kau, berada di barisan depan. Jangan lupa setelah konser, temui aku di disini. Ingat itu!" bahkan disaat seperti ini John masih sempat mengancamnya.

"Baik, daddy. See u soon" Dengan cepat Cecil mencium pipi John hingga menimbulkan suara kecepak yang terdengar seksi. Sial, kenapa ia harus ereksi disaat yang tidak tepat? Jadikan itu double saat Cecil berlari menjauhinya dan bokongnya yang bulat mengayun dengan indahnya.

John mengusap wajahnya gusar. Sial sial sial. Dan sekarang crew sialan itu terus-menerus memanggilnya. Ia harus cepat menyelesaikan konser ini dan bercinta dengan keras nanti. Tentu dengan Cecilia. Ia pastikan itu.

******

Hembuskan napas huhah😂 serius amat bacanya😂😂 yaampun baru dapet ide ni malam-malam. Asik jg ternyata ngetik malam-malam gini. Berasa sepi aja trus idenya ngalirrr terus. Ah banyak bacot deh😂😂

Vote.comment.add.follow

Thxyu mwah😘

And fyi, w jg dah apdet cover nya nihhh suka kan? Suka dong wkwk. Shoutout to badgal97 for this amazing cover. W sukaaa banget. And everyone go follow and checkout her project. Love is in the air💕💕

CECILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang