"Brengsek! Jadi lo anggap hubungan kita selama ini permainan buat lo? Gitu?!"
"Yappp, lo fikir gue mau pacaran sama cowo macem lo gitu? Idihhh harga diri gue mau di taro dimana ? ngaca!! Lo cuma taruhan ngerti?"
"Tapi gue cinta sama lo Ndai seharusnya lo hargain perasaan gue, perasaan gue bukan mainan yang bisa lo mainin gitu aja"
"Whatever! Intinya kita PUTUS !! LOSSER!!"
Chindai tersenyum bahagia ketika mengingat kejadian dimana dia memutuskan dengan sepihak cowo terpopuler diekolahnya, Rian.
Dia berhasil meyakinkan teman-temannya jika pria seperti Rian mudah sekali untuk didapatkan dan dijatuhkan.
Chindai bahkan sempat mengira Rian itu adalah pria yang jika dilihat dari luar sangat menarik dan banyak orang pasti menginginkannya menjadi kekasihnya, tetapi saat kalian mengenalnya lebih jauh kalian akan tau sifat aslinya.
Wajahnya tidak semenarik perilakunya, bulan lalu Chindai sempat memergoki Rian sedang berciuman di atap sekolah.
Dengan seorang wanita yang Chindai yakini dia pasti adik kelasnya dan bodohnya Rian yang sudah tau sedang diperhatikan Chindai hanya tersenyum kearahnya.
Dari saat itu Chindai mengambil kesimpulan kalau Rian itu cowo brengsek!
Sambil melihat celotehan tak bermutu dari seseorang yang kini sedang menulis di papan tulis Chindai menggerakkan jari-jarinya.
Menghitung sudah berapa korban yang menjadi sasaran empuknya! Yapppss tahun lalu sudah ada 8 pria yang sudah pernah masuk dalam permainannya, dan rencananya Chindai akan menambah jumlahnya dalam tahun ini.
Jahat memang! Tapi ini sudah termasuk dalam list cita-cita Chindai! Tak ada CINTA semua hanya PEMAINAN!
Ini bukan kemauannya! Masa lalu kelamnya lah yang membuat dia harus melakukan ini, sejenis BALAS DENDAM tapi untuk orang yang berbeda tetapi masih dalam spesies yang sama.
Dia benci CINTA! Dia benci PRIA! Dia benci segala hal yang telah diucapkan atau janji seorang PRIA
"Chindai Azahrah Stefania! Mau sampai kapan kamu tidak mendengarkan saya menerangi disini! Tidak bisakah kamu mendengarkan saya dan memperhatikan saya!"
Cckck tipikal guru bawel dan cerewet, Bu Liana guru IPS yang menginginkan setiap siswa pada saat pelajarannya memperhatikan dan mendengarkannya.
Merasa namanya yang dipanggil Chindai menolehkan wajahnya ke arah guru tersebut sambil memamerkan senyum jahatnya.
Chindai berjalan mendekatinya sambil membawa tas punggungnya yang sudah diabawa ketika beranjak dari kursinya, mengeluarkan kunci mobilnya dan langkah kakinya berhenti tepat didepan wajah sang guru.
Teman-teman seisi kelasnya yang takut dengan Chindai hanya menyaksikannya tanpa mencoba untuk menegor Chindai.
Chindai mempersempit jaraknya dengan guru tersebut dan tangan kanannya diarahkannya kearah rambut sang guru setelah merasa benda yang dia letakkan telah menempel, Chindai menjauhkan tubuhnya dari hadapan guru nya dan mulai melangkahkan kakinya menuju keluar kelas.
"Maksud kamu apa? Apa kamu tidak punya sopan santun? Apa kamu tidak pernah diajari oleh kedua orang tuamu tentang menghormati dan menghargai orang yang lebih tua darimu? Apa maksudmu menempelkan permen karet di rambut saya? JAWAB SAYA CHINDAI!!!"
Chindai yang tadinya sudah mengarahkan kakinya menuju keluar kelas, seketika menghentikan langkahnya mendengar seseorang berteriak yang membuatnya berbalik kembali sambil tersenyum sinis kearah orang itu
KAMU SEDANG MEMBACA
The Games and Love
Teen FictionJika Tuhan memang adil dalam segala hal. Tetapi, mengapa hingga saat ini aku tak pernah mendapat keadilan itu? Kenapa Tuhan seakan menjerumuskanku dalam sebuah persoalan, yang aku sendiri tak tau harus bagaimana menghadapinya. -Chindai- Mengapa Tuha...