kegelisahan

221 11 0
                                    


Carl terbangun dari tidurnya, ia mengalami mimpi aneh itu lagi, kali ini bahkan mimpinya menjadi semakin membingungkan. Mimpi-mimpi ini telah mengganggunya setiap malam selama hampir satu bulan, dan semuanya semakin lama semakin membingungkan. Carl ketakutan untuk melihat sekelilingnya, berharap ia sudah berada di tempat tidurnya di gubuk reyot neneknya. Tampak burung merpati kesayangannya, si putih tengah bertengger di rumah mungilnya tempat ia seharusnya berada, tepat berada di samping panah kesayangannya bergantung.
Perasaan lega tergambar dari wajah carl yang seketika berubah tenang, aku sudah kembali, itulah yang ada di benaknya. Semua mimpi-mimpi yang dialaminya selalu membuatnya mengalami berbagai hal-hal aneh, tak pernah terpikirkan olehnya selama ini, sama seperti ia terbangun di atas pohon akasia besar di tepian desa. Tetapi carl merasakan ada sesuatu yang aneh, rasa dingin perlahan-lahan mulai sangat menusuk tulang, menggigil kedinginan. Carl mendapati tempat tidurnya basah, ia memegang kepalanya dan jelas saja rambutnya basah, demikian juga dengan bajunya semuanya basah. Carl gelisah, rasa takut seketika menjalari tubuhnya, saat itulah kilatan potongan-potongan mimpi tersebut kembali ke ingatannya.

Kilatan-kilatan ingatan mendesak kepalanya seperti ribuan batu besar yang jatuh dari angkasa, sangat menyesakkan, rintihan kesakitannya memecah kesunyian subuh hari. Gumpulan awan, deru kencang angin dengan langit malam disertai ribuan bintang menjadi bingkai ingatan-ingatan itu. Dan begitulan potongan mimpi itu datang satu persatu padanya, ia melayang diantara gumpalan-gumpalan awan seputih kapas, begitu lembut dan sedikit basah. Ada butiran-butiran kecil embun yang akan segera turun kebumi menjadi hujan.

Tidak, tidak, bukan dirinya melayang, ia hanya duduk, duduk dengan sangat tenang seakan sedang mengendarai kuda, kuda yang sangat ajaib hingga bisa berlari begitu tinggi hingga kelangit penuh bintang. Tapi ini bukan kuda, bukan, sekelebat ia bisa melihat cahaya kuning keemasan, tapi cahaya itu makin redup digantikan oleh pekatnya malam. Semuanya semakin samar, segalanya kabur, sekarang Carl sudah berada di kamarnya lagi.

Carl hanya bisa duduk terpaku, kenapa semuanya menjadi semakin nyata baginya, bahkan inilah potongan mimpinya yang paling nyata, selama ini semuanya tak pernah sejelas ini. Apakah arti dari mimpi-mimpinya itu?
Jalan desa masih sepi saat Carl melangkah menapaki jalanan kecil berumput, butiran-butiran embun masih melekat indah di ujung-ujung daun rerumputan liar. Pagi ini udaranya makin terasa semakin dingin, sebentar lagi musim salju akan datang. Carl merapatkan mantel bulunya yang terbuat dari kulit beruang, binatang buruan pertama yang ia dapatkan. Jalanan itu membawanya hingga ke pusat desa, tempat sebuah rumah penjual daging berada, bedros, lelaki paruh baya dengan tubuh gempal, wajah besarnya dipenuhi jambang sebuah pisau daging yang selalu setia menemaninyapun sudah terlihat tua, sama seperti pemiliknya.

Saat musim dingin akan datang, semua orang akan berusaha untuk memperoleh bahan makanan sebanyak yang mereka bisa, seperti yang telah biasa terjadi di setiap musim dingin. Carl akan membutuhkan lebih banyak lagi uang tahun ini, neneknya semakin tua. Ia ingin memastikan semuanya tersedia untuk neneknya, satu-satunya keluarga yang ia punya. Sejak kecil Carl tidak pernah bertemu orang tuanya, hanya mendengar sekelumit cerita tentang mereka dari neneknya, ia bahkan tak pernah tahu seperti apa wajah milik ayahnya, apa ayahnya suka berburu sepertinya. Carl tak punya cukup cerita tentang orang tuanya untuk diceritakan, begitupun dengan warga desa, tak ada satupun dari mereka yang mengenal orang tuanya.

"Carl, kau datang lebih awal hari ini, Bedros berkata seraya memotong kaki babi.
"Aku punya hal untuk dilakukan, berapa banyak yang aku punya?
maafkan aku, tapi uangmu hanya cukup untuk membeli beberapa potong babi nak.

"tidak, aku kira aku harus mencari lebih banyak lagi, sebentar lagi musim dingin dan nenekku akan butuh lebih banyak makanan untuk kesehatannya.

"Waaaaaah.. seperti biasa kau anak yang baik sebuah sahutan terdengar dari pintu masuk kedai. Itu si tua Havi, berjalan dengan pincang, menurut ceritanya pada seluruh penduduk desa dulunya ia adalah seorang ksatria gagah seorang pemburu. Seekor singa buas membuat kakinya tak bisa lagi berjalan dengan normal, di wajahnya yang dipenuhi rambut panjang menjulur hingga mencapai dada, terdapat sebuah goresan panjang. Sebuah goresan melintang dari keningnya melewati mata hingga mencapai hidung. Usia tua telah membuat keadaanya semakin menyedihkan tetapi masih jelas terlihat sisa kegagahan ksatria yang dulu dimilikinya. Havi duduk sembari menghisap cerutu miliknya,

"apakah kau masih belum punya cukup uang untuk musim dingin?

"aku hanya punya beberapa keeping emas, aku rasa itu masih belum cukup.

"semuanya akan menjadi lebih berat kali ini", havi mendesah menatap jauh keluar jendela, menatap gunung hitam yang menjulang tinggi. Ada gurat ketakutan di wajahnya, seolah ia tahu akan terjadi sesuatu yang buruk mengenai gunung tersebut.
apa maksudmu? Carl menatap si tua Havi dengan penuh tanda curiga. aku hanya berpikir seperti itu nak, jangan kau risaukan. Akan ada lebih dari cukup makanan untukmu dan nenekmu pada musim semi. Asal kau bisa melewati musim dingin yang panjang ini. Kemudian si tua itu hanya tersenyum penuh arti, senyum yang tiba-tiba menakutkan bagi Carl.

Lamunan Carl tentang perkataan si tua Havi buyar oleh sebuah suara ketakutan milik Sica. Satu-satunya anak milik pedagang daging Bedros. mereka datang lagi, hari ini bahkan mereka lebih banyak. Sontak seluruh isi kedai menjadi ramai. Semuanya ingin tahu tentang sosok ksatria berkuda hitam dengan pakaian serba hitam yang di ceritakan Sica.

Para ksatria hitam ini telah datang ke desa sejak hampir sebulan yang lalu. Tak ada dari warga desa yang pernah melihat mereka berbicara, tetapi tiba-tiba ada berita yang mengatakan ada yang mendengar mereka berbicara di dalam suatu bahasa yang aneh, bukan bahasa yang dimengerti manusia. Rumor tentang orang-orang berkuda itu menyebar dengan sangat cepat, ada yang mengatakan bahwa meereka menanyakan tentang sebuah telur, sebuah telur ajaib yang bisa menngeluarkan cahaya. Masih banyak lagi rumor yang beredar tentang mereka, tak hanya di desa bahkan rumor tersebut telah menyebar hingga ke desa berikutnya di hilir sungai Nama. Semua orang menjadi resah untuk alasan yang belum pasti, tetapi semua orang bisa merasakan akan ada ancaman yang datang.

Seiring berkembangnya desas-desus tentang para ksatria hitam berkuda, musim dingin datang menyelimuti desa, seluruh desa tertutup salju putih , bahkan gunung hitam yang menjulang jauh disana juga tak selamat dari amukan salju. Carl sedikit lega karena akhirnya ia bisa mengumpulkan sedikit lebih banyak makanan untuk neneknya. Selama desa disibukkan dengan datangnya musim dingin begitupun Carl, untuk beberapa saat ia tak lagi memimpikan tentang hal-hal aneh tentang ia yang terbang di langit.

Saat malam datang salju yang turun melingkupi bumi semakin lebat, Carl memutuskan untuk bergelung di dalam selimutnya. Tiba-tiba saja ia teringat perkatan si tua Havi kedai daging waktu itu, apa arti perkataannya. Entah mengapa Carl merasa gelisah saat mengingat hal tersebut. Tiba-tiba seberkas cahaya putih membelah langit malam menuju ke langit, dari cela-celaa kecil dinding gubuknya Carl dapat melihat dengan jelas darimana sinar itu berasal. Gubuk tempat tinggal yang di tempati neneknya. Carl segera berlari keluar gubuknya melompati pembatas dengan sekali lompatan besar. Ia mengendap mengintip ke dalam gubuk neneknya dengan berbekal sebuah parang besar dan anak panah.
Setelah mengumpukan keberanian ia mendobrak pintu gubuk kecil tersebut, di dalam gubuk terdapat sebuah tempat tidur kecil lengkap dengan neneknya yang masih tertidur dengan pulas. Sebuah gubuk yang sangat sederhana, di dinding gubuk dihiasi berbagai macam bulu burung, neneknya sangat menyukai segala jenis burung. Tak ada yang aneh dengan gubuk neneknya, lantas darimana cahaya tersebut berasal? Pertanyaan-pertanyaan itu masih berkecamuk di kepalanya saat kembali ke pondoknya.

Carl berbaring sembari menatap ke langit malam melewati celah-celah dinding kamarnya, ia masih bisa mengingat dengan jelas cahaya itu, cahaya yang sangat terang setajam pedang membelah langit malam melewati gumpulan awan di langit. Perlahan Carl jatuh ke alam mimpi, membawanya kepada mimpi-mimpi aneh yang selama ini membingungkannya. Sekali lagi ia berkela di alam luas, melihat dari kejauhan desanya menjadi teramat kecil hanya berupa kelap-kelip cahaya. Di langit penuh bintang ia kembali berkuda di sana, mengelilingi langit malam dengan indahnya.

THE RETURN OF DRAGON KINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang