"Huft, huft, huft.." nafasku naik turun tak teratur mengingat apa yang terjadi 5 detik barusan. Aku tergeletak ke belakang untuk tiduran sebentar. Kemudian sebuah uluran tangan menjulur di hadapanku, "Kita tak punya banyak waktu kawan," ternyata itu adalah Alex. Aku menjabat tangannya yang sedikit panas lalu dengan tenaganya, gaya kelembaman ku hilang seketika ketika ku berdiri.
"Aku akan membawanya" ucap Steve dengan mengangkat Smith lalu menggendongnya. "Apa kau tidak apa?" tanya Hana sambil memegang pundak Steve "Ini demi teman" Steve mengedipkan mata lalu berjalan maju meninggalkan Hana yang masih terdiam di tempat beberapa saat. "Kau teman yang baik" hati Hana lalu berkata begitu.
Kami terus melaju, lurus ke arah depan. Tapi kali ini tidak sepanas yang lalu, mungkin matahari sudah saatnya ingin tidur. Bayanganku menjadi panjang sekali, dan berada di arah timurku. "Hei, pukul berapa sekarang?" kata Frank yang ngos-ngosan dan keringatnya menetes melewati hidungnya. "Hmm, pukull..." Aku melihat jam di tanganku, ia tidak memperlihatkan waktu yang benar, tetapi malah berputar-putar tak karuan, berkebalikan antara jarum pendek dan panjang.
Alex mendekati ku dan kemudian memperhatikan jam di tanganku yang sepertinya kebingungan. "O, ow..." Alex mengeluarkan suara. "Kenapa?" kataku dengan mengerutkan alis ku yang basah terkena keringat. "Saat malam tiba, magnet dari dasar dan langit akan bekerja, dan membuat awan kumolonimbus, hujan, badai, petir, akan terjadi selama 7 jam dari situ" Alex berkata seperti orang yang memberikan khotbah. "O-ow, sepertinya aku terlalu berlebihan. Lihat ke atas" Alex mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan menunjuk sesuatu di langit.
Aku melihat dengan kedua mataku sendiri. Semua awan, mereka bergerak! Berubah warna dari putih menjadi gelap, lalu sangat gelap. Mereka bergerak, berkumpul, lalu menjadi 1 awan hitam yang sangat besar. Mengeluarkan kilatan-kilatan petir sesaat. Dan sepertinya itu membuat hati kami sedikit bergetar.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Frank dengan sedikit gemetaran. Lalu Alex berjalan ke depan kita semua. "Pertama, hujan akan turun" ia berceloteh lagi seperti sedang berpidato "Laluu....." ia terhenti beberapa detik. "Lalu apa?....." Steve berkata dengan nada cepat. Alex membalik badannya lalu berbicara dengan nada yang rendah dan tenang "Lari..."
"Ayoo, cepat, sebelum mereka membunuh kalian dengan petir ituu" Alex berlari dengan berkata dengan kami dengan sedikit berteriak. "Apaa!," "Ayo cepaat!!" Steve berlari diikuti aku dan yang lain. "Hah, hah, hah..." nafasku naik turun tak beraturan saat berlari, dengan bolak-balik kepalaku memutar ke belakang, aku melihat awan itu mengeluarkan petir dengan cepat, hampir mencapai tanah panjangnya. "Cepaaat!!! Terus berlari kedepan, jangan melihat ke belakang!!" Steve berteriak dengan berlari. "Hah, hah, hah!" nafasku makin tak beraturan. Kepalaku menoleh lagi ke belakang, tidak ada yang menghalangi pandanganku karena sekarang aku berada di paling belakang. Jantungku semakin berdebar, petir-petir itu makin panjang dan banyak, seperti mereka ingin menyerang kami.
'BLARR!!' salah satu dari petir-petir itu menyambar tepat di belakang ku dan sontak membuat mulutku berteriak "AAAH!" dan membuat langkahku terhenti karena terjatuh, jantungku ikut merasakan kegugupan dalam kebimbangan, antara hidup atau mati. Dan itu membuat Frank dan Alex berbalik badan untuk menyelamatkanku dan memberdirikanku dengan berkata "Kau tak apa kawan??," "Ya, aku tak apa" jawabku singkat.
Aku dibantu oleh mereka dalam berlari. Beberapa langkah kujalani lalu aku berucap pada mereka, "Oke, aku bisa berlari sendiri sekarang" "Baik, ayo" Frank melepasku lalu berkata seperti itu. 'GLARR!' petir mencapai tanah saat kami berlari, kali ini berada di sebelah kiri kami. Dan agaknya hal itu membuat Smith bangun dari pingsannya. "Ada apa ini??" tanya Smith yang menoleh ke kanan kiri kebingungan.
Steve yang masih menggendongnya menjawab "Sepertinya petir-petir itu benci kita." Aku terus berlari, maju ke depan, kali ini aku tak menoleh ke belakang samasekali. Lalu kali ini angin membuat beban ku berlari semakin berat. Langkah kaki ku semakin lama semakin berat, seketika mataku menoleh ke bawah. Air sudah hampir mencapai mata kaki ku, rasanya sama seperti berlari di kubangan, sangat berat.
"Sepertinya akan terjadi banjir yang besar disertai tornado dan petir" kata Alex yang terus berlari ke depan. Aku mengambil kompas di sakuku, namun percuma, kompas milikku hanya berputar putar tak karuan ke segala arah seperti milik teman-temanku. Lalu dengan agak kesal ku pukul-pukul dengan telapak tanganku kompas itu. "Aah, sial!" kataku kesal dengan memasukkan kembali kompas itu ke dalam sakuku.
Kali ini betisku mulai kedinginan terkena air, dan angin semakin cepat berhembus. "Ayo, ayo!!! Kita harus cepat berlari dari sini" Steve yang sedang berkata sambil berteriak tiba-tiba terhisap oleh angin topan yang berputar di depannya. "AAAAHH!!" teriak Smith dan Steve bersamaan "Smiiith!!!" teriakku "Steeve!!!" Frank pun ikut berteriak. Kulihat mereka terkena tornado itu dan kemudian hilang di atas langit.
Aku masih ternganga melihatnya, kakiku lemas aku masih berdiri di tempat ku itu hingga Alex mendekati ku dengan berlari dan berkata "Ayoo, apakah kau tidak menyanyangi nyawamu??!" "Aku ingin menyelamatkan mereka!" kataku dengan berlari kedepan meninggalkannya. "Tunggu" tangannya menghentikan langkahku, aku pun memutar badanku "Aku yakin, mereka bukan orang-orang yang lemah. Dan aku yakin, mereka akan selamat."
Kata-kata dari Alex membuat hatiku bergetar, apalagi disertai hujan yang deras, membuat hatiku luluh dan mengikuti nya ke depan. "Ayo cepat, kita tak punya banyak waktu" kaki Alex pun lanjut berlari meninggalkan ku yang masih berdiri. Sedetik kemudian, kakiku memliki energi misterius yang membuatku bersemangat untuk berlari lagi. Hatiku kemudian menyeru pada otakku. "Smith, Steve, aku berjanji akan menyelamatkan kalian, aku janji, pasti..." aku pun tersenyum.
TO BE CONTINUE..
KAMU SEDANG MEMBACA
Raincity
Science FictionAVAILABLE IN BAHASA INDONESIA Setelah aku, Smith, Frank, Steve, Hana berhasil keluar dari kubah yang membuat hidup kami terguncang kesana kemari tak karuan, kami mendapat teman baru bernama Alex. Kami menyelamatkannya saat dia akan dimakan oleh Cler...