"KETUA !!" teriakku dengan kaget bercampur dengan sedikit gembira. Wajahnya yang sangat mirip membuatku yakin bahwa ketua masih hidup. Tapi didalam hati terdalamku masih ragu, karena bayang-bayangnya yang mati ditusuk Clerk saat di Dome. Ia masih memandangiku dengan bingung, sementara aku masih melihat kepadanya.
"Hei Scar, tunggu apa lagi, ayo naik!" tiba-tiba saja Alex sudah berada di pintu pesawat, berdiri disamping ketua. "Eh iya iya" aku terbangun dari lamunanku. Dengan segera aku mengerahkan kekuatanku ke kaki untuk berlari menuju pesawat itu. Akhirnya aku berada didalam, dan pintu ditutup.
Kami segera duduk didalam pesawat. Suasana didalam sini membuatku teringat akan film-film perang, dimana saat para tentara akan terjun dari pesawat. Ketua lalu duduk didepan kami. "Huft, untung saja kami cepat kemari. Kami mendengar kabar bahwa para 'Krash' sedang mengadakan pesta untuk memakan manusia." "Tunggu, Krash?" tanya Alex. "Iya, Krash. Para makhluk itu, kalian dengar kan apa yang mereka katakan saat bertemu kalian tadi? 'Kraa, kraa, kraa,' maka dari itu penduduk lokal menyebut mereka 'Krash'" jawab ketua.
"Nama yang aneh," kata Alex sembari tertawa kecil. "Apa yang mereka lakukan kepada kami tadi itu setiap hari?" tanyaku. "Oh tidak, mereka hanya melakukan ritual tadi jika menemukan manusia. Maka dari itu semua orang di Raincity dilarang pergi kesana, karena jika tertangkap mereka akan mengorbankan dan menjadikan kita hidangan makan malam." "Mengapa mereka melakukan hal itu?," Alex kembali penasaran. "Ada yang mengatakan bahwa mereka akan kembali menjadi manusia ketika mereka memakan manusia."
Dengan agak bingung aku bertanya lagi, "Apa maksudnya?" "Yah, sepertinya aku harus menceritakan ini semua dari awal. Jadi pada awalnya begini. Raincity adalah kota yang indah dulunya. Kami mengajak orang dari negeri awan untuk bekerjasama. Kami tidak menggunakan kendaraan bermesin kami agar tidak mengotori negeri awan." "Apakah negeri awan itu benar benar ada?" Alex bertanya lagi. "Ada yang mengatakan itu legenda, ada yang berkata bahwa itu benar-benar ada." "Lalu, apa yang mereka berikan pada kalian?" tanyaku. "Mereka memberi kita hujan yang cukup, untuk menyuburkan tanah, mencukupi air di kota kami dan lain lain."
"Namun, suatu hari ada seseorang yang datang dari luar kota. Ia menutupi wajahnya dengan masker hitam, ia menggunakan kacamata hitam. Ia pergi ke tempat dimana kami membuang semua kendaraan bermesin kami. Ia lalu mulai membangun sesuatu dengan mesin-mesin buangan kami. Ia menciptakan 'Arcena', yaitu sebuah mesin yang mampu mengeluarkan gas XR2 atau biasa disebut gas Xenodiaroth. Gas ini mampu mengubah manusia biasa menjadi Krash."
"Dan daerah tempat pembuatan mesin tadi sudah terkontaminasi oleh gas XR2. Dan kami menyebut daerah tersebut.." ia mengeluarkan benda yang mirip tab yang kemudian menunjukkan pada kami peta Raincity. "Area 10R," katanya sambil menunjukkan daerah segitiga di pojok kanan atas peta. "10R diambil dari kata XR, dimana X dalam romawi adalah 10. Sementara dibawah Area 10R ada hutan Alcassal, yaitu tempat kami menolong kalian tadi."
"Hutan Alcassal adalah tempat manusia-manusia yang terkontaminasi gas XR2 ditempatkan dan diisolasi dari Raincity." Ia kembali menunjukkan petanya. "Lihat, Ini adalah Kota Raincity, Balaikota, Pusat perbelanjaan, kantor-kantor, semua ada di kota." Pesawat yang kami tumpangi tiba-tiba sudah keluar dari hutan Alcassal dan saat ini berada di gurun yang kami susuri tadi.
Ketua melanjutkan pembicaraannya. "Sementara di kanan kota ada DD atau Deathly Dessert atau Gurun Kematian. Mengapa disebut kematian? Lihatlah, cuacanya sangat panas bukan? Disini biasa terjadi anomali cuaca. Tiba-tiba saja akan ada petir disaat cuaca sangat panas." "Oh, itulah yang membuat kami berada di hutan Alcassal, kami terbawa banjir yang sangat besar," Kata Alex.
"Dan sepertinya kita akan menghadapinya lagi," kataku sambil menunjuk ke depan. Awan hitam sudah mulai terlihat. "Tenang, aku dan pilotku Freddy..." katanya sambil menunjuk ke Freddy, Freddy berbalik dan mengacungkan jempolnya ke arah kami, kira kira ia lebih tua 5 tahun dari kami, wajah seriusnya membuat ia tampak lebih berwibawa, "...sudah biasa melewati daerah ini" kata Ketua melanjutkan. "Bagaimana caranya Ketua?," tanyaku.
"Ketua? Oh, maksudmu Erton Mcgaulich? Dia adalah saudara kembarku." Seketika wajahku menjadi merah padam, mengetahui bahwa orang yang dari tadi kuanggap ketua ternyata bukan. "Namaku Eston Mcgaulich, kalian bisa memanggilku Eston." Eston melihat ke arahku, "Tidak apa-apa, memang kami kembar identik, sehingga banyak orang yang tertipu dengan wajah kami satu sama lain." Alex berusaha menenangkanku "Sudahlah, jangan terlalu terbawa suasana masa lalu, ia sudah tiada."
Secara tidak sadar aku sudah dalam posisi berdiri dari tadi, dan aku kembali duduk. "Yang paling penting sekarang.." Eston berdiri dan berjalan menuju belakang kursi pilot dan membuka bagian belakangnya. Ada 6 benda mirip parasut berbentuk kotak. Ia mengambil 3 dan memberikan 2 kepada kami. "Pakai itu, itu parasut yang dilengkapi roket mini, hanya untuk berjaga-jaga bila ada hal yang tidak diinginkan". "Bagaimana dengan Freddy?," tanya Alex, "Pilot selalu memakainya," jawab Freddy dari depan.
Aku melihat petir kecil sudah menyambar nyambar dilangit. Di kejauhan terlihat halilintar sudah menyambar pasir yang ada dibawah. "Sepertinya semakin kedepan semakin berbahaya ya," kata Alex. Eston tertawa kecil, "Tunjukkan pada mereka kemampuanmu Freddy," "Baik. Pegangan anak-anak," kata Freddy.
Pesawat kami mulai memasuki area berawan hitam. Petir pertama menyambar di kanan pesawat. Secara reflek pesawat berputar 90 derajat ke kiri. Aku dan Alex hampir tejatuh jika kami tidak berpegangan tadi. Sementara telingaku berdenging setelah mendengar suara petir tadi. Sangat keras. Seperti suara seseorang yang berteriak kencang ditelingaku. Setelah pendengaranku normal petir ke dua menyambar, kali ini di depan tepat.
Dengan keahlian mengendalikan pesawatnya, Freddy mampu membuat pesawat yang tadi berputar ke kiri sekarang berputar ke kanan. Menghindari petir yang masih menyambar-nyambar. Pesawat terus melakukan gerakan meliuk-liuk itu hingga 7 kali. Serasa bermain wahana saat aku berada didalam pesawat. Hingga akhirnya kepalaku mulai sedikit pusing dengan keadaan didalam.
'Zzup,' aku melihat ke depan dan ada sebuah portal. Ya, portal itu, portal yang membawa kami dari Dome ke Raincity. Untungnya dapat dihindari dengan baik oleh Freddy. "Kau lihat portal tadi?," tanya Eston dengan sedikit berteriak karena keadaan disini yang terlalu berisik oleh petir-petir tadi dan mesin pesawat yang mulai bergemuruh. "Ada yang berkata jika kau masuk portal tadi kau bisa menemukan semua jawaban dari masalahmu," lanjut Eston.
"Tetaplah berjuang, kalian pasti menemukan jawabannya," kata Eston lagi setelah melihat wajah kebingungan kami. "Mungkin kalianlah yang akan mengubah takdir seluruh dunia ini," ucapnya dengan senyum kecil.
Pesawat kami mulai memasuki daerah yang dilanda hujan ringan. Pesawat terus berjalan ke depan dengan hati-hati. Kami melihat cahaya yang sangat terang di depan, cahaya itu datang dari gedung yang sangat tinggi. Dan hujan pun lama-kelamaan diganti oleh cahaya matahari. Eston berdiri lalu berjalan ke belakang seraya berbicara dengan orang yang ada di teleponnya. Kami melihat sebuah kota yang sangat modern di depan kami.
Eston kembali dan berkata, "Teman-teman, selamat datang di..," pesawat mendarat di helipad sebuah gedung yang paling tinggi, dan hampir menyentuh awan. "Raincity Townhall!!" Setelah pesawat yang kami tumpangi mendarat Aku dan Alex langsung didatangi oleh seorang wanita yang tidak kami kenal. Ia berpakaian modern dan memegang sebuah tab yang lumayan besar. Ia datang dari pintu geser yang berada di timur kami.
"Apakah kalian Scarlet Winsky dan Alex Fredrich?," tanyanya kepada kami. "Iya, memang ada apa?," tanya Alex. "Kalian datang kemari berenam kan?" aku menjawabnya dengan mengangguk. Orang itu lalu berkata, "Perkenalkan, namaku Freya Angela, kalian bisa memanggilku Freya." Ia melanjutkan pembicaraanya sambil mencari cari sesuatu dalam tab nya. "Teman kalian Hannah Rachella dan Glinston Smith berada di dalam. Kami menemukan mereka berada di pinggir kota.
"Baiklah tunggu apa lagi" jawab Alex, "Pertemukan kami dengan mereka," ujarku. "Baik, ikuti aku" Freya mulai berjalan didepan diikuti kami yang berada dibelakangnya. "Hei, bagaimana dengan Frank dan Steve?" tanya Alex kepadaku. "Tenang, kita pasti akan menemukannya nanti," jawabku dengan tenang. Kami sudah berada dipintu masuk untuk menuju ke dalam gedung. Freya berjalan ke bagian kanan pintu, disana ada angka-angka untuk memasukkan password pintu. Ia memencet angka-angka itu beberapa kali, dan pintu itu terbuka. Kami masuk ke dalamnya.
CONTINUE TO PART 6
DON'T FORGET TO FOLLOW ME & VOTE MY STORY :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Raincity
Science FictionAVAILABLE IN BAHASA INDONESIA Setelah aku, Smith, Frank, Steve, Hana berhasil keluar dari kubah yang membuat hidup kami terguncang kesana kemari tak karuan, kami mendapat teman baru bernama Alex. Kami menyelamatkannya saat dia akan dimakan oleh Cler...