4

29 2 2
                                    

Air yang semakin meninggi membuat langkah kaki ku menjadi sangat berat hingga akhirnya aku melayang, dan berganti dari berlari menjadi berenang. "Aah! Sepertinya mereka ingin menghisap kita juga!!" teriak Frank yang menunjuk ke arah topan yang mulai berputar lagi. "Oh tidakk..." kataku pelan. "SEMUANYA BERBALIK!!" teriakku dengan suara kencang. Aku memutar badanku, dan berenang dengan cepat. Aku berenang dengan sangat cepat, tetapi rupanya topan itu lebih liar hingga akhirnya.

'Fuuusss!!' begitulah suara di dalam topan yang membuat kepalaku berputar-putar bagai di wahana roller coaster yang sangat cepat. Tangan kiriku masih berusaha melindungi mataku dari benda benda asing yang akan merusak mataku. "Aaaaah!!" sayup-sayup kudengar teriakan teman-temanku. Otakku sudah tak karuan. Lalu hidungku mulai mengalirkan darah. Karena sudah sangat tidak kuat, mataku menutup dengan sendirinya dan aku berpindah ke alam bawah sadar.

***

Mataku sangat berat untuk kubuka, lalu dengan segenap kekuatan kucoba untuk membuka mata dan melihat apa yang terjadi. 'Wuuuuuuuuuuuuu...' suara angin yang berhembus pelan membuat telinga dan hatiku menjadi sedikit tenang. Kemudian posisiku berubah dari tidur menjadi duduk. Aku melihat ke sekeliling, cahaya matahari menyinari dari atas. Rupanya aku berada di hutan.

"Oh iya, aku harus mencari teman-temanku" aku berseru, berkata sendiri pada diriku yang masih dalam proses berdiri. Aku celingak-celinguk ke kanan lalu ke kiri untuk melihat, dan yang kulihat hanya pohon pohon yang membuat pernafasan ku segar. "Hmm, kurasa aku harus kee..." kulihat kompas ku yang menunjuk utara di arah kiriku. "Yah, jika ingin bertemu kehidupan aku harus menuju ke arah matahari terbit." Kemudian kututup kompasku, kupersiapkan diriku, aku berlari ke depan, berharap ada kehidupan yang menyapa hatiku yang suram.

***

'Plik!' air yang jatuh membuat wajah Alex basah lalu ia bergidik dengan setengah sadar. 'Plik!' air itu jatuh lagi yang membuat mata nya terbuka tapi ia masih seperempat berada di bawah sadar. 'Plik!' air jatuh untuk ketiga kalinya yang membuat Alex terbangun dan berteriak "Aah! Siapa yang mengganggu mimpi indah ku!?" ia menoleh ke atas. "Ooh, kau rupanya" ia lalu berdiri dan menarik sebuah daun yang masih menempel di ranting. "Kau tidak akan bisa mengganggu ku lagi" dengan tangan kanannya, ia lalu membuang daun itu.

"Dan sekarang aku berada dii..... Ooh, hanya hutan rupanya" ia memutarkan badannya, lalu celingukan ke kanan dan kiri berharap ada seseorang dalam pandangannya. Namun, yang menangkap sesuatu hanya telinganya. 'Srek, srek, srek!' bunyi itu makin lama semakin keras, seperti orang yang sedang dikejar sesuatu. Dengan cepat Alex memasang tali antara pohon satu dengan pohon yang lain. Lalu bersembunyi di semak.

Dengan mata yang tanpa berkedip, Alex mengintip dari sela sela dedaunan yang membuat telinganya sedikit gatal. 'Srek, srek, srek!' suara itu semakin keras dan cepat, hingga akhirnya "Aaah!" orang itu tersungkur ke depan. Dengan gembira Alex menggerakkan kakinya ke depan dengan cepat. "Siapa kau!?" Alex menodongkan senjatanya ke arahnya. Tentu dengan terkejut Scarlet mengangkat tangannya.

"Scar? Apa yang membuatmu berlari" tanyanya dengan alis yang terangkat. "Yah, kuharap tidak ada tali itu sehingga aku bisa terus berlari dan tidak membuat celanaku sobek" kataku dengan menunjuk celanaku yang lubang di lutut kanan. Dengan sedikit tertawa ia menjawab "Maaf, kukira tadi makhluk aneh yang akan membunuhku."

"Makhluk aneh? Aku tidka melihatnya dari tadi" kataku "Eemm, mungkin begitu" raut muka Alex langsung berubah ketakutan ketika melihat sesuatu di belakangku. Kepalaku berputar ke belakang dengan sendirinya. Dengan kedua mataku kulihat makhluk aneh yang tidak memakai baju, hanya celana. Dada mereka tampak sangat membusung, dengan perut agak buncit. Mereka berdiri tepat kira kira 10 meter dariku. Wajah mereka setengah manusia setengah rubah. Wajahnya menyerigai kami dengan serius, tampak dari matanya yang memicing melihat kami. Aku merasa ingin berteriak, namun suaraku sepertinya tersangkut di tenggorokan.. Mereka lalu berinteraksi dengan bahasa mereka. Kelihatannya mereka ingin menyerang dan memakan kami.

"Kraaa, kraaa, kraaaa!!" mereka mengangakat angkat tombak mereka lalu berlari menyerang kami. Dengan pikiran yang kacau, kakiku berbalik lalu berlari dengan disertai irama detak jantungku yang cepat. Alex mengikutiku dibelakang tanpa komando. Dengan cepat aku berlari, degup nafasku berpacu secepat kedipan mata, kakiku melaju dengan cepat layaknya cheetah yang memburu mangsanya. 'Srak!!' tali yang panjang tiba tiba keluar di depan kaki kami sehingga membuat kami tersungkur. "Aaah" aku berteriak.

***

"Uuuh" Alex membuka matanya pelan pelan, ia kemudian melihat ke seluruh arah. Aku membuka mataku. "Ugh.." tubuhku terasa berat, sepertinya seluruh darahku berkumpul di kaki bagian bawah. "Agh.." dengan sekuat tenaga aku berusaha melepaskan tali yang mengikat dan menggantungku 1 meter dari dasar. Tepat beberapa centi di bawah kami ada tungku besar berisi air yang mendidih, mereka memasukkan beberapa tumbuh tumbuhan. "Hei, lepaskan kami, kami bukan makananmu!". Teriakan Alex diacuhkan mereka.

Salah satu dari mereka bergerak kepada makhluk lain yang pakaiannya lebih mewah, kurasa itu pemimpin mereka. Percakapan mereka membuatku ngeri, karena sesekali mereka melihat kami. Kemudian makhluk aneh yang daritadi ikut percakapan mereka, berteriak teriak seperti saat mereka mengejar kami dengan mengayun ayun kan pisau batu nya. Pemimpin mereka mengangguk angguk tanda setuju. Sepertinya mereka ingin segera memakan kami sebagai hidangan makan malam.

Makhluk yang dari tadi mengangkat angkat pisau mendekati kami. Perlahan lahan. Jantungku berdegup kencang. Sedangkan air yang berada persis dibawahku, sudah cukup untuk membuatku mandi keringat. Dia mendekati ku, memperhatikanku dari jarak dekat dengan menarik taliku lebih tinggi sedikit dengan jarinya. Alex yang daritadi diam mulai membuka percakapan. "Apa kau punya rencana untuk pergi, Scar?" dia berbisik padaku. "Tidak ada" balasku dengan raut muka putus asa. "Apa? Bagaimana kau bisa tidak punya rencana?", "Lihat sekelilingmu, kita berada di atas menara sebuah kastil tua, pada malam hari, kita ditali, mereka ada disekeliling kita, apa yang ingin kau lakukan?" jawabku. Lalu Alex memalingkan wajah dengan nafas yang kecewa. Sedang, makhluk yang dari tadi seperti menelitiku tiba tiba sudah berada di sebelah Alex.

Dia mengangkat tali Alex dengan jarinya, mengangkat tinggi tinggi lalu melihat wajah Alex dengan menggerang. "Hei, lepaskan aku" teriaknya saat makhluk itu mencoba meraba raba tubuhnya. "Kraa! Kraa! Kraa!" tiba tiba suasana menjadi gaduh, para makhluk aneh itu sepertinya menginginkan Alex dimakan terlebih dulu. Lalu pemimpin mereka berdiri, dan mengangkat tangan kanannya. Mereka langsung terdiam. Tangannya menunjuk ke Alex lalu menunjuk ke tungku besar itu.

Pikiranku langsung kacau, aku takut membayangkan Alex masuk ke dalam tungku dan mendidih di dalamnya. Rasanya aku ingin bergerak meloloskan diri, tapi jika aku lolos maka aku akan masuk ke dalam tungku di bawahku. Lalu salah satu dari mereka mengeluarkan sebuah senjata, mirip seperti kapak, tapi bilahnya seperti pisau. Lalu dia naik tangga yang berada di sebelah Alex. "Hei apa yang ingin kau lakukan?!" nada Alex sekilas mirip sebagai pemberontak yang ingin bebas dari kurungan. Makhluk itu mengambil ancang ancang untuk mengayunkan kapak pisau itu ke tali yang menggantung Alex.

Tidak, tidaaak!. Kata kata itu melintas di pikiranku, seperti ingin kuteriakkan, tapi tak bisa. Sepertinya mulutku terkunci dalam kebimbangan. Seketika melesat sebuah panah, cepat sekali, sehingga tiba tiba makhluk yang ingin memutus tali itu pingsan dengan panah itu tertembus di kepalanya hingga ke belakang. Suasana di tempat itu jadi gaduh, suara suara pasrah makhluk makhluk itu melayang layang di udara.

Panah susulan terus datang, kali ini mengenai pemimpin mereka. Pemimpin mereka jatuh tersungkur. Panah panah itu terus berdatangan, membunuh makhluk itu satu persatu. Akhirnya mereka semua mati. Sontak kepalaku mandongak ke atas, melihat siapa yang melakukan ini. Sebuah sinar muncul tiba tiba saat Alex melihat ke atas, menyinari kami berdua. Benda itu mendarat, tepat di depan kami. Ternyata pesawat tanpa suara. Sreek, pintu pesawat itu terbuka, muncul seseorang.

TO BE CONTINUE...

RaincityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang