Masih pada boots dengan manisan hells yang tidak terlalu tinggi, namun berhak setinggi 2 senti berpadu pada jeans dan kaos polos putih tertimpa pada blazer kulit hitam, style Gina yang begitu melekat padanya, ia merogoh kunci dari atas nakas kamar menuju teras parkiran depan.
"Tugas lagi ya mbak?," Doni salah satu dokter muda yang baru lulus dalam mengambil gelar spesialis SpOG kembali menyapa Gina Ramah.
"Hey dokter cewe" Sapa Gina yang seringkali mencandai Doni yang seharusnya bagi Gina cocok baginya mengambil spesial jantung ketimbang memilih spesialis kandungan.
Doni tertawa seraya kembali pada kesibukannya membersihkan mobil
"Cabut Don.."
"Hati-hati mbak cantik, jangan terus-terusan keliatan galak, ntar nggak ada cowo yang berani deket" Gina tersenyum seadanya, sambil menutup pintu mobil, ia melambai pergi menuju kesalah satu pusat perbelanjaan, mengitari jalan panjang pikirannya masih berkutat pada salah satu wanita pembunuh bayaran dengan keterkaitannya pada pelacur bernama Gheira, apa mungkin Gheira orang yang sama dengan yang membunuh Palkof, teka- teki itu semakin membuat Gina penasaran ditambah keprofesionalan wanita itu dalam membunuh tanpa meninggalkan bukti sedikitpun hingga jejaknya tak dapat terendus oleh penyidik bahkan anjing pelacak sekalipun.
Setibanya di mall center, ia memarkir kendaraan dengan menyelipkan senjata laras pendek ke dalam saku dalam baju, serta pisau lipat pada pocket bagian dalam pants yang jika di raba, tidak akan ada yang tahu bahwa ia menyelipkan pisau di situ, hal itu seringkali ia lakukan akan traumanya dimasa lalu, secret weapon sebagai self defense, selalu menjadi alternatif Gina dalam menangani pekara genting yang kapan dan dimanapun bisa saja terjadi, sebab ia selalu sigap terhadap bahaya yang tiba-tiba saja bisa menghampiri.
Gina melangkah menuju pusat keramaian, sesekali ia hanya ingin merefreshkan diri dari kepadatan penanganan kasusnya yang semakin menumpuk, tak ia nikmati sedikitpun masa libur, ia terus melangkah tanpa tahu apa yang harus ia beli disana, duduk disebuah kursi panjang menyeruput cappucino blackcurrant yang ia beli disalah satu Place Water ice Seller sambil menghembuskan napas lelah, ia melirik beberapa remaja yang berseliweran lalu lalang dengan sorotan mata melibas kesegala arah.
Sesaat terkenang pada masa lampau, kembali mengingat padanya yang sama sekali belum tersentuh cinta pada pria, apa lagi sekedar pacaran. Ia yang dulu tak pernah sesekali mengenal pacaran selain menolak puluhan pria yang ingin memacarinya, ia hanya memiliki rindu, rindu yang hampir punah dimakan waktu, baginya rindu telah mati, menumbuhkan rasa dingin yang menjadi. Membentuk dirinya yang dingin nyaris hampir kehilangan hati. Rasa yang hampir mati terbunuh oleh waktu, menjadikan ia pribadi yang sedemikian tampak beku.
"Excuse me, may i sit here?"
Gina melirik ke arah suara dengan wajah kesal merasa terusik.
"Hmmm" jawabnya singkat kembali melirik kesekeliling mall.
Bangku yang ia duduki mulai begetar, krasak-krusuk bergoyang,
Kali ini Gina mulai melirik ke arah wanita yang menggunakan kacamata hitam dengan tas bermerek dan sepatu limited edition, wanita feminim berambut panjang terurai itu masih sibuk merogoh barang-barang di dalam tasnya, mencoba mengeluarkan satu persatu barang yang kemungkinan terselip jauh di kedalaman tas, nihil, tetap saja tidak ada, ia mendengus resah dan menatap ke arah depan kosong.
Wanita itu merasa diperhatikan dan kembali menoleh ke arah Gina namun dengan cepat Gina membuang tatapannya keseluruh sisi gedung mall.
"What you see?" Wanita itu memberanikan diri bertanya ketika merasa beberapa kali mendapatkan perhatian Gina yang tertangkap tanpa sengaja kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deepest Memoriest
ActionSampai dengan hari ini, unttk kalian yg aktif dalam komen, krisan, playing buat nebakin clue, misteri dll dalam perjalanan story ini, so thankyou so much..