"Karen?"
Aku menutup mulutku tak percaya.Semuanya terlalu nyata untuk dilihat.
Karen dan Rayhan berciuman di kamarku,baju Karen sudah terbuka meninggalkan pakaian dalamnya.
Air mataku menetes.
Sepupuku mengkhianatiku.
"Sayang,aku bisa jelasin semuanya."
"Sayang?!Gak usah panggil aku sayang!Kalian berdua menjijikan!"
Aku berlari keluar dari kamarku menuju kamar Arif.Untung saja Arif masih di rumah temannya mengerjakan tugas sekolah.Kalau tidak,yang ada rumah ini bakalan gaduh karena adu tinju Arif dan Rayhan.
"Emma,aku bisa jelasin semuanya.Please,buka pintu kamu."
Aku menggeleng lalu menekan dadaku.Ini semua terlalu sakit untuk dirasakan.
**
"Hei!Kok bengong lagi sih?!"
Alvin melambaikan tangannya di depan wajahku.Aku menatapnya lalu melihat apa yang ia bawakan untukku.
"Nih,kentang goreng sama coca cola."
"Emang aku minta di beliin ini tadi?"
Alvin melongo lalu menggelengkan kepalanya.
"Em,sakit ya?Ke dokter yuk." Alvin menempelkan tangannya di dahiku.
"Apaan sih,ngelucu sob?"
Ia lalu menatapku bingung.
"Aneh banget jadi cewek."
"Garing banget jadi cowok."
"Ya udah yang penting aku sayang kamu." Alvin tersenyum kecil menampilkan dua lesung pipinya.
"Gak nanya ih."
"Tanpa ditanya pun aku bakal bilang begitu terus."
Aku merasakan wajahku memanas.Ya Tuhan,jangan buat aku jatuh cinta padanya.
Ya,kami memang sedang lagi makan siang -atau sarapan?- di restaurant cepat saji,karena Alvin khawatir denganku yang belum sempat sarapan.Matahari masih tertidur,tadi Alvin menelfon pihak rumah sakit.
"Pertanyaan gue masih di gantungin dari jaman kapan tuh."
Aku menaikan alisku sembari mencomot satu kentang.
"Pertanyaan apaan?"
Alvin berdecak lalu mengacak rambutnya.Ganteng ih.
Emma!Stop it!
"Yang itu loh!!"
"Itu mana?Kamu tuh ngomong yang jelas dong,to the point!"
"Emma,kamu mau gak-"
Dan pertanyaan Alvin setelahnya tak bisa kudengar lagi,karena ada sesuatu yang menangkap perhatianku.
Seseorang yang duduk di pojok restaurant.Memainkan handphonenya sepertinya akan menelfon seseorang.
Dan benar saja handphoneku berbunyi seketika,dan karena suasana restaurant yang sedang sepi.Suara dering hp ku bisa terdengar oleh laki-laki itu.
Ia dengan sekejap menoleh kearah kami dan menatapku.
"Emma?"
Aku bisa merasakan dunia rasanya berhenti sesaat,dan detak jantungku berhenti selama beberapa detik lalu berdetak dengan kencang.
Aku menatap Alvin yang sepertinya masih menunggu jawabanku.
"Al,kita harus pergi dari sini."
"Eh,pertanyaan gue belum dijawab."
Aku mulai panik melihat laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya dan sepertinya berjalan kearah kami.
"Aku serius."
Aku menarik Alvin dan berlari dari restaurant tersebut.
Kugenggam tangannya erat dan berlari menjauh secepat yang kubisa.
"Emma!!"
Aku bisa mendengar suaranya.Suara yang tak akan mau kudengar selama hidupku.
Kami berhenti di sebuah lorong sepi di mall.Aku mengatur nafasku.Kami lari lumayan jauh dan Alvin masih menunjukan wajah bingung dan butuh penjelasannya.
"Explain." Ujarnya setelah kami bisa bernafas normal.
Aku terduduk di lantai lalu menutupi wajahku.Semuanya terlalu sakit untuk diingat kembali.
"Nothing to explain."
Ia berjongkok di depanku lalu menatapku.
Diciumnya keningku lama lalu ia memelukku erat.
"Calm baby,nothing to worry about as long as im here." Aku bisa mencium wangi tubuhnya yang khas.Dan itu membuatku tenang.
..........
KAMU SEDANG MEMBACA
The First That Fall
Teen Fiction"Gue tanya untuk yang kesekian kalinya,lo mau jadi pacar gue?" "Aku mau."