"Lo mau jadi pacar gue?"
Emma menaikan alisnya kebingungan lalu menggeleng,
"Gak."
Semua siswa siswi yang menonton tertawa keras,sedangkan lelaki dihadapan Emma melotot tak percaya.
Emma hendak pergi,tapi lelaki itu mengamit tangannya cepat.
"Lo bercanda kan?"
Emma menghempaskan tangannya dengan kesal.
"Dengar ya,aku tidak mau menjadi pacarmu.Apakah itu sudah jelas?"
Emma berlari dari kerumunan.
Alvin melengos melihat temannya tertawa terbahak-bahak.
"Sorry Al,tapi sepertinya-:"
"Pegang omongan lo,Frans.Gue bisa dapetin apa yang gue mau." ucap Alvin sembari menatap kepergian Emma.
-2 hari sebelumnya-
"ALVIN!Kamu lagi-lagi tidur saat pelajaran saya,keluar kamu dari kelas!"
Alvin mengendus kecil.
"Saya kan manusia pak,butuh tidur."
"Gak usah membantah dengan alasan yang selalu kamu pakai setiap saya menangkap basah kamu tidur!"
"Apanya pak yang basah?" Alvin tersenyum mesum lalu beranjak keluar kelas sebelum guru kimianya itu mengamuk lagi.
**
Emma menghela nafasnya lalu membuka kacamatanya.Sekarang jam kosong karena guru bahasa inggrisnya ijin.Ia lebih senang menghabiskan waktu di perpustakaan daripada di kelas.Membaca buku novel atau buku pelajaran,tanpa ada gangguan.Emma beranjak untuk mengambil buku lainnya,dan ia menemukan seorang laki-laki sedang tidur di pojok ruangan.
Ia mendekati laki-laki itu lalu menyipitkan matanya.Ia lupa membawa kacamatanya yang ia lepas dan tinggalkan di meja tadi.
Di goyang-goyangkan tubuh laki-laki itu,tapi tak ada respon.
"Ini perpustakaan bukan kamar." ujar Emma sinis.Tapi laki-laki itu tetap tidak merespon."Hei!Dengar tidak sih?"
Alvin mengerang lalu membuka matanya.
"Kenapa sih?Berisik banget!"
"Ini tempat buat baca buku,bukan tidur." Emma melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kenapa sih lo sewot banget?Gue gak ganggu lo juga!"
"Tapi-"
"Udah ah!Gue mau lanjut tidur."
"Eh!Gak boleh!" Emma menarik tangan Alvin menyuruhnya untuk tidak tidur kembali.
"Lepasin!Lo kenapa sih?!"
"Jangan tidur di perpustakaan!"
"Gak ada peraturan yang gak memperbolehkan gue buat tidur disini kan?"
"Iya tapi tetep aja!"
"Aah!cerewet banget sih jadi cewek,iya-iya gue pindah ke UKS aja!"
Alvin beranjak dari tempatnya dan berjalan keluar dari perpustakaan.
Emma menggeleng-gelengkan kepalanya lalu berjalan menuju meja tempat ia membaca tadi untuk mengambil kacamatanya.
**
"Al,lo masih pacaran sama Putri?" Alvin mengangguk pelan sembari meminum es jeruknya.
"Tapi mana si Putri?"
"Mana gue tahu."
"Lah lo kan pacarnya." Frans menatap temannya bingung.
"Sejak kapan sih gue ada rasa sama dia?Gue cuma main-main,sama kaya mantan-mantan gue yang dulu.Gue gak pernah serius!"
"Gila lo!Gak mikirin perasaan cewek ya?"
"Ngapain dipikirin?Kaya gak ada kerjaaan lain aja."
Frans terkikik lalu memukul bahu temannya.
"Lo harus menghargai perasaan cewek Al.Bagaimanapun juga,mereka itu manusia,punya perasaan.Lo bayangin deh kalau anak cewek lo di perlakuiin dengan cara yang sama kaya lo perlakuiin cewek-cewek sekarang,rela lo?"
"Kaya gue bakal punya anak cewek aja." ujar Alvin tak peduli.Frans menyentil dahi temannya gemas.
"Batu banget sih jadi orang!"
"Udah tau batu ngapain masih ceramahin gue?!Denger ya Frans,gue gak percaya sama yang namanya cinta!Dan gue gak akan pernah jatuh cinta."
"Oh ya?Ok kalau begitu.Gue tantang lo." Frans menatap temannya serius.
"Apaan?Males ah gue main tantangan lo." Alvin masih fokua dengan es jeruknya.
"Hmm,bilang aja lo takut!"
"Gak lah!Ayo sebutin tantangan lo."
"Lo harus jadian sama Emma,selama 2 bulan.Kalau lo jatuh cinta sama dia,lo harus neraktir gue makan siang selama 2 bulan penuh,tapi kalau lo gak jatuh cinta sama dia,gue yang bakal neraktir lo!Gimana?"
"Ah!Hadiahnya gak menarik!Gak gak!Apaan tuh!"
"Ok fine gue bakal beliin lo hoverboard."
Alvin tersenyum lalu mengangguk, "Deal!"
"Tapi,lo yang harus nembak dia!"
"APA?!"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
The First That Fall
Ficção Adolescente"Gue tanya untuk yang kesekian kalinya,lo mau jadi pacar gue?" "Aku mau."