Empat

36 3 0
                                    

Emma menghela nafas lalu menutup bukunya.

"Bisakah kamu berhenti menatapku?Risih!" Ujar Emma menutup kedua mata Alvin yang sedang menatapnya sambil tersenyum dengan telapak tangannua.

"Wajah lo cantik.Suka gue liatnya." Alvin melepas tangan Emma dari matanya lalu menciumnya.Ditariknya tangannya lalu mengelap bekas ciuman Alvin di bajunya.

"Wajahku ini bukan hal untuk di pertontonkan." Emma menggelengkan kepalanya lalu menjitak kepala Alvin.Ia gemas lelaki ini tak henti-hentinya menatapnya.Tak taukah ia,bahwa Emma sedang mati-matian mengontrol detak jantungnya?

"Eh Em,lo lebih cantik kalau di urai loh." Alvin melepas ikat rambut Emma lalu tersenyum."Tuhkan cantik,manis lagi bisa diabetes deh gue liatin lo."

"Apaan sih!Basi tau gak!Siniin ikat rambutku.Gerah tau!"

"Mana yang gerah?Leher?" Ditiupnya leher Emma oleh Alvin membuatnya kegelian.

"Vin!Apaan sih,udah ah gak lucu tahu!Aku mau pulang aja!"

Alvin terkekeh lalu mengelus rambut Emma.

"Gue betah disini,gak usah pulang,asal bisa ngeliatin lo yang serius baca buku."

Emma berteriak kencang dalam hati.

Apa yang sebenarnya laki-laki ini rencanakan?!!!

**

~Emma's pov~

Kuperhatikan wajahku di kaca lalu mengelus rambutku.

Seumur hidup yang pernah bilang aku aku cantik,cuma papa sama mama.Aku gak pernah mengharapkan ada seseorang yang datang ke kehidupanku untuk saat ini.Lagipula,papa tak mengijinkanku untuk dekat dengan laki-laki dulu.Ia terlalu over-protective denganku.Tak boleh ini itu ini itu.

Tapi kenapa Alvin tiba-tiba mendekatiku.Yang kutahu tipe Alvin bukanlah seperti ku.Dilihat dari semua cewek yang pernah ia dekati -sorry ralat- yang pernah mendekati dia dan berhasil jadi pacarnya,itu cewek yang levelnya jauh lebih tinggi dariku.

Jauh diatasku.

Jauh banget sampai aku gak akan bisa nggapai level itu.

Ini semua terlalu aneh untuk di pikirkan.Aku menatap buku berwarna biru tua di atas meja belajarku.

Itu adalah hadiah natal tahun lalu dari papa.Buku diari.Awalnya aku menganggap remeh,lagipula untuk apa menulis buku diary,aku ini sudah SMA.Dan semenjak itu aku belum membukanya ataupun menyentuhnya sama sekali.

Kuambil buku itu lalu membukanya,isinya sama seperti kebanyakan buku yang lain.

Tak ada salahnya untuk menulis buku diari kan?

Kuambil pulpen di tasku lalu mulai menulis.

Rabu,27 Januari 2016

Hmm,ini pertama kalinya aku menulis buku diari.Apa yang harus kutulis?Aku tak pernah tertarik untuk menulis,lebih tertarik untuk membaca sebenarnya.

Oh ya,ini hari yang cukup menyebalkan karena harus bolos sekolah.Ini semua karena Alvin!Coba saja aku memilih ikut papa tadi pagi,aku tak akan telat dan bolos.Tapi ada baiknya juga aku telat

Aku melotot lalu mencoret kalimat terakhir.

Okay,ini hari yang cukup menyebalkan karena harus bolos sekolah.Ini semua karena Alvin!Coba saja aku memilih ikut papa tadi pagi,aku tak akan telat dan bolos.

Kututup buku itu lalu menghempaskan tubuhku ke atas kasur.Aku memang tak pantas menulis buku diari!

**

Aku berhasil sampai sekolah dengan selamat dan akhirnya kepagian.Sekolah masih sangat sepi,hanya aku murid yang datang pertama di kelasku.

"Hi Em!!"

Alvin tersenyum lalu menghampiri mejaku.

"Apa lagi sih?"

"Ikut gue yuk." Ujarnya mengamit tanganku.

"Apaan sih,aku mau belajar."

"Haduh,belajar nya ntaran aja,juga bel belum bunyi!Ayo!!"

Ditariknya tanganku membuatku ikut berlari dengannya.

"Sakit Al!"

Kami berhenti di kantin,keadaan kantin sangat ramai.Ini ada apa sih?Lagi ada traktiran?Atau penjual kantin lagi diskonin makanannya?

"Apaan sih Al?Udah ah aku mau balik!"

"Tunggu bentar,bentar aja."

Dia naik keatas meja lalu memegang bunga mawar merah setangkai.

"Emma." Dia tersenyum"Lo mau jadi pacar gue?"

Aku menaikan alisku kebingungan lalu menggeleng,

"Gak."

Semua siswa siswi yang menonton tertawa keras,sedangkan lelaki dihadapanku melotot tak percaya.

Aku hendak pergi,tapi Alvin mengamit tanganku cepat.

"Lo bercanda kan?"

Aku menghempaskan tangannya dengan kesal.

"Dengar ya,aku tidak mau menjadi pacarmu.Apakah itu sudah jelas?"

Aku berlari melewati kerumunan menuju toilet.Apa saja yang barusan terjadi?!

**

Byur

"Heh lo!Jadi orang jangan ngesok deh!Sok-sokan nolak Alvin.Ngaca dong!"

Tubuhku basah kuyup tak mengerti apa yang terjadi yang kutahu ada seorang gadis dan 2 orang temannya menyiramiku setelah aku keluar dari toilet.

"Apa maksudmu?"

"Ya lo ngaca dong!Alvin lo tolak?Secantik apa lo sampe berani-beraninya nolak Alvin?Sok jual harga diri?!" Di tunjuknya dahiku lalu mendorongnya dengan keras.

Pasti meninggalkan bekas merah.

"Kalau kamu mau pacaran sama dia.Silahkan,aku gak melarang.Permisi."

Aku belari melewati mereka dengan kencang.Sial banget sih!Kukira hari ini akan damai dan tentram.Apa sih yang di pikirkan cowok itu?

Brak

"Ah maaf."

"Emma?" Alvin menatap tubuhku dari atas kebawah. "Lo mandi di sekolah?" Dipegangnya kedua lenganku.

"Aduh apaan sih." Aku melepaskan pegangannya lalu berniat untuk kembali ke kelas dan mengambil tas.Aku harus pulang.

"Eeeh!Mau kemana?belom juga pertanyaan gue di jawab."

"Alvin,please aku mau pulang."

"Gue anter."

"Gak."

"Anter."

"Gak."

"Iya gak?"

"Gak."

"Gak iya?"

"Gak."

"Iya ya?"

"Ya eh."

Alvin terkikik lalu melepas jaketnya dan memakaikannya di seluruh tubuhku.

"Makanya jadi orang jangan ceroboh.Lo jatuh ke kolam ikan ya?karena kesenengan gue tembak?" Ia terkikik.

Aku menyikut kecil perutnya.

"Dasar geer!"

*****

The First That FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang