3. Piringan Silver Kenangan

35 4 0
                                    

Keeseokan harinya Allan mampir ke kampus Aqilla untuk mengajaknya makan siang sekaligus menjemput Anshel dan Bunga ke sekolah. Saat ia masuk ke ruang kerja Aqilla, ternyata wanita itu sedang serius menatap laptop. Allan pun bermaksud mengejutkannya dengan mengendap-endap masuk dan berdiri di belakangnya.

Ternyata Aqilla sedang menonton video pemberian Susan. Video itu berisi perjalanan cinta Aqilla dan mantan suaminya dulu. Suaminya diam-diam selalu mengabadikan setiap moment indah mereka. Ia selalu meletakkan handycamnya dalam ransel dengan posisi menyala dan selerekan agak sedikit terbuka agar Aqilla tidak curiga.

Video itu diawali dengan ungkapan-ungkapan cinta darinya. Lalu memperlihatkan awal perkenalan mereka yang sedikit lucu...

Sinar mentari menyilaukan mata Aqilla ketika Susan menyibak tirai kamar mereka. Rombongan mahasiswa dari Indonesia tiba di asrama saat tengah malam. Begitu pagi datang, mereka harus segera mengikuti jam pelajaran di kampus.

Setelah mandi, berpakaian rapi, dan memoleskan bedak tipis-tipis ke wajahnya, Aqilla berangkat ke kampus. Ternyata kampus barunya sangat megah dan membuat siapa pun betah berlama-lama disana. Tanpa ia sadari ia bergumam, "Andai dia juga ada disini..."

Aqilla tersadar dari lamunannya. Maka ia segera memukuli kepalanya sendiri hingga ada yang mencekal tangannya. "Hei! Tidak baik menyakiti diri sendiri!" Aqilla terperangah ketika menyadari siapa itu. Seorang cowok bertubuh tegap dengan rambut gold dan bakal janggut yang tercukur rapi tengah menatapnya marah dengan mata emeraldnya yang bak hutan tak berujung.

"Ha... have you spoken Indonesian just now?"tanya Aqilla yang masih terkejut.

"Iya, memang kenapa? Kau salah satu dari rombongan Indonesia itu kan?" baru Aqilla akan menjawab iya, cowok itu sudah menyelanya lagi, "O,iyaya kelihatan jelas dari wajah orientalmu." Ish, ini cowok songong amat.

"O,iya aku Logan . Kau?"ujar cowok itu kemudian sambil mengulurkan tangannya.

"Aqilla."jawab Aqilla tanpa mau membalas uluran tangan Logan.

"Lengkapnya?"

"Lengkapnya Annisa Rifqi Labibah. Bagaimana dengan nama belakangmu? Tidak mungkin hanya itu kan?"

"Memang tidak hanya itu. Tapi nama belakangku adalah rahasia."

"Curang."kali ini Aqilla mulai berani menyuarakan isi hatinya. "Apa kau bilang?" Aqilla tak menggubrisnya dan meninggalkannya pergi.

Aqilla memejamkan matanya, ia ingat betul bagaimana gencarnya Logan mendekatinya dan keantusiasan orang-orang di sekitar mereka atas kedekatan mereka...

Akhirnya saat pulang tiba. Aqilla merasa sangat kelelahan karena ia hanya tidur tiga jam tadi malam. Ia pun tak membuang-buang waktu untuk segera membereskan buku-buku dan laptopnya. Namun saat ia akan keluar ruangan...

"Hai, Aqilla."seseorang menyapanya. Siapa lagi kalau bukan..."Logan? Ngapain kamu disini?"balas Aqilla sinis. Entah mengapa suara cowok itu langsung tersimpan otomatis dalam memorinya. Padahal mereka baru bertemu sekali.

"Aku ingin pulang bersamamu."jawab cowok itu dengan santai.

Belum sempat Aqilla mengusirnya, "Aku juga tinggal di asrama kampus. Aku yakin kau belum akrab dengan siapa pun disini dan kau akan pulang sendirian. Jadi, aku ingin menemanimu."

"Terserah. Asal kamu jangan berisik."jawab Aqilla sekenanya sambil berjalan mendahuluinya. Aqilla meliriknya dan ia hanya tersenyum.

Aqilla tak menyangka. Ternyata cowok itu benar-benar mengikutinya. Mereka berjalan dalam diam. Sepertinya Logan merasa tak nyaman. Dan... "Eh, berapa nilai ujian masukmu? Hebat bisa masuk ke kampus ini."

Cawan Sang CendekiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang