Hehehe balik lagi sama gue hehehehehe
Selamat membaca!!
============================================================
((VeNal))
~0~
Seperti hari-hari sebelumnya, selepas kuliah gue menyempatkan mampir di kedai burjo milik Pak Sutarji atau yang biasa dipanggil Pak Ji. Berjalan kaki dari kampus ke kedai Pak Ji ternyata cukup menguras tenaga. Apalagi matahari di jam 1 ini cukup terik. Sebenarnya jika ditempuh dengan motor, jaraknya tidak jauh-jauh banget. Bahkan bisa dibilang dekat. Tapi karena gue berjalan kaki, jadi ya terasa jauh. Hahaha.
Bisa saja, sih, gue naik motor. Tapi motor siapa? Gue mahasiswa perantauan di sini. Atau naik ojek? Sayang lah uangnya. Gue bukan mahasiswa yang setiap bulan mendapat transferan berjuta-juta dari orang tua. Jadi daripada uangnya untuk naik ojek, lebih baik gue simpan buat beli burjonya Pak Ji yang terkenal murah tapi enak ini.
"Pak Ji, satu, ya? Sama esnya sekalian," ujar gue begitu sampai di kedai Pak Ji.
Sambil menunggu pesanan, gue memandang sekeliling. Mengamati orang-orang yang berada di sekitar kedai Pak Ji dari bawah pohon sawo yang daunnya lumayan rindang. Hitung-hitung ngadem.
Ketika kepala gue menengok ke kanan, saat itu lah mata gue terpaku pada sesosok... entahlah dia manusia atau bukan. Eits, sosoknya tidak seperti yang kalian bayangkan, kok. Sosoknya begitu bersinar di antara beberapa orang yang berada di sini, seperti sesosok bidadari. Dia terlihat menyuapkan sesendok burjo terakhirnya. Anggun sekali...
"Mas!" panggil seseorang bersamaan dengan tepukan di bahu kiri gue. Gue sedikit terperanjat.
"Ya ampun, Pak Ji... Ngagetin aja."
"Ini, lho, burjonya udah siap. Abisnya Mas Deva ngelamun gitu. Lihatin apa, sih?" kata Pak Ji sambil melihat pada objek mata gue tadi.
"Wong ndak ada apa-apa kok ya liat ke sana terus," lanjutnya dengan logat Jawa yang sangat kental.
Gue menoleh pada tempat di mana bidadari tadi duduk. Benar. Dia sudah tidak ada.
Tapi ada sesuatu yang mengusik penglihatan gue saat melihat bangku tempatnya duduk. Segera gue hampiri bangku itu tanpa memedulikan Pak Ji yang bertanya-tanya.
"Lho! Dompetnya cewek tadi, bukan?" gumam gue.
Gue mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru, mencoba mencari sosoknya. Dan ternyata bidadari berbaju garis-garis biru muda dan putih itu terlihat berjalan tergesa menuju gedung perkantoran yang bersebelahan dengan tempat ini. Dengan langkah cepat, gue segera mengejarnya.
"Hei!" panggil gue masih di belakangnya yang berjalan cepat.
"Hei! Lu!" Dua kali.
"Heh!" Tiga kali.
"OI!" Percobaan keempat gue membuatnya menoleh. Dia woti kali, ya? Hahaha.
"Lu manggil gue?" tanya si bidadari dengan alis sedikit terangkat.
"Iya. Gue cuma mau ngasih dompet lu yang ketinggalan di bangku deket pohon sawo sana. Ini dompet lu, kan?"
Gue sodorkan dompetnya. Matanya yang bulat makin membulat melihat benda di tangan kanan gue. Membuat gue benar-benar tidak bisa memalingkan mata darinya barang sekejap.
"I-iya. Itu punya gue. Duh, makasih banget, ya?" ujarnya terburu-buru hendak meninggalkan gue.
"Dicek dulu isinya. Takut ada yang hilang," saran gue.
YOU ARE READING
Kumpulan Wansut
FanfictionIni kumpulan OS, hailaaaa... Wkwkwkw Btw, itu cover-nya menggambarkan saya yang berkarakter 'back to nature' (?), jadi gakusah protes jikalau tidakenak dipandang. Karena saya suka yang natural. Bwehehehehe