3. Problem

350 25 4
                                    


Dava POV

Akhirnya aku sampai juga di Indonesia, dimana aku menghabiskan masa kecilku dengan keluargaku di negeri tercinta ini.
Ya Selesainya aku menempuh pendidikan di UI dengan beasiswa penuh sampai S2 dengan predikat cumlaude di jurusan agribisnis.
Akupun langsung pindah ke German untuk mencari pekerjaan dan pengalaman akhirnya akupun diterima di perusahan terbesar di German dengan jabatan yang lumayan tinggi dengan usahaku sendiri tanpa bantuan orangtuaku. Awalnya keluargaku tidak setuju atas keberangkatanku ke German namun aku memberi pengertian kepada mereka apa tujuanku untuk pergi ke German. Tujuanku adalah untuk hidup mandiri dan menambah pengalamanku, dan pada akhirnya mereka menyetujuinya.

Kenapa aku kembali ke Indonesia karena papa menyuruhku untuk melanjutkan perusahaanya dalam bidang perkebunan.
Yahh papaku adalah pemelik perkebunan kelapa sawit terbesar di Asia sekaligus memiliki perusahaan penghasil minyak kelapa sawit terbesar di Asia. Karena permintaan dari kedua orangtuaku itu aku tidak bisa menolak apalagi jika mama sudah meminta sambil mengancam.

Karena aku anak pertama dan bidangku sama dalam bisnis papa jadilah aku yang melanjutkanya karena tidak mungkin Davi yang bidangnya adalah kedokteran untuk melanjutkan perusahaan.

Sesampainya di Bandara Soekarno Hatta aku sudah dijemput oleh Davi dan juga Lina. Tapi yang membuat aku kaget ternyata ada gadis cantik dan manis yang juga ikut menjemputku yaitu Ciya gadis yang selalu aku jaga dari 3 tahun yang lalu. Walaupun aku berada di German tapi aku selalu menjaga dan melihat perkembangannya dari orang suruhanku yang sengaja aku sewa untuk menjaga Ciya. Tapi aku juga meminta Davi dan juga Lina untuk menjaganya sampai aku kembali dari German.

Astaga apa-apaan gadisku ini apa dia ingin menggoda semua pria dengan bajunya, walaupun masih terlihat sopan.
Tapi kemeja yang dia gunakan itu tembus pandang dan memperlihatkan aset berharganya, astaga apa dia tidak sadar dengan bajunya itu lihat saja dari tadi banyak sekali pria yang melihatnya seperti melihat santapan lezat.
Rasanya ingin sekali aku mencolok mata mereka dan membawa gadisku kerumah dan mengurungnya supaya tidak ada orang yg bisa memandanginya. astaga apa yang telah ku pikirkan.

"Hai Dava apa kabar" tiba-tiba ada yang memelukku, siapa lagi kalo bukan Lina.

"Baik!" aku hanya menjawabnya dengan singkat karena aku tidak suka banyak bicara.

"Ishh nyebelin amat si lu Va jawabnya singkat gitu." aku hanya diam dan tak menjawab kekesalan Lina.
Aku hanya Fokus pada Ciya yang mematung dalam jarak 10 meter.

"Hai brother apa kabar?" ternyata Davi sudah ada dihadapanku dan memelukku ala saudara.

"Gue baik vi, bagaimana kabar mama dan papa?" ucapku sambil memeluk Davi balik.

"Mereka baik dan kangen banget sama lo."

"Ciyaaa... Sini." Lina berteriak cukup keras untuk memanggil Ciya yang sedang bengong, sepertinya dia kaget saat melihatku.

"Eehh iy...iya.." Ciya menjawab dengan gugup dan dia berjalan menghampiriku sambil menunduk. Aku terus melihatnya dengan intens, Akhh... Jika aku sudah berhadapan denganya bisa-bisa aku lepas kendali karenanya.

"Ciya, jangan nunduk dong! Lo nggak mau ngasih say hallo sama Dava?" saat dia memberanikan diri untuk melihatku, dia hanya menatapku dengan muka yang sangat menggemaskan.

"Yeah malah bengong, Ciyaa..!"

"Ihh apa sih Lin udah tau gue lagi terpesona? Eh..eehh maksud gue lagi laper, hehe.." saat dia mengucapkan kata itu dan bersikap salting seperti ini. Rasanya ingin sekali aku menciumnya karena dia terlihat sangat menggemaskan.

"Hahahaha....." Davi dan Lina tertawa terbahak-bahak karena ucapan Ciya barusan.

Tapi aku hanya menatapnya terus, Sepertinya dia menyadari akan tatapanku yang melihatnya dengan intens. Lalu aku mengambil Jaket yang digantung di koperku untuk menutup tubuhnya yang terpampang itu karena aku tidak mau orang lain melihatnya hanya aku yang boleh melihatnya.

Test 1 2 3 LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang