9. Kelulusan

161 8 5
                                    

Hallo....

Aku come back lagi,
Setelah aku bertapa di gunung salak selama 5 abad sambil ngemilin kacang kulit akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan novel ini walau updatenya agak lama dan berfikir ratusan kali, tapi aku merasa harus menyelesaikan apa yang telah aku perbuat jadi aku bakal lanjutin yeahhh....

Jangan lupa vote and comentnya yah 😉

__________

Ciya pov

Akhirnya dan saatnya, setelah aku menempuh pendidikan selama 4 tahun yang penuh dengan perjuangan mengejar dosen sampe ke ujung dunia sekalipun, aku Ciya Tunggal Dewi telah resmi dinyatakan lulus dan mendapatkan gelar S.A.

Sumpah hari ini aku seneng banget, dan begitu juga dengan Lina yang dari tadi nangis bahagia dan melukin aku terus karena kata dia nggak mau pisah dari aku, sumpah nih anak kaya apa tau anehnya. Tapi aku bakal kangen banget sama Lina dan sejujurnya dalam hati, aku berharap satu kantor juga sama dia kalo kita kerja nanti.

Setelah selesai melakukan ritual acara wisuda kampus kami keluar gedung kampus karena banyak keluarga yang sudah menunggu kita.

"Ciyaaaa....., sumpah gue gak mau pisah dari lo Ciy, hiks..." Kata Lina yang memeluk aku dengan erat sambil nangis.

"Duh... Lin udah kali nangisnya malu tau, makeup lo luntur tuh," kataku yang sudah mulai risih digelendotin ama bayi ini.

"Ihh.... lo jahat banget deh sumpah gue sedih tau Ciy," kata Lina dengan suara seraknya sambil membersihkan ingusnya.

"Hahaha.... sumpah muka lo lucu banget Lin, adaww..." tiba-tiba Lina mukul aku.

"Lo tuh yah orang lagi sedih juga," kata Lina dengan muka yang terlihat marah, akhirnya aku mengeluarkan air mata yang sedari tadi aku tahan.

"Hiks... hiks...,"

"Loh kok lo yang gantian nangis Ciy?" Tanya Lina yang terlihat bingung karena perubahanku yang drastis.

"Sejujurnya gue sedih juga Lin, cuma gue tahan dari tadi, gue malah pengen satu tempat kerja sama lo," ucapku yang sambil memeluk erat Lina.
Dan kami berduapun menangis dengan kenacang sampai tidak memperdulikan sekitar.

"Ekhem...." suara deheman seseorang menyadarkanku dan Lina untuk berhenti. Dan suara deheman itu dari keluarga kami berdua.

"Udah kali nangisnya," kata kak Risa yang udah sambil meluk aku.

"Selamat yah Dek." Ucap kak Risa sambil bergantian memeluk aku dan Lina.

"Selamat yah sayang." Kata mama aku dan mama Lina yang memberikan kami berdua selamat.

"Selamat yah sayang" kata Davi yang memeluk Lina sambil mencium keningnya sayang.

Setelah sesi foto dengan masing-masing keluarga selesai.
Aku, Lina dan Davi langsung menuju cafe yang khusus untuk merayakan kelulusan kami berdua.

Saat aku sedang asik mengobrol dengan Davi dan Lina tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku.

"Hai, Ciya?" Panggilnya dengan suara yang terdengar parau. Aku tahu suara siapa itu, aku tidak berani melihat ke arahnya. seluruh syaraf-syaraf ditubuhku terasa membeku.

Semenjak aku memutuskan hal itu dimana aku menghilang dan menghindarinya agar aku tidak merasakan sakit saat kenyataan bahwa dia sudah mempunyai kekasih. Yah walaupun aku tidak memastikannya secara langsung siapa wanita cantik yang bersamanya di restoran itu. Tapi mataku dapat melihat secara jelas bagaimana saat Dava memeluk wanita itu begitu erat didalam ruangannya, yang pada hari itu aku sudah memutuskan untuk tetap mencintainya. Setelah kejadian itu aku menghilang untuk menenangkan diriku sampai kelulusan ini aku baru menampakan diri dihadapan Lina dan Davi.

Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk melihatnya yang sudah berdiri disampingku. Dia tersenyum padaku. Dia menatatapku dengan mata sendunya, mata yang penuh dengan kerinduan yang mendalam.

Tanpa kusadari dia langsung memeluk tubuhku begitu erat, sangat erat sampai aku tidak bisa bergerak sedikitpun, dia menyurukan kepalanya ke ceruk leherku sambil menghirup aroma tubuhku.

"Lepaskan aku, Dav" lirihku dengan suara bergetar. Tapi dia masih saja terus memelukku dengan erat entah dia menulikan telinganya.

"I miss you," dia berbisik ditelingaku, yang membuat pertahananku akan goyah karena ucapanya.
Akupun mendorong tubuhnya dengan kencang, sehingga dia melepaskan dirinya dariku.

"Ngapain kamu kesini?" Kataku dengan keras, berusaha menahan isak tangisku.

"Kamu yang udah ngasih tau dia Davi?" Kataku menatap tajam Davi.

"Maaf Ciy," katanya pelan.

"Oh god, kenapa harus ngundang dia sih!" Kataku yang sudah tersulut emosi.

"Lo tenangin diri dulu Ciy, kita disini mau ngelurusin apa yang lo liat waktu itu," dan setelah Lina mengucapkan hal itu, datanglah seorang wanita yang waktu itu bersama Dava dikantornya. Dia memakai long dress yang sangat pas ditubuhnya.

"Hai, Dav maaf yah aku telat, soalnya tadi macet," saat wanita itu sampai didepan Dava dia langsung mencium pipi Dava secara kilat, dan semua orang yang berada disitu langsung kaget atas tindakannya terutama aku yang langsung menatap sinis Dava. Penjelasan oh aku mengerti arti penjelasan yang dimaksud, inget Ciy ini bukan urusan kamu lagi dan kamu bukan siapa-siapanya. Tapi kenapa rasanya sakit kenapa aku gak bisa lupain dia.

"Aku pamit." Kataku yang kemudian berdiri dan berlalu dihadapan mereka begitu saja tanpa mau melihat lagi.
Kenapa dia menampakan diri lagi dihadapanku? apa dia mau pamer atas hubungannya? Apa dia belum puas atas penantianku yang sangat menyakitkan ini.
Kau bodoh Ciya bisa mencintai orang yang bahkan tidak bisa membalasnya.



________

Gimana partnya, serukah?

Jangam lupa tinggalkan vote dan comentnya yah guys 😉


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Test 1 2 3 LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang