HAPPY READING AND SORRY FOR TYPOSS
0000
Grace selalu bertanya pada Tuhan di saat matanya akan terlelap di malam hari. Sambil bergelung dibalik selimut, menatap langit-langit kamarnya.
Apa ini hukuman untuknya?
Apa ini akibat dari apa yang telah ia lakukan dulu?
Jika iya, Grace akan menerima semuanya dengan ikhlas. Karna memang sepatutnya seperti itu.
Tetapi sampai kapan ya Tuhan? Sampai kapan hukuman ini diberikan padanya? Belum cukupkah kedua orangtuanya yang ia sayangi diambil?.
Pertanyaan itu terus terulang hingga akhirnya Grace terlelap. Kemudian bangun, melanjutkan hari seperti biasa, dan saat malam datang pertanyaan itu kembali datang. Terus terulang.
Dan kini, daftar pertanyaannya kepada Tuhan bertambah satu.
Apa kehadiran orang ini juga tambahan hukuman untuknya? Hukuman agar hidupnya tak pernah tenang?
"Lo gak jadi masuk?"
Kevin membuka pintu masuk apartement lebar-lebar, dengan pandangan yang mengamati Grace dari atas ke bawah.
Grace hanya diam dan masuk kedalam gedung, menyapa Pak Amir yang selalu seperti biasa, menonton tv. Berjalan menuju lift, diikuti Kevin.
"Apa?" Kevin bertanya karna Grace kini menatapnya bingung.
"Lo bukan nya tadi mau keluar?" Seingat nya tadi Kevin membuka pintu gedung saat ia hendak masuk, itu artinya dia mau pergi kan?
Kevin tak menjawab Grace dan menekan tombol lift santai.
"Jadi,, lo kemana beberapa hari ini?" Kevin bertanya tanpa menatap Grace.
Grace mendengus.
"Bukan urusan lo."
Bila pertanyaannya diacuhkan, untuk apa menjawab pertanyaan Kevin?
Kevin menatap Grace tak percaya. Baru saja ia hendak memutar badan menghadap Grace, ketika pintu lift terbuka dan Grace meninggalkan nya. Begitu saja. Tanpa menoleh padanya sedikitpun.
Dengan santai Grace mengambil kunci apartemennya dari dalam tas dan langsung membuka pintu. Setelah masuk dan hendak menutup pintu, sebuah tangan menahan pintunya agar tetap terbuka.
"Lo belum jawab pertanyaan gue."
Grace menatap pria di depannya letih. Membuat Kevin mau tak mau melepaskan tangganya dari pintu.
"Gue capek. Jangan ganggu gue.. Dan gue rasa, lo gak perlu tahu gue kemana. Lo bukan siapa-siapa gue."
***
Grace menyesali, sungguh. Setelah ia mengatakan itu, Kevin menatapnya dengan pandangan seperti orang yang tersakiti dan langsung pergi menuju apartemennya sendiri. Bahkan Kevin menutup pintunya keras. Membuat Grace langsung tersadar dengan apa yang telah dikatakannya.
Grace membenamkan kepalanya ke bantal. Merasa bersalah.
MERASA SANGAT BERSALAH.
Grace memukul kepalanya. Padahal mungkin saja Kevin benar-benar khawatir dengannya. Apalagi ia memang pergi tanpa mengatakan apa-apa.
Grace menggigit bibir bawahnya. Ia memang tak pernah berbicara dengan Kevin lagi sejak Kevin selesai membedah apartement nya.
Tiba-tiba Grace teringat dengan yang June katakan. Bahwa Kevin mungkin menyukai Grace.
Apa yang harus ia lakukan?.
Ah, besok ia harus meminta maaf pada Kevin. Bagaimana pun, Kevin sudah berbaik hati merenovasi apartement nya tanpa bayaran dan mengkhawatirkan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Job Pregnant
Tiểu Thuyết ChungGrace bosan hidupnya yang selama 2 tahun ini tak ada perubahan. Hidup di apartement kecil peninggalan orang tuanya dan kerja banting tulang untuk membiayai hidupnya sendiri. Grace kehilangan kuliahnya dan teman-temannya. Ia ingin perubahan dalam hid...