JP 22 : D

23.7K 1.2K 41
                                    

HAPPY READING AND SORRY FOR TYPOSS

000

Berbohong itu menyusahkan. Bila seseorang sudah berbohong sekali saja, maka ia akan kembali berbohong untuk menutupi kebohongan pertamanya. Itu terus berulang hingga kebohongan pertama terbongkar.

Taman belakang rumah sakit terlihat sepi disiang hari. Biasanya memang saat sore para pasien rawat inap yang ingin menghirup udara segar dibawa ke teman ini. Menatap hamparan tanaman bunga yang berbagai macam akan membuat keadaan sedikit membaik. Duduk di bangku taman yang berada di antara bunga-bunga bermekaran.

Diantara bangku taman, Grace duduk di salah satu bangku yang berada di tepi taman. Ia tak terkena matahari karna bayangan bangunan rumah sakit disampingnya, membuatnya tak kepanasan. Namun anehnya, meski ia tak terkana cahaya matahari, hatinya tak tenang. Grace bisa merasakan keringat mengalir ditengkuknya.

"kamu mau ngomong apa?" Grace memulai pembicaraan dengan orang disampingnya yang hanya menatap rumput.

Grace menghembuskan nafas pelan. Sudah hampir tiga tahun ia tak melihat orang ini. Sudah tiga tahun ia tak melihat senyum yang selalu hadir di bibir pria ini.

Sudah tiga tahun berlalu ya?. Grace membatin miris.

"apa kabar kamu Grace?" pria itu bersuara dengan tatapan mata yang tak teralih dari rumput.

Grace tersenyum melihat tingkah Arta meski yang dilihat tak menyadari mendapat senyuman.

"Kamu nanya aku apa nanya rumput?"

Arta menatap wajah Grace dan beralih menatap perut Grace yang membesar.

"aku, aku gak terbiasa ngelihat perut kamu." Jawabnya seraya kembali menatap rumput hijau di bawah kakinya.

"kenapa? Bukannya Amanda juga lagi hamil ya? Berapa usia kandungannya sekarang? 8? 7?"

"8." Jawab Arta cepat.

Mendengar jawaban Arta, tatapan mata Grace segera beralih menatap bunga di depan mereka.

"selamat ya. Laki-laki apa perempuan?"

Arta menatap Grace yang kini tak lagi menatapnya. Ia menatap wanita yang dicarinya selama tiga tahun terakhir. Menatap wanita yang kini tak bisa lagi ia peluk seperti dulu.

"apa kabar kamu Grace?" bukannya menjawab pertanyaan Grace, Arta kembali mengajukan pertanyaan pertamanya.

"kamu kemana aja selama ini? Kamu gak tahu selama ini aku mencari kamu kemana-mana? Kamu gak tahu seberapa bingungnya aku nyari kamu yang menghilang tanpa satu pun petunjuk? Kamu pergi begitu aja tanpa pamit ke aku Grace. Kamu pergi sampai aku, aku, aku gak tahu harus gimana lagi." Arta menatap Grace putus asa.

"kamu yang ngebuang kami Grace. Bukan kami yang gak ada saat kamu butuh. Tapi kamu yang kabur dengan semua masalah kamu, tanpa membiarkan kami untuk membantu. Aku membiarkan kamu sendiri saat itu kamu yang sedang ingin sendiri. Tapi kenapa kamu malah menghilang? Kenapa kamu gak lari ke aku? Atau ke Manda? Kenapa Grace?"

***

Amanda menatap selidik pria yang duduk didepannya. Mereka berdua kini duduk di kantin rumah sakit sambil menunggu Arta yang tengah berbicara empat mata dengan Grace.

"kamu bener suaminya Grace?" tanya Amanda untuk kesekian kallinya, namun tetap tak mendapat balasan dari Kevin.

"heran deh, tinggal jawab iya aja susah!" gerutu Amanda dan mulai meminum air mineral yang barusan ia beli.

"kamu gak mau tahu kami ini siapanya Grace? Atau ada hubungan apa antara Grace dengan pria yang sekarang lagi bicara sama dia? Sama Arta?" tanya Amanda meyakinkan sekali lagi.

Job PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang