Behind the Secret

54 7 1
                                    

Beberapa hari terakhir ini Lala kehilangan dua sahabatnya, Kiki dan Tata. Sahabat yang selalu ada untuknya dan tidak pernah meninggalkannya. Namun berbeda dengan saat ini. Mereka tidak lagi ada bahkan tidak lagi terlihat. Kemana mereka?

"Kenapa, La?" Tanya Arsya, teman satu band ekstarakulikuler di sekolahnya.

"I'm fine" Jawab Lala.

"Jangan bohong, La" Bujuk Arsya

"Aku galau, Haha" Jawab Lala lalu tertawa garing. Arsya hanya mengernyitkan dahinya.

"Kurang obat kayaknya" Arsya bangkit dari duduknya dan berjalan menuju sofa yang terletak tidak jauh dari tempat Lala.

"Btw, Kiki temen lo kan?" Tanya Lala pada Arsya namun tanpa mengalihkan pandangannya semula.

"Ya begitu. Kenapa?" Jawab dan tanya Arsya yang masih berkutat dengan ponsel di tangannya.

"Lo tau dong tentang dia" Tuduh Lala Arsya hanya mengangkat kedua bahunya.

"Dia lagi suka sama siapa sih?" Lala mulai tertarik dengan obrolan kali ini.

"Dia kan pacarnya Tata ya suka sama Tata lah. Lucu ya kamu" Ucap Arsya. Mulut Lala membulat membentuk huruf O. Lala sungguh tidak percaya. Teman yang selama ini ia percayai ternyata menusuknya dari belakang. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Permisi" Ucap seseorang memasuki ruang musik.

"Masukk" Teriak Arsya dari dalam. Seseorang itupun membuka pintu perlahan dan melangkahkan kakinya ke dalam.

"Wah lo yan. Lo daftar ekskul band? Wah asyik lah kalo kayak gini" Arsya menunjukkan kegembiraannya. Berbeda dengan Lala yang masih diam memikirkan perkataan Arsya bahwa Kiki adalah pacarnya Tata sahabatnya.

"Kenapa dia?" Tanya Yayan menolehkan wajahnya ke Lala.

"Mana gue tau" Arsya menaikkan kedua bahunya lagi.

"La woi" Teriak Yayan. Lala dan Yayan memang sudah kenal karena mereka pernah satu kelas sewaktu SMP jadi ya bisa dibilang mereka teman karib.

"Berisik bego. Bisa bisa gendang telinga gue pecah" Marah Lala menoyor kepala Yayan.

"Ayo latihan. Mau disitu terus sampe berkarat?" Remeh Yayan dan Lala berjalan menuju depan microfone. Ia memang seorang vokalis di band tersebut.

-------

"Ta parah ya lo" Frontal Lala menghampiri Tata yang sedang berada di kelas.

"Apa, La?" Tata menjawabnya dengan tenang.

"Masih bisa santai lo? Lo temen atau musuh sih? Lo jadian sama Kiki kan? Lo gak tau temen atau pura-pura gak peduli sama temen? Lo juga tau kan gue ada rasa sama Kiki? Please" Lala mengeluarkan segala uneg-uneg yang telah ia pendam.

"La, bukan gitu yang sebenarnya. Serius La. La dengerin gue" Tata mencoba menjelaskan namun Lala tidak menggubrisnya.

"Bodo amat" Lala membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan Tata. Namun, tangannya ditahan oleh Tata.

"Lepasin" Berontak Lala kasar membuang tangan Tata. Lala terlanjur kecewa dengan sahabatnya. Sahabat yang ia percayai ternyata tidak sebaik yang ia kira. Ia telah dihianati dengan mengambil seseorang yang telah ia sayangi.

---------------

Detik demi detik
Menit demi menit
Jam demi jam
Aku merasakan ada sesuatu yang mulai menenangkan hatiku. Sesuatu yang berasal dari mereka --Yayan dan Arsya- . Sepertinya, gejolak cinta milai tumbuh. Namun, kepada siapa sesungguhnya cintaku akan berlabuh? Aku tidak mengerti.

Lala meninggalkan sekolah untuk sementara . Tanpa alasan yang jelas. Tanpa keterangan yang jelas pula. Satu hari berlalu, tidak ada yang merasa bahwa Lala menghilang. Menghilang bagai ditelan bumi ini.

Arsya mengambil ponsel di saku bajunya dan mulai menghubungi Lala. Meneleponnya, mengirimkan sebuah pesan singkat, hingga meninggalkan pesan suara. Namun, semua usahanya sia-sia. Lala tidak meresponnya sama sekali. Keadaan seperti inilah yang semakin membuat Arsya tertekan. Tiga hari yang ia lewati hanya ia habiskan untuk sekolah dan melakukan hal yang sama, menghubungi Lala. Namun nihil. Usahanya gagal.

Arsya mengunjungi rumah Lala. Berharap Lala ada dirumah dan ternyata benar, Lala berada di rumah. Lala membukakan pintu untuk Arsya dan mempersilahkan untuk masuk. Arsya menunggu Lala di sebuah sofa berwarna hijau muda dengan meja kaca yang berisi bermacam-macam foto Lala dari bayi hingga remaja seperti ini. Arsya tersenyum dan tidak jarang pula ia menahan tawa melihat foto Lala sewaktu kecil yang tengah menangis terjatuh.

"Arsyaa jangan dilihat" Histeris Lala ketika datang melihat Arsya tertawa.

"Gimana gak dilihat orang ini aja pajangan" Bantah Arsya.

"Ihh lo mah gitu" Lala cemberut dan meletakkan nampan minumnya di atas meja.

"Ada apa kesini?" Tanya Lala mengalihkan pembicaraan.

"Kamu kemana aja? Dihubungin sama sekali gak ada yang kamu respon. Kamu pikir aku gak khawatir? Khawatir banget lah" Cerocos Arsya, Lala hanya tersenyum.

"Udah ngomelnya?" Tanya Lala.

"Kamu nih diperhatiin malah gini" Arsya meneguk jus orange yang Lala bawakan.

"Iya Arsya gue tau. Gue juga kayak gini buat kebaikan gue juga" Sergahnya.

"Kebaikan apa?" Lala tak menghiraukannya. Lala menghidupkan televisinya dan mengganti channel sesuka hantinya.

'Ternyata yang peduli sama gue Arsya, bukan Yayan. Tetapi entah mengapa.. Ah sudahlah' Batin Lala

"Kamu tau kalo Kiki merjuangin Tata itu kasian banget?" Tanya arsya , Lala menoleh. Lala mulai tertarik dengan topik kali ini.

"Enggak lah" Jawab Lala.

"Kiki itu bersaing sama Rizal anak X-4. Rizal kan juga suka sama Tata tapi sayangnya Rizal anak motor jadi Tata gak suka. Kiki udah pernah dikroyok gengnya Rizal hanya karena jalan berdua sama Tata. Tapi Kiki gak berhenti sampai disitu. Hebat ya" Lala tertegun ternyata Tata lebih dulu mendekati Kiki daripada dirinya. Ia sudah salah paham dengan Tata.

"Lo pinter banget bikin ceritanya. Ikut lomba bikin cerita gitu kek" Lala mencoba menenangkan dirinya.

"Kamu bilang gitu biar kamu gak cemburu kan?" Lala tercengang. Bagaimana bisa Arsya mengetahuinya?

"Soktau lo" Bantah Lala.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang