Beberapa hari Yayan tidak memberi kabar kepada Lala. Tidak memberinya sama sekali. Bahkan, ia seakan ditelan oleh bumi. Hanya sebuah pesan singkat yang Yayan kirim kepada Lala. Pesan singkat yang berisi bahwa dirinya sedang sibuk tidak bisa menemui Lala.
"Halloo" Kalimat pertama yang diucapkan Lala pada seseorang disebrang sana.
"......."
"Bisa ketemuan gak?" Tanya Lala.
"......."
"Kenapa lagi sih Yan? Kamu jadi berubah kayak gini" Heran Lala.
"......."
"Kakak kamu lagi sakit? Kemarin mama kamu dan sekarang kakak kamu. Besok siapa lagi? Papa kamu ha?" Bentak Lala.
"......"
"Besok ketemuan? Haha basi tau gak" Bagaimanapun juga Lala memiliki perasaan. Ia juga ingin diberi perhatian lebih dari kekasihnya seperti pasangan yang lain. Ia juga ingin.
"Tokk.. Tokk.. Tokk"
Lala berjalan dengan gontai membukakan pintu.
"Ada apa?" Tanyanya datar.
"Eh ikut gue yuk jalan" Ajaknya
"Kemana sih Ta?" Tanya Lala lagi.
"Udah ikut aja" Tata menarik tangan Lala kasar.
"Pelan woi" protesnya. Tata melepaskan tarikannya.
Mereka tiba di dermaga. Lala mengingat, kemarin ia dan Yayan kesini ke tempat ini hanya berdua. Namun semua ingatannya ia buang jauh-jauh. Ia tidak mau terus-terusan berada didalam kesedihan.
"La.." Panggil Tata pelan.
"Apa?" Lala menoleh. Tata tetap pada pandangannya. Lala mengikuti kemana arah mata Tata. Ia tercengang.
"Yatuhan.." Lala merintih. Ia berlari kearah objek yang begitu menarik.
"Baguss ya Yan. Kamu bilang kakak kamu sakit? Ini yang namanya sakit Hah? Bela sakit Hah? Kamu gak mikir gimana rasanya jadi aku Yan? Mikir sedikit kali Yan. Aku perempuan Yan dimana aku juga punya hati yang sensitif dan kamu seenaknya bikin aku sakit? Yayan please" Lala tidak kuasa menahan airmatanya yang mengalir dengan cepat. Bela menghilang dari hadapan mereka.
"Sayang ini gak seperti yang kamu lihat" Yayan mencoba menjelaskan.
"Basi"
"Bela yang ngejar aku, dia yang nyamperin aku, bukan aku. Tolong ngerti" Jelas Yayan.
"Gimana mau ngerti kalo kamu aja gak pernah ngertiin aku Hah? Aku pulang" Lala menarik tangan Lala dengan keras. Tata hanya pasrah.
"La maafin gue ya" Ucap Tata merasa bersalah.
"Enggak Ta" Lala menggeleng.
"Kalo gue gak ngajak lo jalan, lo gak mungkin kayak gini" Bantah Tata.
"Tapi kalo lo gak ngajak gue jalan, gue akan jadi bulan-bulanannya mereka, Ta. Gue yang bodoh atau memang gue yang terlalu baik sih" Lala mengusap air matanya.
"La jangan nyalahin diri lo sendiri. Yayan memang gak pantes buat lo perjuangin La" Tegas Tata.
"Gue harus gimana Ta? Gue sayang Yayan. Lo tau sendiri kan Ta gimana perasaan gue ke Yayan? Gue rela ngorbanin apapun demi Yayan. Bahkan disaat seperti ini, gue yang masih berjuang bukan dia Ta" Tata tidak tega melihat Lala yang masih terisak. Ia peluk erat tubuh Lala. Ia usap perlahan punggung Lala.
"Yang sabar ya La" Ucap Tata dan diikuti anggukan Lala.
---------
06.56
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt
RandomAku kira kehilangan seseorang adalah hal yang paling menyakitkan. Ternyata, menunggu kepastian adalah hal yang sangat-sangat menyakitkan. Aku kira pula sahabat adalah seseorang yang selalu mengerti bagaimana kondisi kita, ternyata tidak. Justru sah...