Together

52 8 3
                                    

28 Oktober

Sekolah tercintaku tengah merasakan kebahagiaan yang mendalam. Ia sedang merayakan Anniversarynya yang ke 68 tahun Kami sebagai siswa kebanggaan yang baik, kami pun ikut merayakannya. Puluhan bintang tamu yang diundang pun telah hadir. Namun, hal tersebut tidak menarik kedua teman ini -- Lala dan Arsya--. Mereka memilih untuk bercanda tawa di dalam kelasnya yang terletak di lantai 2.

"Siapa sih bintang tamunya? Kok pada alay gitu" Arsya hanya mengangkat kedua bahunya.

"Ini kelas kok sepi banget, pada kemana sih?" Tanya Arsya.

"Yailah, kemana lagi kalo gak liat bintang tamu itu. Temen kita kan ada alay" Jawab Lala.

Dilain tempat, Yayan berlari kesana kemari, menuruni, menaiki tangga hanya untuk mempersiapkan segalanya. Ia rela ke kelas untuk memanggil seseorang yang rela membantunya dalam misi kali ini. Semuanya telah dipersiapkan, Yayan mengirimkan pesan singkat pada Lala. Arsya yang melihatnya pun bersemangat.

--Keluar, lihat ke bawah--

Lala berjalan keluar diikuti langkah kaki Arsya. Lala terkejut.

"La, aku gak mau lama-lama. Aku gak mau buang waktu berharga kamu. Kamu jadi kekasihku?" Teriak Yayan dari bawah.
Anggun, Nisa, Tata, dan Della membuka spanduk bertuliskan "Aku Cinta Kamu, La". Mereka memeganginya di sudut-sudut spanduk.

Yayan berlari menaiki tangga untuk menghampiri Lala yang tengah berada di lantai 2. Arsya mengalah. Ia pergi dari tempat itu. Tanpa mereka sadari, puluhan siswa telah menanti jawaban Lala dari bawah. Mereka menunggu keputusan Lala.

"Aku mau, Yan" Lala tersenyum lalu mengambil bunga yang diberikan Yayan.

'Entah apa yang membuatku yakin, aku pun tidak tahu.
Entah apa yang membuatku menerimanya, aku pun tidak mengerti.
Entah apa yang ia buat kepadaku, aku pun tidak menyangka.
Namun, semuanya itu hati kecilku yang berkata.
Hati kecilku berbisik, lalu apalagi yang akan kugantungkan?'

----

Karena ketertarikannya kepada olahraga ini, Yayan berniat untuk mendaftar ke ektrakulikuler tersebut. Ia sudah menjadi alumni di ekstra band karena ia sudah berhenti menjadi anggotanya. Ia memilih untuk menekuni olahraga ini, olahraga yang mengajarkan cara mendribble bola, menjaganya ketika akan direbut oleh lawan, dan berusaha melempar lalu memasukkanya ke dalam ring. Apalagi jika bukan basket.

" Yayan kemana sih? Handphone gak aktif segala" Resah Lala.

"Mau nyari kemana coba? Udah malam gini. Mau kerumahnya, jauh pula" Gerutunya sendiri.

"Taudeh. Gue sampe keriput mikirin dia belum tentu dia tau kalo gue mikirin dia. Tidur aja deh" Lala memutuskan untuk memejamkan matanya selama lebih kurang 8 jam.

Sinar berwarna merah kekuningan masuk ke dalam kamar Lala melalui celah-celah gorden. Lala bangun dan menguap. Mengambil handphone nya berharap ada kabar dari Yayan dan ternyata nihil.

"Yayan parah" kesalnya

Lala berjalan gontai menuju kamar mandi dengan membawa handuk di bahu sebelah kanannya.

Setelah semuanya selesai, ia membuka pintu rumah dan duduk di bangku kecil dekat pintu. Ia mengikat sepatu berwarna biru tua dengan tali berwarna putih. Berjalan menuju kearah mobil yang sudah menunggunya.
Tidak butuh waktu lama, Lala telah sampai di sekolahnya. Sekolah yang baru saja merayakan Anniversarynya.

"Pagi sayang" Sapa kekasih Lala, Yayan

"Apasih" Lala merasa risih.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Yayan heran. Lala tak menghiraukannya.

"Lala, please. Kamu kenapa?" Desak Yayan

"Kemarin darimana?" Tanya Lala dingin.

"Dirumah" Jawab Yayan kebingungan.

"Mana ada dirumah gak ngasih kabar sama sekali" Sinis Lala.

"Astaga sayang. Hp aku low gakbisa di charger. Aku udah telfon kamu pake nomer temen aku tapi kamu sibuk. Percaya deh" Jelas Yayan. Lala hanya diam lalu mencoba berjalan meninggalkannya. Namun, Yayan mencegahnya.

"Apa kamu gak bisa dengar hati kecilmu berbisik apa? Kamu seharusnya percaya aku, karena aku tau hati kecilmu pun berbisik seperti itu. Yakan?" Lala mengangguk pelan.

"Lalu apalagi yang kamu curigai dari aku? Aku udah jujur sama kamh, aku udah berusaha jadi seseorang yang bisa kamu percayai. Kamu gak mau ngehargai aku gitu? Emm... Mungkin maafin aku" Yayan menaikkan kedua alisnya dengan kedua tangannya yang menggenggam erat tangan Lala.

"Aku percaya kamu gak akan hianatin aku. Kamu masih yang terbaik, Yan. Aku maafin kamu kok tapi jangan ngulangin lagi ya" Jawab Lala yang membuat Yayan mengukir sebuah senyuman di bibirnya.

-Bagaimana mungkin aku salah mengambil keputusan jika yang berbicara hati kecilku sendiri-

To be Continue

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang