Seorang cewek berparas cantik dengan rok tartan di atas lutut serta kemeja putih lengan pendek yang fit body berjalan dengan penuh percaya diri melalui koridor Raffles International High, salah satu sekolah menengah atas paling elit di kawasan Jakarta Selatan. Hampir semua mata yang melihat sosoknya tak akan mampu mengalihkan pandangannya, selain karena parasnya yang cantik, kaki jenjangnya yang mulus juga merupakan nilai tambahan baginya.
"Kez, tasnya lucu deh... Kate Spade yaa?" tanya salah seorang cewek yang matanya terfokus pada sling bag berwarna pink milik Kezia, yang ditanya hanya tersenyum, membuat pipinya yang dipoles oleh blush on itu bersemu merah.
"Tas itu kan lagi in banget season ini. Beli di mana, Kez? Kayaknya di Jakarta belum di jual deh?" tanya cewek itu lagi.
Cih, ini pertanyaan maksudnya buat ngejebak gue? Dia pikir gue beli tas KW gitu? batin Kezia sambil tersenyum meremehkan.
"Aussie. Nyokap gue kebetulan lagi diundang ke beberapa fashion show di sana," jawab Kezia singkat kemudian menyibakkan rambutnya yang kecoklatan itu sebelum akhirnya melangkah maju, sementara cewek yang menanyainya tentang sling bag Kate Spade miliknya hanya bisa tersenyum kecut dan menundukkan kepalanya.
Apa yang dikatakan Kezia bukanlah sebuah kebohongan. Ibunya yang adalah founder majalah fashion terbesar di Indonesia itu memang sering sekali pergi ke luar negeri hanya untuk memenuhi undangan fashion show, atau gala dinner bersama desainer-desainer yang namanya pasti sudah familier kalau kalian adalah seorang fashionista—atau paling tidak, sering menonton Fashion TV dari layar kaca rumahmu.
Dalam jarak beberapa meter di depan Kezia, terlihat gerombolan cewek yang kalau dihitung-hitung ada lima orang dengan segala tampilan make up-nya yang menor—iya, menor! Masalahnya kadar make up yang mereka gunakan untuk ke sekolah itu terlalu berlebihan! Kalau Kezia hanya menggunakan concealer, BB cream, dan bedak ke sekolah, maka mereka akan menggunakan foundation, moisturizer, concealer, BB cream, dan sunscreen!—yang menamai diri mereka dengan nama yang tidak kalah menor, 'Queen Bee'.
"Morning girls," sapa Kezia basa-basi ketika melihat mata mereka yang tidak lepas dari tas selempang dan flat shoes miliknya.
"Lucu banget! Marc Jacobs ya?" pekik salah seorang di antara mereka yang—kalau Kezia tebak—menggunakan lip cream-nya NYX yang Copenhagen.
Kezia mengangguk sambil menunduk sekilas untuk melihat flat shoes abu-abu miliknya yang baru saja ia beli akhir pekan lalu ketika sedang iseng jalan-jalan ke Singapura.
"Copenhagen is always nice. Loving the color," bisik Kezia pada cewek itu, sementara cewek yang menanyainya tentang flat shoes langsung tersenyum lebar.
Cewek itu baru akan merespon ketika akhirnya Kezia melanjutkan sambil tersenyum manis. "It just doesn't suit you, babe."
Ketika melangkah menjauhi Queen Bee, samar-samar Kezia mendengar teriakan dan isakan tangis cewek yang baru saja dipermalukan di depan umum olehnya beberapa detik lalu, sementara seorang cewek lainnya—yang adalah leader dari geng cewek-cewek norak dan social climber itu—menatap Kezia dengan penuh kebencian.
Sambil tersenyum tipis, Kezia melangkahkan kakiknya memasuki kelas Social 4, kelas yang anak-anaknya kurang lebih memiliki sikap yang sama sepertinya; troublemaker alias pembuat onar.
Kalau kalian bertanya-tanya siapa yang mendapatkan gelar Ratu Biang Onar di sekolah, dengan sukarela dan penuh percaya diri Kezia akan mengacungkan tangannya sambil tersenyum manis, memamerkan sederet giginya yang rapi serta bibirnya yang dibaluri lip tint Benefit berwarna merah muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker in Love (#1)
Fiksi RemajaBagaimana jika dua biang onar di Raffles International High, sekolah yang notabene-nya paling elit seantero Jakarta, terpaksa harus menikah karena 'kecelakaan' yang tak terduga? [ cover by @hellamer ]