Nyawa Hidupku

1.7K 128 113
                                    

Damar's P.o.V

.

.

.

Kediri, 14 Februari.

Happy birthday to you
Happy birthday to you
Happy birthday, Happy birthday...
Happy birthday... Azka...

Untuk kedua kalinya sejak kepergianmu, aku selalu merayakan hari di mana kamu memilih meninggalkan semuanya. Tak terkecuali diriku, bersama hati yang semakin meradang ini.

Bukan... bukan aku menyesali semuanya. Hanya saja, aku belum siap menjangkarkan hatiku di tambatan pelabuhan barunya. Aku masih berlayar, bermaksud meninggalkan rekam jejak kenangan. Tapi... semua itu percuma. Bayanganmu tak bisa kuenyahkan. Kamu tak akan pernah sirna. Kamu ada.

Kutaburkan kelopak mawar putih dan juga untaian melati di atas pusaramu. Aku tahu kamu akan menyukainya. Seperti katamu dulu, "Saya suka warna putih, Mas. Saya suka bunga melati yang harumnya menenangkan."

Lagi... secuil ingatan itu kembali tergambar jelas dalam ingatanku. Kamu yang selalu tersenyum saat menyambutku. Kamu yang selalu manja saat bersamaku. Kamu yang mampu menyembuhkan luka di hatiku. Kamu yang berwajah pias dengan senyum tipis di hari kepergianmu.

Azka, apa kamu bisa merasakan detak kerinduan ini?

Aku tahu, kamu pasti bisa merasakannya. Aku tahu, kamu pasti juga memiliki detak yang sama.

"Ka... hari ini saya mau pamit. Saya dipindah tugaskan ke kantor cabang Jogja. Nggak apa-apa, kan? Kalau saya tinggalin kamu di sini. Saya janji kalau ada waktu luang, saya akan jenguk kamu. Jangan marah ya sayangku. Saya hanya pegawai yang tidak bisa menolak keputusan dari atasan. Lagi pula dengan kepindahan saya ini, saya jadi bisa mengawasi Alif yang sekarang sudah memasuki semester 4 kuliahnya. Baby... semoga kamu bisa mengerti."

Kembali kutaburkan kelopak mawar putih yang ada di genggamanku. Tak lupa kukalungkan untaian melati terakhir di atas pusara di depanku.

Farel Azka Radiansyah.
Lahir, 15 Februari 1991.
Wafat, 14 Februari 2013.

Tahukah kamu, tanggal lahir kita hanya berjarak 1 hari, 14 Februari. Aku lahir 13 Februari dan kamu lahir 15 Februari. Tapi nyatanya jarak kita sekarang tak bisa dihitung 1 hari, jarak kita hanyalah kematian.

Setelah puas menekuri setiap jengkal gundukan tanah rapi bertabur bunga putih itu, aku bangkit melanjutkan langkahku.

Satu langkah,

Dua langkah,

Tiga langkah,

Tepat saat aku telah menjejakan langkah ketujuh, tubuhku terasa membeku. Diam tanpa perlawanan. Kubalikkan pandangan untuk yang terakhir kalinya ke pusara Azka. Saat itulah, angin berhembus tenang. Silirnya begitu mendamaikan, seakan membisikkan kata 'selamat jalan'.

Seulas senyuman kulayangkan untuk yang tersayang. 'Api cintaku untukmu tak akan pernah padam.'

.

.

.

Yogyakarta, 14 Februari 2015, 8 malam.

Lima jam lebih CRV hitamku membelah jalan antara Kediri-Yogya. Cukup melelahkan jika harus mengemudi seorang diri seperti ini.

Hanya suara musik yang menemani sepanjang perjalanan. Sudah 5 CD bergantian masuk ke dalam audio yang terpasang di dashboard mobilku dan aku mulai bosan. Tapi aku masih enggan untuk mematikan audio itu. Kutekan menu utamanya, kualihkan dari CD player ke radio.

PUINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang