Kamu

179 22 2
                                    

Mataharipun telah menunjukkan sinarnya, burung-burungpun memamerkan suara merdunya, langit yang gelap pun berganti menjadi terang, dan kini aku sedang duduk ditempat Ini. Ditengah keramaian tempat wisata ini.

Kini aku sedang menunggunya datang, karna hari Ini aku ingin menceritakan semuanya pada dia. Semua tentang hidupku, semua perasaanku.

Sosok itu mendekatiku, sebuah laki-laki yang wajahnya sudah kuhafal, yaa.. wajah itu selalu menemani hari-hariku yang kini menjadi lebih indah.

Andai kamu tau, kamu seperti pelangi yang muncul sehabis hujan. Pelangi yang membuat langit yang sebelumnya gelap dan kusam menjadi terlihat indah dan penuh warna.

'Assalamu'alaikum la, lama yaa nunggunya? Maaf yaa.' ujarnya menundukkan bokongnya diatas rerumputan.
'Wa'alaikumsallam will, ngga lama ko, aku juga baru nyampe.' Ujarku menoleh kearahnya sambil menunjukkan senyum manisku.
'Alhamdulillah kalo gitu.' Ujarnya menatap taman yang sangat indah dihadapan kami.

Sunyi, tak Ada pembicaraan antara kami. Hanya suara ramai orang-orang yang berada disini. Aku dan dia hanya menatap ke depan. Aku dengan pemikiranku dan dia dengan pemikirannya.

'Will..' ujarku disela-sela kesunyian antara kami.

'Hmmm?' Ujarnya berdehem dan menoleh kearahku.

'Aku mau ngomong serius sama kamu Will. Aku mau jujur ke kamu.' Ujarku Menoleh kearahnya sekilas.

'Bilang aja.' Ujarnya, dan kini di raut wajahnya terpampang jelas bahwa dia penasaran.

'ini tentang kehidupanku. Jadi, aku tak pernah tau siapa ayahku? aku juga tak pernah tau bagaimana raut wajahnya? tak tau seperti apa dia? Bahkan namanya pun aku tak T..' ujarku belum selesai berbicara Lalu dia memotong pembicaraanku.

'Jadi maksudmu? Ayahmu meninggalkanmu dan ibumu?' ujar William menoleh kearahku dan kulihat raut wajahnya sangat serius.

'Ish, kamu ini! Aku merindukan ayahku, tapi aku juga benci padanya! Aku membencinya tapi aku ingin bertemu dengannya.' Ujarku berdecak kesal kearahnya lalu menatap kedepan.

'Lalu apa hubungannya kamu tak ingin keluar kamar kemarin? Apa karna kamu rindu ayahmu?' Ujarnya menatapku.

'Mm.. Aku senang ibu bisa jatuh cinta lagi setelah sekian lamanya. Tapi aku tak ingin saudaraku kelak adalah orang yang kusayangi. Apa kamu Tau rasanya seperti apa? perih, will.' Ujarku mengingat kejadian menyakitkan itu dan cairan bening itu mulai turun satu per satu.

'Sakit? Perih? Sama seperti yang kurasakan sekarang la.' Ujarnya pelan Lalu menatapku.

'Apa maksudmu?' Ujarku menoleh kearahnya serius.

'Maksudku, Lain kali kalo kamu Ada masalah kamu bilang ke aku, jangan dipendem sendirian. Kita masih punya banyak waktu sampai senja, aku ingin mengusir rasa sedih yang menghantuimu. Ayo kita naik roller coaster.' Ujarnya menyeka air mata dipipiku dengan ibu jarinya Lalu menunjuk kearah kereta tidak memakai atap dan rel yang melingkar seperti ular.

Diapun bangkit dari duduknya Lalu menarik tanganku dan berlari kearah wahana itu.

*****
Setelah mencoba berbagai macam wahana aku dan william duduk ditempat semula.

'Gimana? Seru kan?' Ujar william bersemangat.

'Seru apanya! Kamu ini! Tapi iyasih Seru.' Ujarku tak kalah bersemangat.

'Will, aku mau itu.' Ujarku menunjuk kearah gerobak berwarna merah jambu.

'Oh itu, tunggu yaa.' Ujar william berjalan kearahnya.

Because I Can [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang