Bugh!
"EHH!! ASTAGFIRULLAHAL'AZZIM!!" Ujarku kaget karna terpeleset.
Aku pun tersungkur kedepan, tapi dibawah sini tidak keras seperti lantai, atau aku jatuh dikarpet yaa? Tapi karpet tidak seempuk ini! Lalu, apa ini? Siapa dibawah sini? Apa iniii.... HANTUUUU?!!!!!!!
"A.." Refleks aku ingin berteriak. Tapi..
Loh? Lengan Siapa ini? Siapa yang membungkam mulutku? Mungkin ini bukan hantu, ta.. tapi.... MALIINGGG??!!!
"Umm uhmmm.." Ujarku meminta tolong tapi tak bisa, dia masih membungkam mulutku dengan tangannya. "Tolongg... siapapun tolong aku..!!!" Racauku. Tapi yang terdengar hanya "Uhmmm... Mmmm...Uhmummmumm.." karna mulutku masih dibungkam dengan tangannya.
Cklek!
"Ahh.. akhirnya lampunya nyala juga." Syukurku dalam hati. Segera kulihat siapa dibawah sini (?)
Ketika kedua bola mataku turun perlahan kebawah, tapi.. Ada sepasang bola mata yang balik menatapku juga. Refleks aku menamparnya! Yang benar saja! Siapapun itu, dia sangat kurang ajar sekali!
"Aaawww... Sakit tau! Apa-apaan sih lo tiba-tiba nampar gue? Emangnya salah gue apa? Kan lo duluan yang nindihin gue pas tadi mati listrik! Disini gue yang jadi korban! Gue yang korban, gue juga yang ditampar?! Dasar cewe aneh! Ck.." keluhnya merapihkan buku-bukunya, bangkit, lalu pergi kekamarnya.
Aku hanya diam, karna tidak mengerti apa yang terjadi. Aku hanya memperhatikan punggungnya yang semakin lama semakin menjauh dariku.
"Maaf.." hanya kata itu yang meluncur keluar dari bibirku. Hanya itu! Tapi tak ada respon darinya. Dia tetap berjalan terus, jauh, jauh, jauh dan.. hilang dari penglihatanku.
Aku hanya diam ditempat ini. Karena aku tak tahu apa yang harus kulakukan? Perasaan sedih, bersalah, bingung dan kesal beradu menjadi satu.
Setelah kurasa kakiku mulai lemas, aku masuk ke kamarku. Dan.. ketika aku menduduki ranjangku, tiba-tiba penyakitku kambuh. Yaa.. ini terjadi berulang-ulang setiap malam.
Aku sesak napas. Seakan aku sudah mendekati sakaratul maut. Jujur, aku lelah menghadapi ini, tapi mau bagaimana lagi? Aku juga tak punya pilihan lain kecuali mengganti jantungku dengan jantung orang lain, tapi aku tak ingin itu terjadi. Bukan karna aku tak ingin sembuh dari penyakitku, tapi aku tak ingin hidup berlama-lama di dunia ini.
Jadi, ku atur napasku. Aku menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya dengan perlahan, seperti itu terus-menerus sampai sesak yang kurasakan hilang.
Akhirnya sesaknya hilang. Alhamdulillah. Aku pun mulai membaringkan tubuhku.
Tiba-tiba..Tok Tok Tok
Aku mendengar sebuah ketukan, tapi bukan dari pintu, melainkan dari jendela. Seperti inilah resiko mempunyai kamar yang ada balkonnya. Tapi, siapa yang mengetuk-ngetuk jendelaku malam-malam seperti ini? Ah mungkin kucing.
Aku tak menghiraukan itu, karna ini tidak terjadi untuk pertama kalinya, tapi sudah sering. Jadi, aku mulai membaringkan tubuhku diatas ranjang empukku ini. Mataku pun mulai terpejam.
Tok Tok Tok
"La!"
"La! Buka pintunya cepet!"Refleks mataku terbuka dan membulat seketika. Aku takut, sangat takut. Sebelumnya belum pernah aku mengalami kejadian ini. Ada rasa takut dan penasaran menjadi satu. Tapi sangat disayangkan rasa penasaranku lebih besar daripada rasa takutku. Akhirnya ku beranikan diri untuk berjalan perlahan kearah jendela kamarku, lebih tepatnya pintu kaca. Ketika sampai didepannya. Perlahan ku buka tirai yang menutupi pintu itu lalu ku intip sedikit.
Dan ternyata...
William, ck.
Aku pun membuka setengah tirai yang menyembunyikan pintu kaca yang menuju balkonku. Lalu memutar kuncinya dan membuka pintunya. Dan apa yang kudapat dari rasa penasaranku tadi? Rasa jengkel! Dia sudah membuatku takut, sekarang dia malah memamerkan senyum indahnya, seperti tak ada dosa!
"Lama banget sih! Emangnya kamu ga denger aku ngetok-ngetok daritadi? Telingamu bermasalah ya? Kamu ga tau ya aku kedinginan disini? Kamu mau bikin aku sakit ya? Terus, kenapa kamu malem-malem gini belum tidur? Kamu ga liat udah jam berapa ini? Atau jam kamu mati? Yaudah besok aku bawain batrei jamnya! Dan kenapa kamu malah bukain aku pintu, bukannya tidur! Emangnya ngapain aja sampe sekarang belum tidur?" Ujarnya panjang lebar, seakan tak ada kata untuk berhenti.
"Kamu ngapain kesini malem-malem gini?" Ujarku singkat.
"Jadi gini.." Ujarnya berbicara sambil duduk diayunanku. Aku pun membuntutinya dan duduk disebelahnya.
"Tadi pas mau tidur, tiba-tiba aja aku mikirin kamu. Aku juga ga tau kenapa. Jadi, aku anggap itu karna kamu lagi kenapa-kenapa. Terus ya aku putusin, lebih baik aku samperin kamu aja." Ujarnya bercerita, entah itu sungguhan atau karangannya.
"Kenapa datengnya dari sini? Kamu manjat yaa? Emangnya kenapa kalo dari bawah?" Tanyaku. "Ga tau, lagi pengen aja." Jawabnya asal. Aku pun mendengus kesal.
"Yaudah, sekarang kan kamu udah liat aku gapapa? Pulang gih!" Ujarku. "Tap.. tapi kan.. ah.. yaudah deh, kamu istirahat ya. Tidur yang nyenyak, Semoga ga mimpi buruk." Ujarnya dengan sebuah senyuman, lalu turun kebawah dengan tangga yang disiapkannya. Yang kutahu itu senyuman terpaksanya. "Maaf will" batinku.
To be countinued..
#maaf baru bisa update 😁. ikutin terus yaa kisah mereka 😉. See you readers 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Can [On Editing]
Teen FictionKarna aku sanggup... Aku mampu menahan semuanya sendiri. Aku pun bisa menghabiskan hari-hariku sendirian tanpa teman ataupun sahabat. Aku juga mampu tersenyum menahan sakitku di sepanjang waktu, bahkan sepanjang tahun. Karna aku sanggup... Aku dapat...