Justin Bieber

553 41 1
                                    

"I love all your songs. It's all amazing." Aku mendengar lagu-lagu dari album Justin. Semua terdengar sangat indah dan suaranya sangat merdu sekali.

"Thanks, Shawty." Justin mengedipkan matanya. Aku hanya menyengir kebingungan.

"Apa itu Shawty?" Tanyaku polos. Justin melepas topinya lalu membenarkan bentuk rambutnya yang sedikit berantakan.

"Shawty berarti perempuan." Aku hanya mengangguk lalu memasang headphoneku kembali. Aku melanjutkan mendengar lagu 'Runaway Love'.

Kulihat Justin bersandar di sofa dan menonton tv. Sedangkan aku hanya memejamkan mata dan mendengarkan lagu.

-

"Yo Anna wake up!" Tubuhku diguncang oleh siapa yang aku tidak tahu. Dengan malas aku membuka mataku dan melihat Justin yang sudah berpakaian rapi dan mengibas rambutnya yang sudah rapi itu. Aku menutup wajahku dengan bantal. Namun, dengan cepat Justin melepaskannya sehingga mau tidak mau aku harus bangun.

"What Justin? Seriously it's 4 a.m.! Why you wake me up so early?" Aku mengucek mataku dan menggerutu kesal. "Semalam aku bergadang karena membuat desain baju-baju untukmu."

"Sorry shawty, aku mau mengajakmu berjalan mengitari kota ini. Sebelum matahari pagi bersinar dan para penggemarku bangun." Justin memberikan ku jaket dan snapback berwarna ungu yang sama persis aku beli untuknya waktu itu.

Dengan malas aku memakai jaket dan snapback lalu mengikutinya keluar apartemen. Keadaan diluar sungguh gelap dan dingin.

"Hmm?" Justin menyodorkan tangan kirinya. Lalu dengan mantap aku menggenggam tangannya.

Aku dan Justin menyusuri jalanan yang gelap dan adanya sedikit pencahayaan di beberapa sudut saja. Udaranya begitu segar namun menusuk ke kulitku yang sudah ditutupi jaket. Aku mendekap tangan kanan Justin karena aku sedikit menggigil. Rasanya nyaman sekali bisa berada didekatnya. Laki-laki yang dekat dengan ku 2 bulan ini. Senang sekali bisa hadir didalam hidupnya walau hanya sebagai stylist nya saja.

Perasaan nyaman berada didekatnya ini sudah kurasakan sejak lama. Rasa ingin selalu bersamanya, rasa gugup ketika dia menggenggam tanganku muncul ketika dia memperlakukanku sangat istimewa. Mungkin aku terlalu percaya diri karena aku di kru ini seumuran dengan Justin. Namun, aku merasakannya. Aku merasakan hal berbeda dari Justin. Apakah dia menyukaiku juga?

"Ayo duduk disini dulu. Aku lelah." Justin mengajakku duduk disebuah bangku yang hanya muat untuk 2 orang saja. Kami langsung duduk.

Lalu aku menyenderkan kepalaku ke pundak kanan Justin. Aku memejamkan mataku sejenak karena sedari tadi aku menguap karena mengantuk.

"Anna wake up." Aku mendengar suara Justin samar. Namun aku tidak mempedulikannya. "Anastasia wake up."

Aku langsung terbangun dan melihat Justin yang tersenyum memandangku. "What are you looking at?" Aku berdecak setengah kesal.

"No, you look so beautiful." Mendengarnya, aku langsung menunduk malu.

Aku dan Justin berjalan lagi karena ini sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Sekarang aku sudah tidak merasa mengantuk lagi. Aku merasakan energiku kembali saat Justin memujiku tadi. Hehehe.

"Anna ...," kata Justin sambil menatap lurus kedepan. Lalu sedetik kemudian dia melepas snapback miliknya lalu mengibar rambutnya yang rapi itu. Aku masih tidak mengerti tujuannya melakukan hal itu.

"Anastasia." Justin memberhentikan langkah kakinya lalu mata kami beradu pandang. "You know, you're my stylist. But you're more than that to me. I have a feeling for you. This feels is start growing as time goes by. I can't deny it. I like you, a lot."

Aku hanya terdiam dan menggigit ujung bibirku. "I know i'm rush. But, i don't want to lose you. You are important to my life. You know, you made so much a change in my life, and i don't want to spend it with nobody else. I want to start a relationship with you. I don't care if my fans are dislike our 'thing'. If you think this is too fast for us, we can take it slow. It's okay. I'll wait until you ready. But all i know, you're my girlfriend. Right here right now."

Justin memelukku kedalam dekapannya. Ya Tuhan, apa aku bermimpi? Dia menyatakan perasaannya padaku? Yang benar saja?

"It's all fine, Justin. I have a feeling for you too. I don't wanna lose you too. We could start this relationship." Aku memandang wajahnya dalam. Wajahnya memerah. Mungkin begitu juga aku.

"So ... can i kiss my girlfriend?" Tanya Justin canggung. Aku hanya mengangguk lalu menutup mataku.

------

Wait for part 5

Hurt 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang