Two

68 7 0
                                    

"Hei! Sudah lama?"

"Belum kok. Makananku belum datang." Mori mengangkat wajah dari buku yang sedang dibacanya. Dia memang sangat suka membaca. Tak heran dia memakai kacamata.

Aku mengambil kursi di depannya dan duduk. Mata mori menatap bingung ke sebelahku. Aku tersenyum melihat ekspresinya.

" ini riko. Teman sekelasku. Rik, ini morita dari 3B."
Aku memperhatikan mereka bersalaman sambil mengucap nama masing-masing. Riko memang temen sekelasku. Dan mengapa tiba-tiba aku mengajaknya istirahat bareng padahal selama ini aku tak pernah akrab dengan seorang pun temen-teman sekelasku?

FLASHBACK ON

Waktu istirahat pertama tadi aku lari ke toilet dengan terburu-buru. Aku bermaksud mau buang air kecil tapi sampai di toilet aku sudah terlambat, karena di sana sudah mengantre banyak cewek. Waduh. Bisa-bisa seminggu baru dapat giliran, pikirku. Aku langsung ingat toilet area belakang. Sebetulnya itu toilet untuk para pekerja sekolah, selain guru dan para siswa. Memang kondisinya tak sebagus toilet yang disini. tapi setahuku cukup bersih, dan yang lebih penting lagi aku sangat membutuhkannya untuk urusan darurat seperti ini!.

Setengah berlari aku ke toilet belakang. Segera kutuntaskan kepentinganku dan keluar dari sana dengan cepat. Tau sendiri, istirahat pertama waktunya kan tak lama. Waktu lima belas menit itu cukup buat apa?

"Sini berikan uangmu. Cepat!"

Aku menghentikan langkahku. Aneh. Masa anak-anak itu keluyuran ke belakang sih? Cewek, lagi. Suaranya juga akrab ditelingaku. Karena penasaran aku memutuskan untuk mengintip. Begitu menyaksikannya siapa yang ada di dalam ruang kumuh itu mata ku terbelalak.

"Tttaa... ppiii.... aku juga butuh untuk membeli makan siang." Ucap cowok yang ketakutan membantah cewek yang berdiri di depannya dengan sikap mengancam. Aku tak tahu siapa cowok itu karena posisinya yang membelakangi pintu.

"Eh kau pikir aku peduli hari ini kau bisa makan atau tidak?" Ejek si pengancam dengan judes. Tangan merampas lembaran uang di tangan cowok itu. Apa- apaan sih?

"Wah-wah. Ternyata ada aksi premanisme di sekolah ini, ya?" Dengan tiba-tiba aku membuka pintu gudang itu hingga terbuka lebar.

Dua orang di dalam ruangan itu tersentak kaget melihat ke arahku.

"Ngapain kau disini, cewek gembel?" desis Laura sambil melotot marah ke arahku. Namun aku sempat melihat kepanikan di matanya.
"Oh, aku lupa, kau kan memang cocok ada di tempat seperti ini. Kau mau mengambil pel, ya? Kau pasti butuh pekerjaan sampingan untuk bisa dapet uang jajan, ya? Laura tersenyum sinis ketika melangkah cepat ke pintu. Dan melewatiku. Dengan sengaja bahunya membentuk bahuku.

Tanganku tiba-tiba mencengkeram lengannya tanpa bisa kucegah. Terjadi begitu saja.

"Aku memang miskin, tapi jiwaku nggak semiskin kau sampai-sampai harus memeras teman sendiri!" ucapku pelan.

Sepasang mata Laura menatapku berapi-api.

"Lepaskan tangan kotormu dariku!" desisnya murka.

"Oh, sori, tapi kayaknya tanganmu yang lebih kotor dari tanganku deh. Sebaiknya memang aku tak menyentuhmu jika tak mau ketularan." ucapku kalem sambil tersenyum kecil.

Laura mengangkat tangan satunya, sebelum tangan itu bergerak melayang mengenai wajahku, bel sekolah berbunyi keras mengagetkan kami bertiga. Aku langsung menjauhkan diriku dari Laura dan kembali ke kelas dengan langkah lebar.

Sepanjang pelajaran siang itu tak henti-hentinya aku melirik ke arah Laura. Gila. Aku tak menyangka sama sekali sama cewek secantik, sekaya, dan sepopuler dia melakukan hal hina itu .

 I Love You Goodbye!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang