Saat itu kami sedang pelajaran olahraga. Karena di luar turun hujan, guru olahraga kami, pak kenny, mengajak kami main basket di lapangan dalam kebanggaan kami. Salah satu keuntungan sekolah mahal adalah sekolah kami punya lapangan olahraga tertutup yang luas sekali dengan fasillitas lumayan komplet. Bahkan jauh lebih luas dari pada kantin sekolah kami.
Kami bermain bergantian. Tim kami pun diacak. Tujuannya agar kami bisa bekerja sama dengan siapa saja tanpa harus melihat siapa lawan kami. Kata pak kenny, "Musuh bukan utama, teman dalam tim-lah yang harus kalian perhatikan dan ajak bekerja sama dengan baik, itu yang terutama. Jika kalian bisa mengalahkan ego dan problem dalam diri, niscaya kalian bisa mengalahkan musuh dari luar." Hmm, filosofi yang lumayan bagus sih... hasilnya, aku dapat lemparan bola yang lumayan keras ke wajahku dari Laura dan beberapa senggolan sengaja dari beberapa teman-teman segengnya. Aku tak boleh membalasnya karena kita tak boleh mengutamakan ego,kan?
Aku mengusap keringatku sambil melepaskan bokongku di bangku penonton. Pak kenny memang senang sakali melihatku menderita kali ini.
"Sepertinya kau murid favorit pak kenny, ras"
Aku menoleh ke samping, entah sejak kapan riko sudah duduk di sebelahku. Aku menyeringai. Kami beberapa hari ini memang makin dekat. Riko tanpa sungkan suka menghampiriku dan mengajak ngobrol.
"Yah,kalau kata favorit bisa diartikan dengan penyiksaan. Aku murid kesayangannya. Hahaha."
Riko tertawa.
"Kau ternyata asyik juga."
"Maksudmu?"
Sikian detik riko tak bisa langsung menjawabku. Rasa malu tersirat di wajahnya.
"Kau tahu kan kau bukan teman favorit di kelas kita?" Katanya coba melucu untuk menutup kecanggungan kami.
Aku mengangguk sambil kerawa. "Aku tahu. Dua setengah tahun bukan waktu yang sebentar, jika kau selalu menghadapi hari-harimu dengan hinaan dan cemoohan."
"Tapi kau bisa melawan mereka dengan caramu. Kau kan cukup sangar."
Aku tertawa keras mendengar ucapan riko
"Bukan sangar tapi mandiri dan ndablek!" Belaku.
Riko tertawa. "Coba aku punya keberanian seperti kamu, tak bakalan aku jadi korban pemerasan sejak kelas satu!" Nah,benar kan dugaanku.
Aku menyandarkan punggung ke kursi. "Sebetulnya aku tak perduli dengan sikap Laura padaku. Cuma, kelakuannya terhadapmu kemarin itu nggak bisa diterima. Buat apa sih dia kayak gitu? Memangnya dia kekurangan duit?
Riko menunduk. "Kau tahu kan dia... siapa sih yang bisa melawannya? Orangtuanya kan dewan kehormatan sekolah ini."
Hmmm. Itu yang nggak ku suka. Kekuasaan. Kecil-kecil sudah main kuasa dan menggencet teman yang lemah.
"Laras, kemari kau. Kau sudah cukup istirahat, kan? Ayo masuk lagi!" Tiba-tiba setelah meniup peluitnya pak kenny menudingkan telunjuknya ke arahku dan mamanggilku untuk masuk kembali ke lapangan.
"Kau benar, aku murid favoritnya hari ini," bisikku ke riko sambil meloncat bangun dari duduk.
"Hajar musuh-musuhmu, ras"
Kata riko menyemangatiku.Aku mendelik sebentar padanya sebelum berlari masuk ke lapangan. Laura cs sedang beristirahat. Bagus. Jadi aku bisa main leluasa kali ini tanpa harus dapat dorongan, lemparan, dan pukulan yang tidak kukehendaki deh.
"Bagus laras. Saya yakin kau bisa main dengan lebih bagus lagi kalau berlatih serius. Bulan depan kita ada pertandingan antar sekolah, kau bisa saya masukkan ke tim sekolah kita. Bagaimana?" Kata pak kenny begitu kami selesai bermain.
"Tapi saya kan sudah kelas tiga, Pak, sebentar lagi ujian," tolakku halus.
"Saya yakin kamu bisa mengatur jam belajarmu. Kau kan bukan murid bodoh di sekolah ini. Dan pertandingannya juga tak memakan waktu lama. Paling lama hanya sebulan. Bisa kurang. Setelah itu kau bisa kembali konsentrasi ke persiapan ujian. Kau setuju?" Pak kenny mencoret-coret kertas yang selalu di bawanya ke mana-mana.
"Apa saya bisa menolaknya?" Ujarku pada pak kenny.
"Nggak bisa. Saya gurumu, dan perkataan saya adalah perintah. Besok ada briefjng, saya mau kalian semua berkumpul dan membahas tentang jadwal latihan. Oke?"
Aku memberinya salam hormat pada pak kenny. "Yes,sir. siap,sir."
Pak kenny meninggalkanku setelah menepuk pundaku dengan akrab.
"Apa tuh tadi?" Riko kembali ke sebelahku ketika kami sudah kembali ke kelas.
"Aku masuk ke tim untuk pertandingan basket antar sekolah."
"Woww. Hebat. Aku pasti akan jadi suporter. Aku bisa ajak teman-teman yang lain untuk datang menonton."
"Yah. Sekalian ajak morita aja. Tapi kalau aku main buruk jangan di marahi ya?"
"Menang kalah sudah biasa. Kalau menang semua mana ada yang juara?"
Kami tertawa dan berpisah karena harus masuk ruang ganti masing-masing. Begitu masuk, tawaku langsung lenyap. Disana Laura cs sudah menungguku.
"Sepertinya ada yang ingin mencicipi popularitas di sekolah ini?" Sindir Febri, salah satu teman setia Laura, dengan tengil.
"Maklum, sekali gembel tetep aja gembel. Mesti cari cara lain untuk bisa eksis dong!" sambung Selena.
Laura sendiri sedang sibuk melepas kaus kaki dan sepatu olahraganya. Aku melewati mereka dengan tidak mendengar apa pun yang mereka katakan tentangku.
"Yeah, salah satu cara mungkin dengan main mata dengan pak kenny. Hahaha.."
Laura tertawa disambut tawa tiga temannya.Aku menutup pintu loker dengan satu bantingan setelah selesai mengganti pakaian. Suara itu menghentikan tawa yang tak ku inginkan itu. Laura cs dan beberapa teman lain di dalam ruangan tersentak kaget dan menoleh padaku.
"Oh, ada yang tersinggung,nih" ucap Laura sambil tersenyum sinis.
Aku menatap Laura tajam-tajam ketika berbalik dari loker dan mengucapkan kalimatku, "Kau tahu, meski miskin aku selalu menjunjung tinggi kejujuran dan sportivitas. Aku masuk ke tim karena pak kenny melihatku bisa main basket, bukan karena orangtuaku menyogok para guru untuk memuluskan hidupku di sekolah ini!" Aku melangkah melawati kelompok itu.
Tak ada satupun yang bersuara hingga aku melangkah melewati rombongan mereka. Aku kembali berkata, "Oh ya, Laura, kenapa kau tak cerita pada teman-temanmu apa yang kau lakukan kemarin dulu dengan riko? Apakah itu juga salah satu bentuk prestasimu di sekolah ini? Bahwa kau bisa bertidak tidak sportif seperti yang kau dan teman-temanmu tuduhkan padaku barusan? Sekarang siapa yang jadi maling teriak maling disini,eh?"
Kemudian aku melangkah keluar ruangan itu dengan langkah tenang. Seketika terdengar suara memenuhi ruang ganti.
"Tunggu pembalasanku, gembel!" Teriak laura dari belakangku.
Aku mengangkat bahu dan berjalan terus.
"Apa maksudnya sih? Kenapa si gembel itu..." Terdengar salah satu teman Laura bertanya.
Terimakasih yang sudah mau membaca ceritaku yang ga jelas ini. Maaf kalo kurang memuaskan^_^
Karena aku juga masih belajar hehe.
Jangan lupa vote& comment yaa thanks:*
![](https://img.wattpad.com/cover/69045951-288-k702366.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Goodbye!
RomanceSeorang wanita yang bernama Larasati mengalami masa paling kesepian dalam kehidupan remajanya. Di antara kesepiannya hadir sesosok cowok yang bermata indah yang mampu memukau hati Laras, mata yang sanggup menembus ke dalam jiwa dan mencuri hatinya...